Sebelum kita ke topik pembahasan utama, alangkah baiknya kalau kita mengetahui apa itu mitigasi bencana. Mitigasi bencana adalah upaya yang dilakukan untuk mengurasi atau mencegah resiko dari bencana tersebut, baik itu melalui pembangunan fisik maupun peningkatan dan penyadaran kepada masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana yang sudah tertera di Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Jadi, mitigasi bencana banjir adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi resiko dari bencana banjir. ( baca : Upaya Penanggulangan Banjir )
Jenis-jenis Mitigasi Bencana Banjir
Mitigasi dalam bencana banjir terbagi menjadi 2 macam, yaitu mitigasi secara struktural dan mitigasi secara non-struktural. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing mitigasi.
1. Mitigasi Struktural
Mitigasi Struktural adalah upaya yang dilakukan demi meminimalisir bencana seperti dengan melakukan pembangunan danal khusus untuk mencegah banjir dan dengan membuat rekayasa teknis bangunan tahan bencana, serta infrastruktur bangunan tahan air. Dimana infrastruktur bangunan yang tahan air nantinya diharapkan agar tidak memberikan dampak yang begitu parah apabila bencana tersebut terjadi. ( baca : Cara Mencegah Banjir )
Beberapa contoh yang dapat dilakukan dengan metode mitigasi struktural adalah :
- Membangun tembok pertahanan dan tanggul – Sangat dianjurkan untuk membangun tembok pertahanan dan tanggul di sepanjang aliran sungai yang memang rawan apabila terjadi banjir, seperti kawasan yang dekat dengan penduduk. Hal ini sangat membantu untuk mengurangi resiko dari bencana banjir yang kerap terjadi pada tingkat debit banjir yang tidak bisa diprediksi. Misalnya adalah banjir bandang.
- Mengatur kecepatan aliran dan debit air – Diusahakan untuk memperhatikan kecepatan aliran dan debit air di daerah hulu. Yang dimaksud disini adalah dengan mengatur aliran masuk dan keluar air di bagian hulu serta membangun bendungan / waduk guna membendung banjir. ( baca : Manfaat Waduk )
- Membersihkan sungai dan pembuatan sudetan – Pembersihan sungai sangatlah penting, dimana hal ini untuk mengurangi sedimentasi yang telah terjadi di sungai, cara ini dapat diterapkan di sungai yang memiliki saluran terbuka, tertutup ataupun di terowongan. ( baca : Manfaat Sungai )
2. Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non-struktural adalah upaya yang dilakukan selain mitigasi struktural seperti dengan perencanaan wilayah dan & asuransi. Dalam mitigasi non-struktural ini sangat mengharapkan dari perkembangan teknologi yang semakin maju. Harapannya adalah teknologi yang dapat memprediksi, mengantisipasi & mengurangi resiko terjadinya suatu bencana.
Beberapa contoh yang dapat dilakukan dengan metode mitigasi non-struktural adalah :
- Pembentukan LSM – Membentuk LSM yang bergerak dalam bidang kepedulian terhadap bencana alam dan juga mengadakan kampanye peduli bencana alam kepada masyarakat, agar masyarakat lebih sadar untuk selalu siap apabila bencana alam terjadi.
- Melakukan Pelatihan dan Penyuluhan – Melatih, mendidik dan memberikan pelatihan kepada masyarakat akan bahaya banjir yang disertai dengan pelatihan lapangan. ( baca : Cara Menghindari Banjir )
- Membentuk Kelompok Kerja atau POKJA – Dimana dalam kelompok tersebut didalamnya beranggotakan instansi terkait untuk melakukan dan menetapkan pembagian peran dan kerja untuk penanggulangan benjana bajir.
- Mengevaluasi Tempat Rawan Banjir – Melakukan pengamatan dan penelusuran di tempat yang rawan banjir, sehingga apabila ada tanggul yang sudah tidak kuat segera diperbaiki.
- Memperbaiki Sarana dan Prasarana – Mengajukan proposal untuk pembangunan perbaikan sarana dan prasarana yang memang sudah tidak layak.
- Menganalisa Data-data yang Berkaitan dengan Banjir – Mengevaluasi dan memonitor data curah hujan, debit air dan informasi yang berkaitan dengan banjir seperti daerah yang rawan banjir dan mengidentifikasi daerah yang rawan banjir tersebut. Apakah memang ada tanggul yang rusak atau memang daerah tersebut sangat berbahaya apabila ditempati. ( baca : Alat Pengukur Curah Hujan )
- Membuat Mapping – Membuat peta sederhana untuk daerah yang rawan banjir disertai dengan rute pengungsian, lokasi POSKO dan lokasi pos pengamat banjir.
- Menguji Peralatan dan Langkah Selanjutnya – Menguji sarana sistem peringatan dini terhadap banjir serta memikirkan langkah selanjutnya apabila sarana tersebut belum tersedia.
- Menyiapkan Persediaan Sandang, Papan dan Pangan – Mempersiapkan persediaan tanggap darurat seperti menyediakan bahan pangan, air minum dan alat yang akan digunakan ketika bencana banjir terjadi. ( baca : Proses Terjadinya Banjir dengan Menggunakan Prinsip Geografi )
- Membuat Prosedur Operasi Standar Bencana Banjir – Merencanakan Prosedur Operasi Standar untuk tahap tanggap darurat yang nantinya melibatkan semua anggota yang bertujuan untuk mengidentifitasi daerah rawan banjir, identifikasi rute evakuasi, mepersiapkan peralatan evakuasi dan juga tempat pengungsian sementara.
- Mengadakan Simulasi Evakuasi – Melakukan percobaan pelatihan evakuasi apabila bencana banjir terjadi dan menguji kesiapan tempat pengungisan sementara beserta perlengkapan dalam pengungsian.
- Mengadakan Rapat – Mengadakan rapat koordinasi di berbagai tingkat dan utamanya adalah instansi pemerintah tentang pencegahan bencana banjir.
Tindakan Ketika Banjir dan Setelah Banjir
Selain mitigasi bencana banjir, kita juga perlu mengetahui langkah apa saja yang dapat dilakukan ketika saat terjadi banjir dan apabila banjir tersebut sudah terjadi.
Tindakan Ketika Saat Terjadi Banjir
- Jangan panik dan berusaha untuk bisa menyelamatkan diri.
- Pada saat terjadi bencana banjir, warga sekitar dihimbau untuk memantau perkembangan cuaca di tempat kejadian. Apabila hujan secara terus menerus tidak berhenti dan bertambah lebat, maka warga sekitar sebaiknya segera pergi ke tempat yang lebih aman yang telah diberitahukan oleh LSM.
- Masyarakat yang terkena bencana banjir dihimbau agar tetap menjaga kesehatan mereka agar tidak menambah korban akibat bencana banjir. Karena ketika bencana banjir datang, nantinya akan dilakukan evakuasi yang sangat membutuhkan banyak tenaga warga.
- Apabila air yang datang lagi, secepat mungkin untuk menjauhinya dan segera mungkin untuk menyelamatkan diri dengan menuju ke tempat yang aman ataupun ke tempat yang lebih tinggi. ( baca : Banjir Lahar )
- Apabila terjebak dalam rumah atau bangunan ketika bencana banjir terjadi, sebisa mungkin mengambil benda untuk mengapung agar tidak tenggelam.
- Berhati-hatilah dengan listrik kabel yang masih dialiri listrik.
- Menyelamatkan dokumen dokumen penting.
- Ikut serta aktif dalam tenda pengungsian dengan membantu keperluan yang memang membutuhkan banyak tenaga seperti membantu mendirikan tenda, membantu dapur umum, membantu mencari air bersih dan hal yang lainnya. ( baca : Manfaat Air Hujan )
- Diusahakan untuk bijak dalam menggunakan air bersih.
- Membantu mereka yang membutuhkan tempat tinggal dan kesehatan bagi mereka yang memang terluka akibat bencana banjir tersebut.
Tindakan Setelah Banjir Terjadi
- Memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, seperti bantuan tempat tinggal, makanan dan pakaian.
- Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan yang terkena banjir, seperti membersihkan lumpur yang tergenang di dalam rumah ataupun di lingkungan dekat rumah.
- Melakukan kaporitasi sumur gali. ( baca : Manfaat Penampungan Air )
- Memperbaiki jamban dan saluran pembuangan air limbah. ( baca : Bahaya Limbah Bauksit Bagi Lingkungan )
- Memberikan bantuan kesehatan lingkungan dengan memberikan obat serta pelayanan kesehatan secara gratis.
- Menjaga sistem pembuangan air dan limbah agar tetap bersih dan tidak kotor ataupun tersumbat. ( baca : Cara Pemanfaatan Sampah )
- Menjauhi kabel atau listrik agar tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan.
- Menghindari wilayah yang sudah rusak seperti bangunan yang sudah tidak layak pakai.
- Tidak mempergunakan air bersih secara semena-mena.
- Memeriksa ketersediaan air bersih. ( baca : Ciri-ciri Pencemaran Air – Dampak Polusi Air )
Itulah pembahasan mengenai mitigasi bencana banjir yang harus diperhatikan dan juga diterapkan oleh masyarakat maupun lembaga pemerintah yang terlibat dalam penanggulangan bencana alam.