Categories
Ilmu Sosial

15 Negara dengan Angka Kelahiran Tertinggi di Dunia

Negara dengan Angka Kelahiran Tertinggi bisa terjadi di suatu dan akan menimbulkan dampak yang negatif seperti kelaparan. Tingkat kelahiran (birth rate) adalah jumlah total kelahiran hidup per 1000 penduduk dalam setahun. Istilah lain untuk tingkat kelahiran adalah natalitas. Tingkat kelahiran, sebagaimana juga tingkat mortalitas dan tingkat migrasi, adalah parameter- parameter yang digunakan untuk menghitung pertumbuhan penduduk suatu negara atau wilayah.

Baca Juga :

Negara dengan Angka Kelahiran Tertinggi

Angka kelahiran kasar (crude birth rate) adalah jumlah kelahiran hidup per 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Apabila angka kelahiran kasar ini dikurangkan dengan angka kematian kasar (crude death rate) maka akan menghasilkan angka pertambahan alami (rate of natural increase = RNI). Di sini angka migrasi tidak diperhitungkan.

Disebut ‘kasar’ oleh karena masih ada metode lain yang lebih akurat untuk mengukur angka kelahiran. Misalnya, angka ‘kasar’ diperoleh dari jumlah kelahiran per jumlah seluruh perempuan dalam suatu populasi, sementara hasil yang lebih akurat dapat diperoleh dari hanya jumlah perempuan dalam usia mengandung.

Di negara berkembang, anak dianggap sebagai bagian dari angkatan kerja. Kontribusi anak pada keluarganya dengan cara ikut bekerja sudah dimulai sejak usia 3 tahun. Ini berdampak pada tingginya angka kelahiran di negara-negara tersebut. Sementara di negara-negara maju, anak cenderung dipandang sebagai beban finansial. Sebuah survey di Amerika memperkirakan biaya total membesarkan seorang anak sekitar USD 100.000. Ini berpengaruh pada rendahnya angka kelahiran di negara-negara maju. (Baca juga: Negara Penghasil Minyak )

Berikut ini adalah daftar 15 negara dengan angka kelahiran tertinggi di dunia:

1. Niger

Angka kelahiran per perempuan di Niger adalah 7,08. Angka ini menempatkan negara ini pada peringkat teratas sebagai negara dengan angka kelahiran tertinggi di dunia. Niger yang berpenduduk 18,6 juta jiwa ini juga dikenal sebagai negara termuda di dunia, dengan setengah penduduknya berusia di bawah 15,3 tahun, dan hampir 70% penduduknya berusia di bawah 25 tahun.

Faktor-faktor di balik tingginya angka kelahiran ini antara lain adalah keinginan yang kuat di kalangan masyarakat Niger untuk memiliki keluarga yang besar. Angka 7,08 itu pun masih dianggap rendah di negara ini. Kecenderungan untuk nikah dini dan kurangnya kesempatan untuk kaum perempuan mendapatkan pendidikan adalah faktor-faktor lain yang ikut berkontribusi pada tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di Niger. Sayangnya pertumbuhan penduduk yang pesat ini tidak disertai peningkatan produksi pangan yang memadai. Jumlah anggota per keluarga yang umumnya besar menyebabkan luas tanah yang diwarisi tiap anak makin mengecil.

Ketergantungan sebagian besar masyarakat Niger pada pertanian untuk kelangsungan hidup, ditambah dengan menurunnya curah hujan dan berkurangnya area tanah yang dapat ditanami, menyebabkan produksi pangan gagal mengikuti pesatnya pertambahan penduduk. Selama lebih dari setengah abad, lambatnya pertumbuhan ekonomi di Niger telah menyebabkan arus emigrasi yang berkesinambungan ke negara-negara tetangganya seperti Afrika Barat, Libya dan Algeria. (Baca juga: Negara-negara di Afrika )

2. Uganda

Angka kelahiran per perempuan di Uganda adalah sebesar 6,44. Walau posisinya masih di bawah Niger, Uganda diproyeksikan pada beberapa dekade mendatang akan menempati peringkat teratas dalam hal pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2050 Uganda diperkirakan akan memiliki jumlah penduduk mencapai 130 juta jiwa – bertambah lebih dari 3 kali lipat dari jumlahnya yang sekarang, yakni 38,3 juta jiwa. (Baca Juga : Negara Terkecil di Dunia)

Pertumbuhan pesat ini dikhawatirkan akan berdampak negatif dari segi ekonomi, bahkan berpotensi menjerat negara ini dalam kemiskinan dan instabilitas dalam negeri. Di luar daerah perkotaan, tingkat kehamilan yang sesungguhnya terjadi di kalangan kaum perempuan umumnya melebihi yang diinginkan oleh perempuan itu sendiri, dengan kelebihan 1 atau 2 kelahiran, hal mana menggambarkan tidak terpenuhinya kebutuhan akan kontrasepsi, kurangnya dukungan pemerintah pada program keluarga berencana, dan preferensi kultural akan keluarga yang besar dengan banyak anggota. Tingginya tingkat kematian di kalangan ibu-ibu melahirkan turut dipengaruhi oleh tingginya jumlah kelahiran, jarak antar kelahiran yang pendek, dan terlalu mudanya usia melahirkan. (Baca juga: Danau Terluas di Benua Afrika )

3. Mali

Angka kelahiran di Mali adalah 5,84, dan jumlah total populasinya adalah 17,5 juta jiwa. Ibukota Mali, Bamako, adalah salah satu dari kota-kota di Afrika yang paling cepat pertumbuhannya. Dengan struktur penduduk yang rata-rata berusia muda, tingkat kematian yang cenderung menurun, dan tingkat fertilitas yang stabil yakni 6 anak per perempuan, diprediksi jumlah total populasi di Mali akan bertambah menjadi dua kali lipat pada tahun 2035. Tingkat emigrasi yang besar pun hanya sedikit saja menghambat pertumbuhan ini. (Baca Juga : Negara Adidaya )

Walaupun tingkat kematian bayi, anak dan ibu cenderung menurun, namun tetap merupakan yang tertinggi di daerah sub-Sahara Afrika. Kurangnya akses kepada program KB, usia melahirkan yang terlalu muda, dan jarangnya tenaga bidan yang terlatih, adalah beberapa faktor penyebabnya. Namun di pihak lain, dengan tingkat penggunaan kontrasepsi yang sangat minim, kurangnya pendidikan dan pemberdayaan perempuan, dan preferensi pada keluarga yang besar, menyebabkan tingkat kelahiran di Mali cenderung tidak berubah selama beberapa dekade. (Baca juga: Danau Terluas di Benua Afrika )

4. Somalia

Angka kelahiran di Somalia adalah 5,8, hanya sedikit di bawah Mali. Di satu pihak, negara ini menderita akibat konflik internal yang berkepanjangan, kemiskinan dan kemunduran ekonomi, kerusakan lingkungan, perang dan bencana kelaparan yang menyebabkan angka kematian meningkat. Di lain pihak, dengan tingginya angka fertilitas dan besarnya jumlah penduduk usia reproduktif, menyebabkan tingkat pertumbuhan penduduk di Somalia terbilang tinggi. Lebih dari 60% penduduk Somalia berusia di bawah 25 tahun, dan angka fertilitasnya yang mendekati 6 anak per perempuan, hanya sedikit mengalami penurunan sejak 1970-an. (Baca juga: Pencemaran Lingkungan Hidup)

Tingkat harapan hidup di Somalia terbilang rendah akibat tingginya angka kematian ibu dan anak, penyebaran penyakit, sanitasi yang buruk, malnutrisi kronis, dan tidak memadainya layanan kesehatan yang ada. Kurangnya pendidikan dan kesempatan kerja di kalangan muda menyebabkan mereka rawan direkrut oleh kelompok ekstrimis dan pembajak. Tingkat keikutsertaan dalam pendidikan dasar di Somalia termasuk di antara yang terendah di dunia, yakni hanya 40% anak-anak yang bersekolah, sedang tingkat penganggurannya termasuk di antara yang tertinggi di dunia. (Baca Juga : Negara Anggota ASEAN )

5. Burkina Faso

Angka kelahiran di Burkina Faso adalah 5,71. Dengan struktur penduduknya yang rata-rata berusia muda, yang disebabkan angka kematian yang menurun dan tingginya angka fertilitas, Burkina Faso terus mengalami pertumbuhan penduduk yang pesat, sekitar 3% per tahunnya. Hal yang cukup memberatkan bagi negara ini karena terbatasnya lahan pertanian. Lebih dari 65% penduduknya berusia di bawah 25 tahun. (Baca juga: Sumber Daya Alam Pertanian)

Walau angka kematian bayi dan anak mengalami penurunan oleh karena membaiknya layanan dan sarana kesehatan dan sanitasi, tingkat kelahiran rata-rata per perempuan masih berada di angka 6. Bahkan jika angka fertilitas menurun secara substansial pun, besarnya kelompok penduduk yang memasuki usia reproduktif akan menyebabkan angka pertumbuhan penduduknya tetap tinggi. Ditambah lagi, hanya sepertiga jumlah penduduknya yang melek huruf dan pengagguran merajalela. Keadaan yang demikian tentunya menambah suran prospek ekonomi dari kelompok penduduk usia kerja di Burkina Faso. (Baca Juga : Negara Dengan Pendidikan Terbaik)

6. Ethiopia

Angka kelahiran di Etiopia adalah 5,7. Lebih dari 80% penduduk Etiopia hidup di pedesaan. Sebagai negara pertanian, Etiopia tengah berada pada tahap awal transisi demografis. Selama dekade terakhir, angka kematian bayi, anak dan ibu telah mengalami penurunan drastis, namun dalam periode yang sama angka kelahiran hanya mengalami sedikit penurunan. Turunnya angka fertilitas antara lain disebabkan usia pernikahan yang semakin tinggi dan makin meningkatnya jumlah perempuan yang memilih untuk tidak menikah.

Tingkat penggunaan kontrasepsi masih rendah, walaupun ada peningkatan signifikan dari 6% pada tahun 2000 menjadi 27% pada tahun 2012. Pesatnya angka pertumbuhan penduduk Etiopia menambah beban pada sumber daya alam tanah, memperluas kerusakan lingkungan, dan meningkatkan resiko kerawanan pangan.

7. Burundi

Angka kelahiran di Burundi adalah 5,63. Burundi adalah negara berpenduduk padat dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Keadaan ini dikombinasikan dengan kelangkaan lahan dan kemiskinan menempatkan sebagian besar penduduk Burundi dalam resiko kerawanan pangan. Sekitar 90% penduduk Burundi menggantungkan hidupnya pada pertanian. (Baca Juga : Negara Dengan Jumlah Bahasa Terbanyak )

Pembagian tanah keluarga kepada anak-anak, juga pengembalian tanah kepada para pengungsi yang kembali, mengakibatkan lahan yang ada semakin kecil dan makin kurang produktif. Kekurangan pangan, kemiskinan, dan kelangkaan air bersih menyebabkan 60% angka malnutrisi kronis di kalangan anak-anak.

8. Zambia

Tingginya angka kelahiran di Zambia sebesar 5,5 ikut menyebabkan pesatnya angka pertumbuhan penduduk yakni rata-rata 3% per tahun antara tahun 2000 dan 2010. Selama 30 tahun terakhir angka fertilitas di Zambia hanya menurun sebesar kurang dari 1,5%, dan tetap berada di antara yang tertinggi di dunia. Faktor-faktor yang ikut menyebabkannya antara lain kurangnya akses pada layanan KB, pendidikan anak-anak perempuan dan lapangan pekerjaan bagi kaum wanita. (Baca Juga : Negara Penghasil Beras )

Di Zambia terdapat pula disparitas dalam hal fertilitas, yang bergantung pada faktor seperti lokasi, apakah di perkotaan atau pedesaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Kaum wanita di daerah pedesaan yang miskin dan tak berpendidikan lebih cenderung kawin dini, melahirkan pada usia muda, dan memiliki lebih banyak anak. Anak dipandang sebagai simbol prestise, dan ada kesadaran di kalangan keluarga-keluarga bahwa tidak semua anak-anak mereka akan hidup hingga usia dewasa. Rendahnya tingkat harapan hidup ini ikut diperparah oleh HIV/AIDS yang prevalen di Zambia. (Baca Juga : Julukan Negara- negara di Dunia )

9. Angola

Negara dengan Angka Kelahiran Tertinggi selanjutnya adalah Angola sebesar 5,25. Selama lebih dari satu dekade setelah berakhirnya perang saudara selama 27 tahun di Angola, negara ini masih bergelut dengan berbagai masalah sosial dan ekonomi, di antaranya kemiskinan, tingginya angka kematian ibu dan anak, dan buta huruf. Walau ada peningkatan ekonomi yang pesat di negara yang kaya produksi minyak ini, lebih dari 40% penduduk Angola hidup di bawah garis kemiskinan, dan pengangguran merajalela khususnya di kalangan berusia muda. Tingkat melek huruf hanya sekitar 70%, dan lebih rendah di kalangan wanita yakni 60%. (Baca juga: Negara Penghasil Minyak )

Sekitar 45% penduduk Angola berusia di bawah 15 tahun. Jumlah penduduk dari kalangan muda usia ini diprediksikan akan meningkat pesat dengan angka fertilitas lebih dari 5 anak per wanita dan rendahnya tingkat penggunaan kontrasepsi. Kurang dari setengah dari kalangan wanita mengalami proses melahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan yang terlatih, yang ikut menyebabkan tingginya angka kematian ibu di Angola.

10. Afganistan

Angka kelahiran di Afganistan adalah sebesar 5,12. Sepanjang tahun 2017 jumlah penduduk di negara ini diproyeksikan akan bertambah sebanyak 1.027.761 jiwa dan mencapai jumlah 35.070.843 jiwa pada permulaan tahun 2018. Pertumbuhan alami diprediksikan positif oleh karena jumlah kelahiran akan melebihi jumlah kematian, yakni sebanyak 921.206 jiwa.

Jika tingkat migrasi eksternal tetap sama seperti tahun sebelumnya, jumlah penduduk akan bertambah sebanyak 106.555 jiwa dari migrasi. Hal ini berarti jumlah penduduk yang masuk untuk menetap di Afganistan akan lebih banyak daripada jumlah penduduk yang keluar untuk menetap di luar negeri. (Baca juga: Migrasi )

11. Republik Kongo

Angka kelahiran di Republik Kongo adalah sebesar 5,1. Meski negara ini berlimpah kekayaan alam, energi untuk PLTA, sumber-sumber mineral, maupun tanah yang subur, Republik Kongo masih bergelut dengan berbagai masalah sosial ekonomi, di antaranya angka kematian ibu dan anak yang masih tinggi, gizi buruk, layanan vaksinasi yang masih terbatas, dan frekuensi kelahiran yang tinggi dan dalam usia terlalu muda. Ditambah dengan adanya konflik berkepanjangan, salah kelola sumber daya, dan kurangnya investasi, mengakibatkan terjadinya rawan pangan, di mana hampir 30% anak-anak balita di Kongo menderita gizi buruk. (Baca juga: Cara Melestarikan Sumber Daya Alam di Bumi )

Secara keseluruhan, cakupan pelayanan publik untuk kebutuhan-kebutuhan mendasar, yakni pendidikan, kesehatan, sanitasi dan air bersih, sangat terbatas dan tidak merata, dengan disparitas yang besar secara regional dan antara perkotaan dan pedesaan. Tingkat kelahiran yang tinggi, hampir 5 kelahiran per wanita, diperkirakan akan tetap tinggi oleh karena rendahnya penggunaan kontrasepsi dan kecenderungan kultural untuk memiliki keluarga yang besar. (Baca Juga : Negara-negara di Afrika )

12. Mozambik

Angka kelahiran di Mozambik sebesar 5,08, termasuk di antara yang tertinggi di dunia, dan bisa lebih tinggi lagi di daerah pedesaan. Ini sudah berlangsung selama sedikitnya tiga dekade terakhir. Penyebabnya antara lain ketidaksetaraan gender, rendahnya penggunaan kontrasepsi, pernikahan dan kelahiran pada usia terlalu muda, dan kurangnya kesempatan memperoleh pendidikan terutama untuk kaum wanita. (Baca Juga : Benua Terbesar di Dunia)

Mozambik merupakan negara miskin yang jarang penduduknya, dengan tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi, dan pertumbuhan penduduk yang cepat terutama di kalangan kaum mudanya, di mana sekitar 45% penduduknya berusia di bawah 15 tahun. Angka kemiskinan di Mozambik terutama disebabkan bencana alam, wabah penyakit, pertumbuhan penduduk yang cepat, produktivitas yang rendah di sektor pertanian, dan distribusi kekayaan yang tidak merata. (Baca juga: Sumber Daya Alam Pertanian )

13. Nigeria

Angka kelahiran di Nigeria adalah sebesar 5,07. Dengan jumlah penduduk sebesar 186 juta pada tahun 2016, Nigeria diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan hingga mencapai jumlah 392 juta jiwa pada tahun 2050, dan menempatkan negara ini pada urutan keempat negara berpenduduk terpadat di dunia. (Baca Juga : Fungsi Hutan )

Angka kelahiran di Nigeria dapat dipastikan akan tetap tinggi dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini disebabkan kurangnya komitmen pemerintah dalam menerapkan program KB, baik dalam hal keuangan maupun ketersediaan layanan. Kecenderungan kultural untuk memiliki keluarga besar juga masih tinggi.

Baca Juga :

14. Malawi

Angka kelahiran di Malawi adalah sebesar 4,93. Dalam hal perbaikan tingkat kesehatan ibu dan anak, Malawi boleh dibilang cukup berhasil. Baik di pedesaan maupun di perkotaan, sebagian besar kaum ibu telah menerima layanan pramelahirkan dan melahirkan, dan sebagian besar anak telah menerima vaksinasi. Secara kultural, orang Malawi pun sudah lebih cenderung memilih keluarga kecil, dan kaum wanitanya sudah banyak yang menggunakan kontrasepsi demi mencegah kehamilan maupun memperbesar jarak antar kelahiran. (Baca Juga : Pencegahan Banjir )

Namun di pihak lain, pemerintah belum berhasil menurunkan angka kelahiran secara signifikan. Penurunan angka fertilitas hanya sedikit terjadi dari sekitar 7 anak per wanita pada tahun 1980-an menjadi sekitar 5,5 pada masa sekarang. Tingginya angka pertumbuhan penduduk dan angka kepadatan penduduk di Malawi tentu saja berdampak bagi sumber daya laut dnn darat yang dimiliki negara tersebut.

15. Benin

Angka kelahiran di Benin adalah sebesar 4,77. Sebagaimana Malawi, angka kelahiran di Benin juga telah mengalami penurunan, dari hampir 7 kelahiran per wanita pada tahun 1990 menjadi 4,8 pada tahun 2016. Namun angka ini masih terbilang tinggi. Sebanyak 65% penduduk Benin berusia di bawah 25 tahun. (Baca Juga : Pengertian Bencana Alam)

Tingkat penggunaa kontrasepsi masih rendah. Angka kematian ibu juga masih tinggi, walaupun sebagian besar wanita di Benin telah dibantu tenaga ahli kesehatan dalam layanan pasca kelahiran. Ini menjadi indikasi bahwa kualitas layanan yang diberikan masih harus ditingkatkan lagi.

Baca Juga :

Jadi begitulah Negara dengan Angka Kelahiran Tertinggi. Hal ini dipengaruhi banyak hal salah satunya adalah kurangnya sosialisasi tentang Keluarga Berencana atau yang lebih sering disebut dengan KB. Suatu negara harus mensosialisasikan Kb kepada warganya, agar kelahiran yang tinggi tidak terjadi pada negara tersebut. Semoga bermanfaat!

Artikel Terkait” state=”closed

Artikel Lainnya