Ekosistem adalah tatanan dari satuan unsur-unsur lingkungan hidup dan kehidupan (Biotik maupun Abiotik) secara utuh dan menyeluruh yang saling mempengaruhi dan saling tergantung dengan yang lainnya. Ekosistem mengandung keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas dengan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan interaksi kehidupan dalam alam. Departemen Kehutanan (1997)
Ekosistem adalah unit fungsional dasar dalam ekologi yang didalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan abiotik dan biotik) dan diantara keduanya saling memengaruhi. Odum (1993)
Ekosistem terbagi menjadi 2 yakni:
1. Ekosistem Alami
ekosistem yang terbentuk secara alami oleh alam contohnya seperti ekosistem darat dan ekosistem air.
2. Ekosistem Buatan
suatu ekosistem yang dibentuk dengan sengaja oleh manusia contohnya seperti ekosistem waduk, ekosistem sawah, ekosistem perkebunan, ekosistem pemukiman, dan ekosistem tambak.
Undang-Undang Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mankhluk hidup lain.
Menurut Munadjat Danusaputro, lingkungan hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi termasuk didalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup yang lain. dengan demikian, lingkungan hidup mencakup dua lingkungan, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan budaya.
Sama seperti halnya Ekosistem, Lingkungan juga terbagi menjadi 2 yakni:
1. Lingkungan Alami
Merupakan suatu wilayah atau ruang yang ditempati komponen abiotik maupun biotik yang telah ada dengan sendirinya tanpa dibuat atau didominasi oleh manusia.
2. Lingkungan Buatan
Adalah lingkungan alami yang telah melalui campur tangan manusia. Artinya keberadaan lingkungan tersebut telah banyak berubah dari keadaan aslinya dan dipengaruhi oleh manusia.
Ekosistem Lingkungan memiliki relasi yang kuat dengan Sumber Daya Alam (SDA) karena tanpa adanya SDA sebagai sumber kehidupan tentu sebuah lingkungan tidak dapat dihuni dengan baik oleh makhluk hidup. Didalam Sumber Daya Alam terdapat fungsi lingkungan hidup yang digunakan oleh makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keselarasan ekositem lingkungan dengan sumber daya alam tidak selalu berjalan baik ketika timbul suatu masalah mengenai ekosistem lingkungan. Keselarasan dan relasi yang demikian erat lambat laun akan mengusik kehidupan makhluk hidup.
Masalah Kerusakan Ekosistem Lingkungan
Salah satu permasalahan dunia yang menjadi tanggung jawab kita semua yakni masalah kerusakan ekosistem lingkungan dimana hal ini apabila dibiarkan terus menerus akan menyebabkan fungsi alam terganggu yang pada akhirnya merugikan makhluk hidup. Berikut beberapa masalah kerusakan ekosistem lingkungan disekitar kita :
1. Kebakaran dan Kerusakan Hutan
Belum lama ini negeri kita dilanda masalah kebakaran hutan gambut di Pulau Sumatera dan Kalimantan yang berdampak cukup besar tak hanya bagi Indonesia tetapi juga Negara-negara tetangga. Selain itu masih banyak orang yang menutup mata dan telinga terkait dengan pentingnya perlindungan hutan dan malah menjadi sang eksekutor. Tak cukup hanya dengan kebakaran, kerusakan hutan pun terus mengancam yang disebabkan oleh perbuatan manusia yang mengabaikan bahaya eksploitasi hutan. (Artikel terkait : Kerusakan Hutan di Indonesia – Macam dan penyebabnya)
2. Pemanasan Global
Bumi yang merupakan satu-satunya planet yang dapat ditinggali oleh mahkluk hidup saat ini kondisinya semakin memprihatinkan. Perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang menghasilkan ‘efek rumah kaca’ yang membuat suhu dipermukaan bumi semakin panas dan menjadi pemicu terkuat mencairnya es di kutub. (Artikel terkait : Pemanasan Global)
3. Penipisan Sumber Daya Alam
Bertambahnya jumlah penduduk dari hari ke hari tentu membuat penggunaan SDA contoh bahan bakar fosil semakin besar dan yang menjadi masalah yakni penggunaan SDA tersebut pada kenyataannya tidak mengikuti tata aturan yang tepat dan tidak diikuti pula dengan pelestarian.
4. Punahnya Keanekaragaman Hayati
Tidak hanya SDA tetapi flora dan fauna pun semakin lama semakin berkurang spesies dan habitatnya atau dalam kata lain semakin ‘punah’. Lagi-lagi aktivitas manusia lah yang menjadi penyebabnya, salah satu contohnya yakni punahnya spesies Harimau Jawa di Indonesia karena perburuan kulitnya.
5. Hujan Asam
Pertambahan jumlah kendaraan bermotor dan berdirinya pabrik di era industri ini menjadi pemicu terjadinya hujan asam. Senyawa nitrogen oksida dan sulfur dioksida hasil dari keluaran asap kendaraan maupun limbah pabrik yang membumbung tinggi ke udara lalu bercampur dengan air hujan dapat memiliki efek yang berbahaya pada kesehatan makhluk hidup dan lingkungan. (Artikel terkait: Hujan Asam : Pengertian, Proses, Manfaat, dan Dampaknya)
Pengendalian Kerusakan Ekosistem Lingkungan
Meski kerusakan pada ekosistem lingkungan semakin hari semakin bertambah tetapi masih ada cara untuk memperbaikinya sebelum terlambat. Berikut beberapa cara dalam pengendalian kerusakan ekosistem lingkungan:
1. Penghijauan kembali
Atau dikenal pula dengan reboisasi, merupakan salah satu cara mengembalikan kondisi hutan yang telah kering kerontang. Tak hanya itu, reboisasi dapat pula menjadi upaya pengendalian erosi tanah. Meski tak selalu berhasil karena sifat fisik tanah dan kondisi tanah yang tak sebagus saat sebelum terjadinya kebakaran atau kerusakan, namun bukan berarti tidak dapat ditumbuhi tumbuhan sama sekali.
2. Peranan pemerintah
Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk melakukan penegakan hukum mengenai lingkungan khususnya hutan. Diperlukan ketegasan atas hukuman dan sanksi yang dikenakan untuk para pelaku pembakaran
3. Memperbanyak ruang terbuka hijau
Memperbanyak ruang terbuka hijau seperti taman kota atau hutan kota yang artinya memperbanyak menanam pohon yang dapat menyerap gas karbon dioksida melalui proses fotosintesis sehingga mengurangi bertambahnya gas rumah kaca.
4. Menekan produksi karbon dioksida
Menekan produksi gas karbon dioksida dengan cara menginjeksi atau menyuntikkannya kedalam sumur-sumur minyak dibawah permukaan tanah sehingga tidak dapat menguar ke permukaan. Hal ini sudah diterapkan di kilang minyak lepas pantai Norwegia.
5. Beralih sumber daya
Mulai beralih pada sumber daya terbarukan seperti halnya pemanfaatan tenaga surya atau bahan bakar alternatif. Teknologi ramah lingkungan ini mungkin masih lemah secara ekonomis namun apabila terus diberdayakan tentu akan membantu persediaan sumber daya alam yang semakin menipis.
6. Melakukan Konservasi in-situ dan ex-situ
Konservasi in-situ dan konservasi ex-situ merupakan upaya dalam pelestarian flora dan fauna dimana konservasi in-situ adalah konservasi didalam habitat aslinya sementara konservasi ex-situ adalah konservasi diluar habitat aslinya.
7. Melakukan penyuluhan
Melakukan penyuluhan secara berkala mengenai pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati kepada masyarakat luas tanpa memandang status sosial karena siapa pun berhak dan berkewajiban untuk melindunginya.
8. Mengganti bahan bakar
Mengganti bahan bakar menjadi pilihan yang tepat untuk mengendalikan hujan asam yakni dengan menggunakan bahan bakar non belerang seperti metanol, etanol, dan hidrogen. Selain itu dapat pula dengan menerapkan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) dalam kehidupan sehari-hari. (Artikel terkait : 9 Prinsip Etika Lingkungan Bagi Manusia)