Tektonisme merupakan bagian dari tenaga endogen yakni tenaga pembentuk muka bumi. Tektonisme dapat terjadi karena adanya gerak tektonik, yaitu semua gerak naik dan turun yang mengakibatkan perubahan bentuk kulit bumi. Gerak tektonik sendiri terdiri dari 2 jenis yakni gerak epirogenetik dan gerak orogenetik.
- Gerak epirogenetik
Gerak epirogenetik merupakan gerak yang yang relatif lambat dan meliputi daerah yang luas sehingga menyebabkan naik- turunnya daratan. Contoh dari gerak epirogenetik adalah turunnya pulau- pulau Indonesia bagian timur seperti Kepulauan Maluku, serta naiknya Dataran Tinggi Colorado di Amerika Serikat. (baca : Perbedaan Dataran Tinggi dan Dataran Rendah )
- Gerak orogenetik
Gerak orogenetik adalah gerak yang menyebabkan terjadinya gunung, tanah retak dan pergeseran lapisan bumi. Gerak orogenetik relatif lebih cepat dari pada gerak epirogenetik. Gerak ini juga menyebabkan tekanan secara vertikal dan horizontal di kulit bumi sehingga menyebabkan dislokasi atau perpindahan letak lapisan kulit bumi. Dislokasi tersebut mengakibatkan lipatan bumi yang membentuk relief- relief muka bumi berupa pegunungan. Selain mengakibatkan lipatan bumi, tekanan horizontal dan vertikal juga menimbulkan patahan atau retakan kulit bumi, yakni berupa tanah turun (graben), tanah naik (horst), dan tanah bungkuk (fleksur). (baca : Jenis Jenis Patahan)
Gerak epirogenetik dan gerak orogenetik yang merupakan bagian dari tektonisme tersebut memberi pengaruh pada banyak hal dalam kehidupan. Pengaruh atau dampak dari tektonisme tersebut bisa berupa pengaruh positif maupun negatif. Berikut adalah penjelasan mengenai dampak positif dan dampak negatif dari tektonisme bagi kehidupan manusia.
Dampak Positif
Tektonisme yang bersifat membangun menyebabkan terbentuknya relief permukaan bumi. Keragaman bentuk muka bumi yang berupa pegunungan dan dataran- dataran tinggi tersebut banyak memberi manfaat bagi kehidupan manusia. Manfaat dari bentang alam bentukan tenaga tektonik ini diantaranya :
- Sumber bahan tambang dan sumber daya mineral
Gerak orogenetik menyebabkan terbentuknya pegunungan yang tanahnya menyimpan berbagai macam bahan tambang dan mineral. Contoh nyata yang dapat dijumpai adalah di kawasan lereng Gunung Merapi. Banyak masyarakat lereng Gunung Merapi yang bermata pencaharian sebagai penambang batu dan pasir. Mereka melakukan penambangan di sepanjang sungai yang pernah dilewati lahar dingin yang membawa bongkahan batu dan pasir dari gunung. Sungai yang biasa digunakan oleh penduduk lereng Gunung Merapi adalah Sungai Kali Boyong dan Sungai Kali Putih.
Tak hanya penduduk di lereng Merapi, penduduk di lereng pegunungan yang lain juga banyak yang melakukan aktivitas penambangan. Bahan galian yang dicari oleh penduduk diantaranya adalah bahan tambang mineral seperti emas, perak, aluminium, timah, bijih besi dan bahan tambang lain yang banyak terbentuk pada wilayah- wilayah yang merupakan pertemuan antar lempeng. Gas alam dan kantong- kantong minyak juga banyak ditemukan di lipatan kulit bumi, salah satu diantaranya adalah lipatan kulit bumi yang terletak di bagian selatan rangkaian pegunungan yang melintasi Pulau Jawa. (baca : Dampak Letusan Gunung Berapi)
- Sumber daya alam
Hutan lebat di pegunungan menyediakan banyak sumber daya alam bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan hutan sebagai sumber daya alam dapat berupa sumber air pegunungan dan hasil hutan dalam bentuk kayu. Tanah subur di daerah pegunungan juga sangat bagus sebagai lahan pertanian, terutama untuk tanaman sayur, teh, kopi dan lain- lain. (baca : Manfaat Sumber Daya Alam)
- Kawasan tangkap air hujan (catchment area)
Kawasan tangkap air hujan adalah sebuah kawasan yang lebih tinggi dari daerah di sekitarnya, ditumbuhi pohon- pohon yang besar dan banyak menerima curah hujan. Selain menerima curah hujan, kawasan ini juga mampu menyimpan dan mengeluarkannya jika dibutuhkan pada musim kemarau.
Saat musim kemarau, kawasan tangkap hujan akan mengalirkan ketersediaan sumber air ke wilayah yang lebih rendah yakni berupa air tanah. Catchment area mempunyai peranan penting bagi ketersediaan sumber air di daerah bagian bawah. Contoh dari kawasan tangkap hujan adalah daerah Bogor dan Puncak Cianjur. Selain itu, Pegunungan Dieng juga menjadi catchment area untuk daerah- daerah di sekitarnya seperti Banjarnegara, Wonosobo dan Purbalingga. (baca : Cara Menjaga Sumber Air)
- Tempat habitat berbagai jenis flora dan fauna
Daerah pegunungan pada umumnya tertutup oleh hutan heterogen yang lebat sehingga menjadi habitat berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Kelestarian hewan dan tumbuhan tentu berpengaruh positif bagi kehidupan manusia dan keseimbangan ekosistem. Flora dan fauna Indonesia di bagian timur memiliki perbedaan dengan yang berada di Indonesia bagian barat.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh proses geologi yang memisahkan daratan- daratan Indonesia yang pada awalnya merupakan sebuah satuan daratan yang disebut pangaea. Fauna Indonesia bagian timur mempunyai persamaan dengan fauna di kawasan Australia. Begitu pula dengan hewan yang berada di Indonesia bagian barat, mereka mempunyai persamaan dengan hewan- hewan di kawasan Asia. (baca : Flora di Indonesia Bagian Barat Timur dan Tengah)
- Pusat pembangkit listrik
Bumi banyak menyimpan sumber air. Air yang berada di lapisan tanah yang dalam akan bersentuhan dengan bebatuan bumi yang masih panas sehingga mengakibatkan perubahan air menjadi uap yang panas. Banyaknya uap panas yang berkumpul dan terperangkap di dalam suatu rongga di bawah tanah menyebabkan tekanan uap menjadi tinggi.
Tekanan uap panas yang sangat tinggi tersebut akan memunculkan dorongan yang sangat kuat jika dikeluarkan ke permukaan bumi. Tekanan uap inilah yang digunakan untuk menggerakan turbin yang membangkitkan tenaga listrik, sehingga disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). PLTU Paiton di Jawa Timur merupakan salah satu contoh pusat pembangkit listrik yang menggunakan tekanan uap.
- Tempat pariwisata dan laboratorium alam
Segarnya udara dan indahnya pemandangan alam pegunungan banyak yang dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata. Beberapa gunung yang sering dikunjungi oleh wisatawan Indonesia maupun mancanegara adalah Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat, Gunung Bromo dan Gunung Semeru di Jawa Timur. (baca : Gunung Tertinggi di Indonesia)
Selain sebagai tempat, pegunungan juga dimanfaatkan sebagai laboratorium alam. Contohnya adalah Gunung Krakatau dan Laboratorium Geologi Alam Karang Sambung di Kebumen Jawa Tengah.
Dampak Negatif
Selain berdampak positif, tektonisme juga berdampak negatif bagi kehidupan manusia. Berikut adalah dampak negatif dari tektonisme :
- Sering terjadi longsor di daerah pegunungan, terutama pada musim penghujan. Hal tersebut tentu banyak menimbulkan kerugian bagi penduduk lereng gunung, baik kerugian materi maupun korban jiwa. (baca : Penyebab Tanah Longsor)
- Tektonisme juga membentuk lereng-lereng pegunungan yang curam. Lereng yang curam mempunyai kemungkinan tinggi akan erosi tanah sehingga cukup sulit untuk dijadikan lahan pertanian. (baca : Proses Terjadinya Erosi)
- Kontur pegunungan yang naik – turun dan berkelok menyebabkan pembangunan jalan di daerah pegunungan memerlukan biaya besar, karena jalan berkelok lebih membutuhkan banyak material jika dibandingkan dengan jalan yang dibuat lurus seperti didaerah dataran.