Categories
Tanah

Jenis Tanah yang Baik untuk Kelapa Sawit

Kelapa Sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis) merupakan tanaman penghasil minyak yang bisa digunakan untuk memasak, industri hingga sebagai campuran bahan bahan bakar Biodiesel. Kebutuhan terhadap minyak sawit semakin meningkat setiap tahunnya sehingga tak ayal menyebabkan perusahaan perkebunan mengkonversi dan memperluas areal tanam untuk meningkatkan produktivitas dalam memenuhi permintaan pasar yang begitu tinggi.

Saat ini, Indonesia bersama dengan Malaysia menjadi produsen minyak sawit mentah atau CPO terbesar dengan total mencapai 85 persen dari produksi dunia. Kelapa sawit juga sebagai tanaman industri penting penghasil devisa bagi negara dan menyumbang sekitar 4.5 persen PDB Indonesia berdasarkan data pada tahun 2008. Penyebaran tanaman kelapa sawit terdapat di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan, Sulawesi hingga Sebagian Papua.

Kelapa sawit memerlukan tanah yang relatif datar dengan lapisan tanah yang tebal, tidak tergenang dan jenis-jenis tanah subur untuk mendukung sehingga pertumbuhan-nya akan berlangsung secara optimal sehingga produksi TBS dapat meningkat secara signifikan. Berikut Jenis Tanah yang Baik untuk Kelapa Sawit :

1. Latosol

Merupakan tanah yang memiliki warna merah hingga coklat sehingga sering disebut dengan tanah merah. Sifat sifatnya seperti mudah menyerap air, merupakan tanah dalam, memiliki kandungan bahan organik yang sedang dengan pH tanah netral hingga asam. Jenis tanah Latosol ini banyak dijumpai di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bali, Jawa, Sulawesi Utara dan Papua. Selain untuk kelapa sawit, tanah Latosol juga sangat baik untuk tanaman Palawija, Padi, Karet dan Kopi.

2. Organosol

Merupakan tanah yang terbentuk dari hasil pelapukan bahan organik dan merupakan salah satu jenis tanah yang subur dan terbagi menjadi dua yaitu tanah humus dan tanah gambut. Jika tanah humus tidak perlu dibahas lagi karena banyak yang sudah tahu kekayaan unsur hara didalamnya, sedangkan untuk tanah gambut cenderung masam sehingga kurang cocok untuk tanaman lain, hingga saat ini baru kelapa sawit yang cocok tumbuh di tanah gambut.

3. Alluvial

Tanah aluvial merupakan tanah dengan ciri ciri mirip dengan latosol yang terbentuk dari hasil pengendapan material halus dari aliran sungai. Jenis tanah ini sering ditemukan di Daerah Aliran Sungai (DAS). Berwarna kelabu dengan struktur dengan sedikit lepas lepas dan mengenai tingkat kesuburan tanah Alluvial tergantung dari jenis material yang dibawah oleh aliran sungai. Tanah ini sangat cocok ditanami padi, palawija, buah buahan, tembakau dan berbagai tanaman palma seperti aren dan kelapa.

Aspek Yang Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Kelapa Sawit

Kelapa sawit berbentuk pohon dan dapat mencapai ketinggian 25 meter diatas tanah, berakar serabut yang mengarah kebawah dan sebagian kesamping. Termasuk kelompok tumbuhan Palma dengan penampakan daun yang menyirip dengan warna hijau tua. Pada usia muda, kelapa sawit terlihat seperti tanaman salak, namun memasuki usia 4 tahun batang sudah diselimuti sisa pelepah yang sudah mati hingga berusia 12 tahun, setelah itu penampilannya seperti kelapa pada umumnya.

Ada 3 tipe kelapa sawit yang banyak dibudidaya jika dilihat dari ketebalan cangkangnya yakni Dura dengan ciri ciri memiliki cangkang yang tebal sehingga dapat memperpendek usia mesin pengolah, meskipun begitu memiliki buah yang tergolong besar dan kandungan minyak mencapai 18 persen. Sedangkan untuk Pisifera tidak memiliki cangkang sehingga tidak memiliki minyak kernel dan betina steril sehingga sehingga produksi buahnya sangat rendah. Sedangkan Terera merupakan hasil persilangan antara Dura dengan Pisifera yang memiliki cangkang yang tipis dan kandungan minyak mencapai 28 persen. Terena merupakan bibit unggul yang banyak dibudidayakan hingga sekarang. Terdapat beberapa aspek yang akan mempengaruhi hasil atau produksi Buah Tandan Segar (BTS) kelapa sawit,seperti iklim, vegatasi dan jenis tanah.

Ketiga bagian tersebut harus benar benar diperhatikan supaya kelapa sawit dapat tumbuh secara optimal, berikut adalah penjelasannya  :

a. Iklim

Kelapa sawit dapat tumbuh di daerah beriklim tropis seperti iklim di Indonesia yang terletak di antara 15 derajat Lintang Utara hingga 15 derajat Lintang Selatan, dengan jumlah sinar matahari yang berlimpah sepanjang tahun dan kelembapan udara yang cukup. Itulah kenapa setiap perusahaan perkebunan kelapa sawit sangat memerlukan data-data mengenai iklim yang meliputi panjang paparan sinar matahari, curah hujan, suhu rata rata minimal dan maksimal, kelembapan udara dan tingkat evaporasi (penguapan).

Kelapa sawit memerlukan curah hujan setidaknya 2500 hingga 3500 mm pertahun dengan distribusi rat-rata sebesar 100 mm untuk setiap bulannya. Dengan curah hujan sebanyak itu tentu saja akan menyebabkan kelembapan udara terjaga dan dapat mendukung pertumbuhan. Selain itu kelapa sawit juga membutuhan paparan sinar matahari secara langsung rata rata 6 hingga 7 jam setiap hari dan berada pada tempat dengan suhu ideal antara 24 hingga 32 derajat celcius dan sangat sensitif dengan suhu rendah yang dapat menyebabkan tertutupnya stomata sehingga laju fotosintesis juga akan terhambat.

b. Vegetasi

Kualitas tanah secara keseluruhan dapat diukur dan diuji dari jenis tanaman vegetasi yang mendominasi. Selain itu vegetasi yang tumbuh disuatu areal harus diuji untuk mengetahui dan memperkirakan tingkat kesuburan tanah, biaya land clearing, manajemen air hingga sistem drainase yang cocok untuk suatu lahan. Contoh jika vegetasi utama yang tumbuh berupa alang alang, tropical bracken dan rhododendron sebagai indikasi bahwa tanah tersebut miskin unsur hara sehingga perlu dilakukan perbaikan dengan pupuk (baca : cara menyuburkann tanah kering)

c. Tanah

Sistem perakaran kelapa sawit yang buruk sehingga tidak efisien dalam menyerap unsur hara, hanya akar pada kedalaman sekitar 30 cm saja yang aktif menyerap unsur hara. Sementara itu kebutuhan kelapa sawit terhadap unsur hara sangatlah besar, hal inilah yang menyebabkan diperlukan banyak pupuk untuk meningkatkan hasil panen. Tanpa adanya tambahan pupuk maka sangat sulit untuk mendapatkan hasil yang baik dan mengurangi penyebab tanah tandus.

Kebutuhan unsur hara tergantung dari  tanah tempat media tumbuh kelapa sawit, sementara itu tanah terbagi atas beberapa jenis dengan karakteristik yang berbeda beda pula. Oleh karena itu perlu dilakukan survey tanah secara menyeluruh untuk memberikan informasi mengenai perhitungan potensi hasil dan biaya. Setiap perusahaan perkebunan harus melakukan riset seperti ini supaya tidak mengalami kerugian di kemudian hari.