Indonesia yang terletak di daerah garis khatulistiwa membuat negara kita memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Maka tidak heran jika curah hujan di Indonesia cukup tinggi dan biasanya daerah di sekitar garis khatulistiwa yang beriklim tropis akan banyak dijumpai hutan hujan tropis. Selain itu, hal yang menyebabkan Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi yaitu posisinya yang diapit oleh 2 samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik sehingga terjadi penguapan yang cukup tinggi akibat adanya pemanasan dari matahari.
Hasil penelitian menyatakan bahwa rata – rata curah hujan yang terjadi di Indonesia mencapai 2.000 hingga 3.000 mm setiap tahunnya. Namun, masih ada sedikit tempat di Indonesia yang memiliki curah hujan di bawah 1.000 mm per tahunnya seperti di Pantai Timur Laut Sumba dan Pegunungan Ijen. Beberapa tempat mempunyai curah hujan yang sangat tinggi atau lebih dari 3.000 mm per tahun, seperti yang terjadi di Bukit Barisan dan Bangka Belitung.
Lalu apa yang menyebabkan di beberapa daerah memiliki curah hujan yang rendah? Hal ini disebabkan karena hujan tersebut jatuh pada daerah bayangan hujan. Sehingga hujan yang jatuh cenderung sangat sedikit di daerah tersebut. Bagaimana hujan terbentuk? Hujan terbentuk akibat adanya awan yang sudah berada pada kondisi jenuh dengan uap air sehingga uap air tersebut turun sebagai akibat dari gaya gravitasi. Hujan terbagi menjadi 3 jenis berdasarkan proses terbentuknya yaitu hujan zenithal, hujan frontal dan hujan orografis. Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan perbedaan antara hujan zenithal dan hujan frontal.
Hujan Zenithal
Hujan zenithal mempunyai nama lain yaitu hujan konveksi dan hujan ini hanya bisa ditemukan di sekitar wilayah khatulistiwa termasuk Indonesia. Hujan zenithal berasal dari pertemuan antara pasat tenggara dengan angin pasat timur. Pertemuan antara kedua angin yang sama – sama bersifat panas tersebut bergerak naik ke atmosfer, akibatnya suhu di sekitar awan menjadi turun secara perlahan hingga awan mencapai titik jenuh. Di saat inilah hujan zenital terbentuk dan jatuh ke bumi.
Hujan zenithal sendiri biasanya dicirikan dengan munculnya awan yang berwarna hitam diiringi dengan suara guntur. Terjadi saat kondisi cuaca cerah dan matahari bersinar sangat terik. Hujan zenithal hanya terjadi di daerah yang beriklim tropis dan berlangsung selama dua kali dalam satu tahun.
Karakteristik dari hujan zenithal antara lain:
- Hujan ini banyak ditemukan di daerah tropis seperti di Indonesia. Hal ini disebabkan daerah tersebut banyak mengalami penyinaran oleh sinar matahari sehingga banyak perairan yang mengalami penguapan. Tidak heran akan di daerah tropis akan banyak ditemukan awan di atmosfernya.
- Sebelum hujan turun, biasanya diawali dengan munculnya awan yang berwarna gelap atau mendung. Awan tersebut dikenal dengan nama awan cumola nimbus.
- Hujan zenithal sering terjadi pada siang hari yang sangat terik dan panas, namun terkadang hujan ini juga terjadi pada sore hari.
- Saat hujan terjadi biasanya juga diikuti oleh guntur dan hujan yang turun sangat deras. Sehingga tidak jarang di beberapa tempat mengalami gangguan listrik saat hujan zenithal terjadi.
- Proses terjadinya hujan zenithal sangat cepat. Sehingga tidak heran jika saat di siang hari yang sangat panas dan terik, tiba – tiba cuaca berubah bersamaan dengan munculnya awan berwarna gelap disertai guntur.
- Hujan zenithal yang turun sangat deras, terkadang dapat membersihkan udara yang kotor akibat adanya polusi udara. Sehingga tidak heran daerah yang terkena hujan akan terasa lebih sejuk.
Hujan Frontal
Lain halnya dengan hujan zenithal, hujan frontal atau hujan konvergen banyak terjadi di daerah subtropis dan sedang. Hujan ini terjadi sebagai akibat dari pertemuan antara massa udara yang dingin dengan massa udara panas. Pertemuan antara kedua massa udara tersebut terjadi di sebuah bidang front sehingga tidak heran jika hujan ini dinamakan dengan hujan frontal.
Akibat dari pertemuan antar kedua massa yang berbeda tersebut menyebabkan massa udara dingin berada di bawah massa udara panas. Hal ini disebabkan karena massa udara dingin lebih berat dibandingkan dengan massa udara yang panas. Akibat letak massa udara yang berada di bawah tersebut menyebabkan terjadinya titik – titik uap air yang dibawa oleh massa udara dingin berubah menjadi hujan di bidang frontal.
Adapun ciri-ciri dari hujan frontal antara lain:
- Hujan ini terjadi di daerah yang bernama front. Front sendiri merupakan daerah pertemuan antara massa udara dingin dan bersuhu rendah dengan massa udara panas dan bersuhu tinggi. Daerah tersebut banyak dijumpai di wilayah yang beriklim subtropis dan sedang.
- Jika hujan frontal terjadi di wilayah yang beriklim tropis, maka hujan yang turun akan berbentuk es atau hujan es. Hal ini disebabkan karena terjadi kondensasi yang berasal dari sumber air di bumi berupa titik uap air, kemudian berkumpul membentuk awan yang memiliki suhu yang sangat dingin hingga 0o Begitu dinginnya awan tersebut hingga uap air tersebut menjadi beku dan ketika turun ke bumi berwujud kristal es.
- Hujan frontal banyak mendatangkan hujan badai yang cukup ekstrim di beberapa tempat.
Baik hujan zenithal maupun hujan frontal keduanya memberikan dampak baik maupun buruk. Hal ini bergantung dari sisi mana kita melihatnya. Jika kita lihat dari sisi positif, hujan zenithal dan hujan frontal sama – sama bisa menjadi sumber air alternatif, menyuburkan tanaman, mencegah kekeringan, menghilangkan polusi udara hingga bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Sedangkan dampak negatif yang disebabkan dari kedua hujan tersebut antara lain, menimbulkan genangan di beberapa tempat, menimbulkan berbagai macam penyakit akibat virus dan bakteri yang hanya muncul saat hujan tiba, menyebabkan banjir jika terjadi terus menerus, merusak tanaman, dan lain sebagainya. Untuk itulah kita sebagai manusia sudah sepantasnya menjaga lingkungan sekitar kita sebelum hujan turun, hal tersebut dilakukan sebagai cara menjaga bumi dari kerusakan.
Demikian penjelasan mengenai perbedaan antara hujan zenithal dengan hujan frontal. Semoga bisa bermanfaat untuk Anda.