Siapa sangka ternyata negara Indonesia memiliki sejarah tentang letusan gunung berapi cukup banyak. Diketahui jika Indonesia memiliki sekitar 127 gunung berapi aktif dengan masing-masing gunung mempunyai karakteristik yang berbeda termasuk saat mengalami letusan.
Bahkan dari semua letusan gunung berapi yang terjadi, beberapa diantaranya memberikan dampak yang luar biasa karena letusannya yang amat dahsyat. Selain banyak memakan korban jiwa, letusan gunung berapi paling dahsyat tersebut bahkan mempengaruhi kehidupan secara global.
Menurut sejarah, terdapat beberapa gunung berapi di Indonesia yang memiliki letusan paling dahsyat. Dan berikut daftar gunung berapi paling dahsyat di Indonesia yang perlu diketahui.
1. Gunung Tambora
Gunung Tambora adalah sebuah gunung berapi yang lokasinya berada di pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Gunung ini terbentuk akibat adanya zona subduksi aktif pada bagian bawahnya.
Menurut sejarah, pada zaman dahulu gunung Tambora mempunyai tinggi mencapai 4.300 meter dan menjadikannya sebagai gunung tertinggi di Indonesia. Pada tahun 1815, gunung ini meletus dengan sangat dahsyat. Diperkirakan besarnya letusan mencapai skala 7 (VEI).
Bahkan suara letusannya terdengar hingga ke pulau Sumatera yang berjarak lebih dari 2.000 km ke barat. Letusan tersebut juga mengeluarkan abu vulkanik yang terbawa hingga Kalimantan, Jawa, Maluku dan Sulawesi.
Tidak hanya itu, letusan oleh gunung ini memicu terjadinya tsunami dan menewaskan lebih dari 10.000 jiwa. Beberapa bulan berikutnya letusan yang disebabkan oleh Gunung Tambora sangat berdampak pada iklim dunia.
Suhu planet Bumi mengalami penurunan antara 3-4 derajat celcius. Negara-negara di benua Eropa mengalami tahun tanpa musim panas dan justru terjadi badai salju. Hal ini disebabkan karena atmosfer bumi tertutup oleh abu vulkanik dari Gunung Tambora.
Diperkirakan ada sekitar 71.000 korban jiwa dengan 11.000-12.000 diantaranya adalah korban langsung dari letusan gunung.
2. Gunung Toba
Danau Toba yang kita kenal selama ini dahulu merupakan sebuah gunung bernama gunung Toba. Gunung ini meletus sekitar 74 ribu tahun yang lalu dan diyakini sebagai salah satu letusan paling besar di dunia.
Gunung Toba pernah mengalami letusan sebanyak tiga kali dengan letusan pertama terjadi sekitar 800 ribu tahun lalu. Akibat dari letusan ini, tercipta kaldera di bagian selatan Danau Toba, meliputi daerah Porsea dan Prapat.
Letusan kedua tergolong letusan yang kecil dan terjadi pada 500 ribu tahun lalu. Letusan ini menghasilkan kaldera pada bagian utara Danau Toba. Sedangkan letusan ketiga inilah yang tergolong letusan paling dahsyat dan menghasilkan kaldera yang lebih dikenal sebagai Danau Toba.
Gunung Toba termasuk supervulkan karena memiliki kantong magma yang amat besar sehingga ketika meletus akan menciptakan kaldera berukuran besar. Letusannya mengeluarkan sekitar 2.800 km kubik material berupa abu dan lava yang merusak seluruh kehidupan di sekitarnya.
Dampak dari letusan ini menyebabkan suhu bumi mengalami penurunan sebanyak 3-5 derajat celcius selama beberapa tahun setelah letusan. Akibat suhu bumi yang turun ini, nyaris menyebabkan kepunahan massal manusia purba yang hidup di Afrika Selatan.
3. Gunung Samalas
Gunung Samalas adalah sebuah gunung yang pernah ada di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, memiliki tinggi mencapai 4.200 meter di atas permukaan laut. Letusan gunung Salamas yang terjadi pada tahun 1257 menghasilkan sebuah kaldera Segara Anak yang terletak di ujung barat Gunung Rinjani.
Ketika meletus, Gunung Samalas menciptakan kolom erupsi yang sangat tinggi, yakni sekitar puluhan kilometer ke atmosfer bumi. Bahkan aliran piroklastiknya mengubur hampir seluruh Pulau Lombok dan sebagian proklastik mencapai Pulau Sumbawa yang berada di seberang pulau.
Catatan mengenai letusan Gunung Samalas tercatat pada naskah lontar Babad Lombok yang menjelaskan jika aliran piroklastik menghancurkan banyak pemukiman penduduk, termasuk Pamatan yang saat itu menjadi Ibu Kota dari sebuah kerajaan di Lombok.
Letusan Gunung Samalas dianggap dua kali lebih kuat daripada letusan yang diciptakan oleh Gunung Tambora. Tidak heran jika efek dari letusan Gunung Samalas menyebabkan perubahan iklim cukup ekstrim di abad pertengahan. Di beberapa negara, musim panas terasas lebih dingin dan hujan tidak pernah berhenti.
4. Gunung Krakatau
Letusan gunung berapi yang berasal dari Gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan letusan paling dahsyat. Diketahui jika gunung yang berada di antara pulau Jawa dan pulau Sumatera, memiliki suara letusan yang dapat terdengar hingga Australia dan negara Sri Lanka.
Tidak hanya itu saja, letusannya mengakibatkan sekitar 2/3 pulau atau tubuh gunung hancur dan menenggelamkan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Seperti yang diketahui jika Gunung Krakatau merupakan salah satu gunung yang ada di tengah laut.
Letusan gunung menimbulkan gelombang tsunami yang amat besar dengan tinggi gelombang mencapai 40 meter. Ada lebih dari 30 ribu jiwa meninggal dunia akibat gelombang tsunami.
Selain mengeluarkan lava, letusan gunung juga menghasilkan gas sulfur oksida naik ke atmosfer bumi. Akibatnya sinar Matahari menjadi sulit masuk dan menyebabkan dunia menjadi gelap selama 2 setengah hari dan berdampak pada perubahan iklim global. Suhu bumi mengalami penurunan sekitar 1,2 derajat celcius dan hal tersebut berlangsung hingga tahun 1888.
Meskipun saat ini Gunung Krakatau telah musnah, namun gunung ini berhasil melahirkan gunung baru yang dikenal dengan nama Gunung Anak Krakatau. Gunung Anak Krakatau termasuk gunung berapi aktif dan selalu cukup sering mengalami erupsi namun dengan skala yang kecil.
5. Gunung Kelud
Gunung Kelud merupakan gunung berapi tipe stratovulkan yang terletak di Jawa Timur. Menurut para ahli, gunung ini terbentuk akibat proses subduksi antara lempeng benua Indo-Australia dengan lempeng Eurasia.
Gunung Kelud pernah mengalami letusan yang cukup besar pada tahun 2014 dan abu vulkaniknya tersebar hingga Yogyakarta dan Jawa Tengah. Akan tetapi letusan terbesarnya pernah terjadi pada tahun 1919.
Letusan di tahun 1919 berdasarkan laporan Carl Wilhelm Wormser (1876-1946), seorang pejabat di Pengadilan Landraad di Tulungagung di masa kolonial Belanda yang saat itu menjadi saksi mata letusan Gunung Kelud. Letusan tersebut menyebabkan sekitar 5.160 jiwa meninggal dunia dan merusak sekitar 15.000 hektar lahan produktif akibat lahar panas.
Diceritakan jika pada hari itu bumi berguncang, sinar Matahari menghilang dan menjadi gelap. Gunung Kelud mengeluarkan abu disertai sambaran petir, kemudian disusul oleh lahar panas yang membakar apapun yang dilewatinya.