Banjir merupakan suatu bencana alam yang mudah terjadi begitu saja di Indonesia. Hal Ini disebabkan oleh letak negaranya yang mejadikan Indonesia berada di iklim tropis. Di iklim tropis seperti Indonesia yang memiliki musim penghujan dengan durasi cukup panjang, memungkinkan curah hujan tinggi (baca: manfaat curah hujan tinggi bagi kehidupan) setiap tahunnya pada musim penghujan. Kebanyakan daerah di Indonesia tidak siap dengan keadaan ini karena sistem pengelolaan kota yang buruk sehingga ketika curah hujan yang tinggi terjadi, bencana banjir tak akan terhindarkan. Tentu saja hal ini mengakibatkan banyak kerugian bagi warga yang tertimpa banjir.
Pengertian banjir air
Ada banyak jenis-jenis banjir, salah satunya adalah banjir air. Banjir air sebenarnya seperti pada umumnya, juga mirip dengan banjir cileuncang. Banjir air merupakan banjir yang terjadi karena meluapnya air sungai, selokan, dan saluran pembuangan air lainnya. Hal ini terjadi karena curah hujan yang tinggi dengan periode yang cukup lama. Contohnya turunnya hujan dengan intensitas tinggi selama seminggu. Tentu saja saluran pembuangan air tidak akan sanggup menampung debit air yang datang secara cepat dengan jumlah yang banyak. Turunnya curah hujan yang tinggi dan mengakibatkan banjir merupakan faktor penyebab alami banjir, namun ada pula faktor penyebab banjir air yang tidak alami atau terjadi karena perubahan.
Faktor-Faktor Penyebab Banjir Air
Banjir merupakan masalah yang menyangkut lingkungan hidup dan pada umumnya merupakan akumulasi dari berbagai faktor penyebab yang sangat banyak dan kompkes. Ada dua faktor perubahan yang mengakibatkan mengapa banjir air terjadi yaitu faktor perubahan lingkungan (alam) dan faktor perubahan di masyarakat (campur tangan manusia).
Faktor Perubahan Lingkungan (alam)
Ada beberapa faktor perubahan lingkungan atau faktor alam yang menyebabkan mengapa banjir air sering sekali terjadi di berbagai kota di Indonesia. Diantaranya adalah:
- Perubahan Iklim
Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim (baca: iklim di Indonesia) menyebabkan pola hujan burubah dimana saat ini musim penghujan datang dengan waktu yang lebih pendek namun dengan intensitas yang sangat tinggi. Akibatnya saluran-saluran yang tidak mampu lagi menampung besarnya aliran air dan tanah-tanah cepat mengalami penjenuhan.
- Pemanasan global
Pemanasan global mengakibatkan terjadinya perubahan pada pola iklim yang akhirnya juga merubah pola curah hujan, makanya tidak heran jika sewaktu-waktu hujan bisa sangat tinggi intensitasnya dan kadang juga bisa sangat rendah. Intensitas hujan yang sangat tinggi tentu saja dapat mengakibatkan banjir air dan intensitas hujan yang rendah dapat mengakibatkan kekeringan.
- Perubahan Penggunaan Lahan
Perubahan penggunaan lahan dan otomatis juga menyebabkan terjadinya perubahan tutupan lahan. Yang dimaksud dengan penggunaan lahan contohnya pemikiman, sawah, tegalan, ladang, dan lain-lain, sedangkan tutupan lahan merupakan vegetasi yang tumbuh di atas permukaan kerak bumi. Perubahan tutupan lahan menyebabkan semakin tingginya aliran permukaan (air yang ada di atas permukaan tanah). Aliran permukaan terjadi apabila curah hujan telah melampaui laju aliran air ke dalam tanah. Menurut Castro (1959) tingkat aliran permukaan pada hutan adalah 2.5%, rumput 18%, sedangkan untuk tanah kosong sekitar 60%. Beberapa peubahan lahan yang terjadi diantaranya:
- Penebangan hutan tanpa adanya reboisasi yang berkelanjutan khususnya di daerah aliran sungai dan perubahan penggunaan lahan dalam hal ini tentu saja menyebabkan kenaikan aliran permukaan. Penebangan hutan secara liar sekitar daerah aliran sungai juga menyebabkan berkurangnya air tanah (baca: ciri-ciri air tanah yang baik), padahal kemampuan resapan air pada daerah aliran berhutan lebih besar daripada daerah aliran sungai tidak berhutan.
- Pengurangan luas hutan yang meningkatkan laju erosi. Akibat dari erosi tanah yang terjadi inilah tanah menjadi lebih padat, proses penyerapan air hujan menjadi terganggu, banyak lapisan tanah yang hilang dan tersangkut di tempat-tempat di dataran rendah (baca: perbedaan dataran tinggi dan dataran rendah).
- Tanah yang hilang dan terangkut inilah yang menjadi sedimentasi yang mengakibatkan pendangkalan waduk-waduk, pendangkalan bendungan, dan juga pendangkalan sungai. Hal ini juga yang menyebabkan kapasitas daya tampung dari saluran irigasi menjadi lebih kecil dan menyempit sehingga dapat menyebabkan banjir walaupun dalam keadaan curah hujan yang normal.
- Keadaan Geografis
Salah satu faktor alam yang menyebabkan mengapa banjir air sering terjadi di suatu daerah adalah letak geografis daerah tersebut diantaranya adalah:
- Letak geografis daerah tersebut berada di dataran rendah atau di dataran banjir sehingga rawan terkena genangan dan seringnya tidak bisa terhindarkan dari banjir.
- Terdapatnya hambatan pada aliran sungai akibat kondisi geometri alur sungai seperti misalnya terdapatnya pertemuan anak sungai dengan induk sungai yang tidak streamline.
- Kemiringan dasar sungai yang terlalu landai, yang menyebabkan kapasitas pengaliran sungai relatif kecil.
Faktor Perubahan Dari masyarakat (Campur Tangan Manusia)
Selain adanya faktor alam yang menjadi faktor penyebab terjadinya banjir, pengaruh dari kegiatan manusia pun ikut memperparah keadaan tersebut. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:
- Pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat khususnya di kota-kota besar. Hal ini tentu saja mempengaruhi keadaan alam karena tentu saja masyarakat memerlukan fasilitas dan kegiatan yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap terjadinya masalah banjir air, banjir cileuncang, maupun jenis-jenis banjir lainnya.
- Pembangunan di daerah rendah yang merupakan daratan banjir yang sebenarnya rawan terhadap genangan air untuk berbagai keperluan seperti pemukiman, industri, perkantoran, maupun pertanian. Selain itu kurangnya perhatian dan antisipasi adanya resiko banjir yang bisa terjadi setiap saat ketika musim penghujan.
- Perilaku dan pola hidup masyarakat kota dan daerah pedesaan dapat kita lihat cukup mencolok perbedaanya. Masyarakat pedesaan lebih mampu bersahabat dengan ekosistem alam sekitarnya dan juga terbiasa melakukan penghijauan di sekitar lingkungannya. Sedangkan masyarakat kota seringkali tidak menghiraukan aspek lingkungan. Contohnya adalah pencemaran seperti buang sampah sembarangan, pengurangan lahan hijau, dan pengurangan tanah lapang. Kehidupan masyarakat kota yang serba praktis menyebabkan beberapa dampak negatif terhadap keberlangsungan ekosistem darat dan ekosistem air di daerah sekitar (baca: pencemaran yang mengakibatkan perubahan alam).
- Program pembangunan yang tidak terpadu di daerah perkotaan. Terlihat dari banyaknya gedung-gedung bertingkat dan jalanan beton yang menggusur tanah-tanah resapan air, bahkan banyak danau kecil yang ditimbun tanah untuk dijadikan mall atau gedung apartemen. Tanpa memikirkan bagaimana air hujan yang datang setiap musim penghujan akan dialirkan, pada pengembang tidak memikirkan secara matang bagaimana seharusnya bangunan yang ramah terhadap lingkungan sehingga tidak menimbulkan bencana khususnya bencana banjir yang tidak jarang merenggut korban jiwa. Selain itu perlunya edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan hidup yang berkesinambungan (Baca: fungsi lingkungan hidup).
- Bangunan-bangunan silang di sepanjang bantaran sungai dan juga daerah aliran sungai lainnya yang sering menimbulkan gangguan terhadap kelancaran aliran banjir.
Demikianlah faktor-faktor yang menjadi penyebab banjir air. Perlu kerjasama semua pihak untuk mengatasi banjir air ini karena selain pemerintah, perlunya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan sekitarnya agar terjadi kenyamanan bersama.