Categories
Tanah

Pengertian Akuifer – Sistem – Klasifikasi – Jenis

Dalam kehidupan, manusia tidak lepas dari air sebagai unsur vital dalam menjalani aktifitas sehari-hari, mulai dari mandi, memasak, minum, mencuci baju, pembangkit tenaga listrik, dan lain sebagainya. Air telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup manusia, dan tubuh manusia mengandung air hampir kurang lebih 70% persen. Serta, 60% persen permukaan planet Bumi dilapisi oleh air, baik air permukaan dan air bawah tanah. Sehingga, peranan air sangat dominan dalam kelangsungan hidup mahkluk di planet Bumi ini. Berbicara mengenai air, salah satu jenis air adalah akuifer. Akuifer secara umum merupakan jenis lapisan tanah pembawa air dan air tersebut berkumpul dan membuat genangan atau aliran yang ada di bawah permukaan bumi. Penjelasan mengenai akuifer lebih lanjut dapat dilihat dalam beberapa paragraf berikut ini.

Pengertian

Secara epistemologi, akuifer merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari kata aqui atau aqua, yang bermakna air, dan kata ferre, yang berarti membawa. Selanjutnya, dari beberapa ahli pengertian akuifer adalah sebagai berikut: akuifer adalah lapisan tanah yang memiliki kandungan air yang mengalir melalui ronga-rongan udara kedalam bawah tanah (Herlambang, 1996). Selain itu, berdasarkan sifat batuan terhadap air, akuifer adalah lapisan batuan jernih air di bawah permukaan tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air dalam kuantitas yang mencukupi dan ekonomis. Menurut ilmu tanah, akuifer adalah lapisan tanah pembawa air yang memiliki daya ekonomis dalam mengalirkan atau merembaskan air ke dalam tanah. Sebagai contoh lapisan tanah sebagai pembawa air atau akuifer dapat terjadi pada jenis lapisan tanah dan batuan sebagai berikut ini:

Sehingga, akuifer dapat terjadi jika suatu media, baik tanah atau batuan memiliki ronga atau pori atau ruang yang dapat mengalirkan jumlah air dalam kuaantitas yang memadai dan berlangsung secara efisien.

Sistem Akuifer

Dari pengertian mengenai akuifer tersebut di atas, menurut Puradimaja (1993), dilihat dari tipologinya di Indonesia, sistem akuifer memiliki lima tipologi sistem akuifer, antara lain sebagai berikut:

  1. Sistem Akuifer Endapan Gunungapi. Sistem ini terjadi pada area gunung berapi dimana lapisan pembawa air mulai dari permukaan gunung yang terdiri dari batuan piroklastik yang turun ke bagian dalam gunung berapi menuju aliran lava dan selanjutnya masuk kedalam batuan dasar gunung berapi;
  2. Sistem Akuifer Endapan Aluvial. Sistem ini terdapat pada jenis tanah endapan aluvial yang terdapat di sepanjang aliran sungai yang jenis tanahnya masih muda dan belum terkonsolidasi dengan sempurna sehingga lapisan tanah ini dapat mengalirkan air atau meresapkan air menuju permukaan dalam lapisan tanah;
  3. Sistem Akuifer Batuan Sedimen. Sistem ini mengalami prosesnya pada lapisan batuan sedimen yang memiliki ronga atau pori atau rekahan dan meneruskan air di atas permukaan menuju ke bagian dalam atau bawah permukaan tanah;
  4. Sistem Akuifer Batuan Kristalin dan Metamorf; dan
  5. Sistem Akuifer Endapan Glasial.

Klasifikasi Akuifer

Dalam menentukan klasifikasi akuifer sendiri ada tiga pengukuran dalam menentukan jenis akuifer yang ada. Adapun pengukuran tersebut meliputi sebagaimana berikut ini:

  • tingkat ketebalan akuifer. tingkat ketebalan ini diukur dari permukaan air tanah hingga lapisan yang berkarakteristik semi kedap air, yang meliputi akuiklud dan akuifus.
  • tingkat permeabilitas. pengukuran ini dilihat dari kemampuan suatu akuifer dalam meneruskan kuantitas air melalui penampang sebesar 1 m persegi. Tingkat permeabilitas ini ditentukan berdasar tekstur dan struktur mineral atau partikel-partikel atau butiran-butiran penyusun batuannya.
  • koefisiensi lolos. Koefisiensi ini menunjukkan seberapa besar kemampuan batuan dalam meloloskan aliran air tanah.

Jenis-jenis akuifer

Berdasarkan pengertian, sistem, dan klasifikasi akuifer yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya, maka akuifer dapat dibedakan kedalam beberapa jenis akuifer. Menurut Kodoatie (2012), jenis akuifer terdiri dari tiga jenis, yaitu:

  1. Akuifer bebas, atau unconfined aquifer. Akuifer yang lapisan pembatasnya hanya pada bagian bawah saja dan tidak ada lagi sekat dengan lapisan atasnya, yaitu pada muka air tanah.
  2. Akuifer tertekan, atau confined aquifer. Akuifer yang pembatas pada lapisan atas dan bawahnya merupakan pembatas yang tidak tembus air sehingga menyebabkan air muncul di atas formasi tertekan pad abagian bawahnya sehingga akuifer ini terisi penuh oleh air tanah.
  3. Akuifer semi tertekan, atau leaky aquifer. Akuifer yang memiliki air yang jenuh dan dibatasi oleh lapisan atas berupa akuitard dan lapisan bawah yang merupakan akuiklud. Jenis akuifer ini merupakan jenis akuifer yang sempurna karena pada lapisan atas dibatasi oleh lapisan semi-lolos air dan lapisan bagian bawah adalah lapisan lolos air atau semi-lolos air.

Selain ketiga jenis akuifer tersebut, ada satu akuifer lagi yang merupakan akuifer buatan. Akuifer ini merupakan lapisan tanah yang sengaja dibuat atau ditata ulang untuk menyimpan dan mengalirkan air dari dalam tanah sehingga dapat menjadi sumber air yang berkelanjutan. Tujuan dibuatnya akuifer buatan ini adalah sebagai sumber penyediaan air baku bagi penduduk yang daerahnya sangat minim sekali terdapat aliran air dan sering mengalami kekeringan dalam jangka waktu yang lama. Proses akuifer buatan ini melalui beberapa tahapan.

Pertama, air permukaan dialirkan ulang ke dalam akuifer buatan yang selanjutnya akan mengalir dengan kecepatan yang sangat lamban menuju lapisan tanah batuan pembentuk akuifer. Selanjutnya, kuantitas air akan terpenuhi oleh akuifer selama perjalanan menuju tempat penampungan atau pengambilan. Semakin lamban kecepatannya semakin baik akuifernya. Akuifer ini merupakan solusi bagi ketersediaan air yang berkelanjutan dan dapat menjadi sumber air tanah yang dapat diperbaharui dan dikembangkan pada daerah yang rawan air untuk digunakan dalam kegiatan atau aktifitas sehari-hari. Selain itu, akuifer buatan ini dapat menjadi prasarana dalam program konservasi daerah aliran sungai.