Categories
Geomorfologi

5 Proses Pembentukan Batuan Beku Intrusif dan Ekstrusif

Struktur lapisan bumi terdiri atas tiga layer utama yang terbagi menjadi beberapa lapisan lagi. Salah satu layer utama tersebut adalah lapisan litosfer dengan ketebalan 12.000 kilometer. Lapisan litosfer atau lapisan kulit bumi tersusun dari jenis- jenis batuan yaitu batuan metamorf, batuan sedimen dan batuan beku. Masing- masing batuan mempunyai proses pembentukan yang berbeda- beda. Proses terbentuknya batuan metamorf berbeda dengan proses terbentuknya batuan sedimen, begitu pula dengan batuan beku.

Batuan beku dikenal dengan istilah batuan igneus yang berasal dari kata ignis yang mempunyai arti pijar atau api. Dari arti kata tersebut dapat diketahui bahwa batuan ini adalah jenis batuan hasil dari proses pendinginan magma yang merupakan silika cair yang berpijar (baca : Proses Terjadinya Magma). Magma ini tersusun dari berbagai material baik gas, padat maupun cair. Misalnya, gas karbondioksida, unsur padat berupa silika, aluminium, besi, mangan, natrium, kalium, kalsium dan unsur- unsur lainnya. Magma yang berada dalam bumi mempunyai temperatur yang tinggi, yaitu berkisar antara 900 derajat sampai 1000 derajat celcius. Bagaimana magma yang sangat panas tersebut bisa membeku? Berikut adalah tahapan proses pembentukan batuan beku.

  1. Pada tahap pertama, magma yang berada di dalam dapur magma (magma chamber) akan bergerak naik ke atas. Pergerakan magma tersebut di pengaruhi oleh sifat magma yang lebih ringan dari batuan di sekitarnya.
  2. Tahap kedua, magma yang telah bergerak ke atas akan mengalami tekanan yang besar baik dari magma itu sendiri maupun tekanan dari sekitar dapur magma.
  3. Tahap ketiga yaitu terjadinya erupsi gunung berapi. Erupsi ini akan melelehkan magma berupa lava ke permukaan bumi. Terkadang erupsi juga disertai dengan letusan yang dahsyat (baca : Dampak Letusan Gunung Berapi).
  4. Selanjutnya yakni tahap pendinginan atau pengkristalan magma, baik magma yang sudah berada di permukaan bumi maupun yang tidak mencapai permukaan bumi. Pengkristalan merupakan proses menurunnya pergerakan ion- ion magma diserta penyusunan ion menjadi bentuk yang teratur. Pengkristalan magma dipengaruhi oleh suhu permukaan bumi yang lebih rendah dari pada suhu magma ketika berada di dalam perut bumi, dan juga komposisi serta banyaknya kandungan bahan folatil pada magma.
  5. Tahap terakhir yaitu magma yang telah mengkristal akan membentuk berbagai jenis batuan beku tergantung pada kecepatan pembekuannya.

Perbedaan Pembentukan Batuan Beku Intrusif dan Ekstrusif

Ada sedikit perbedaan antara pembentukan batuan beku intrusif dan ekstrusif (baca : Batuan Beku Luar). Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan intrusi dan ekstrusi magma serta faktor kecepatan pendinginan.

  • Batuan beku intrusif

Batuan ini terbentuk karena proses intrusi magma, yaitu proses menerobosnya magma melalui celah pada kerak bumi, tetapi magma tersebut tidak sampai ke permukaan bumi. Meski tidak sampai ke permukaan bumi, magma akan mengalami proses pengkristalan karena suhu di bawah permukaan bumi lebih rendah dari pada suhu di dapur magma. Pengkritalan atau pendinginan magma di bawah permukaan bumi berlangsung lama, sehingga membentuk batuan beku plutonik yang tersusun dari mineral- mineral berukuran besar. Besarnya ukuran mineral batuan plutonik disebabkan ion- ion yang terdapat pada magma memiliki waktu yang cukup untuk berkembang dan membentuk kristal yang besar. Contohnya adalah batu granite, peridottite, gabbro, dan  diorite.

  • Batuan beku ekstrusif

Berbeda dengan batuan beku intrusif, batuan jenis ini terbentuk dari proses ekstrusi magma. Ekstrusi magma adalah menerobosnya magma dari dari dapur magma melewati celah- celah pada kerak bumi sehingga mencapai permukaan bumi. Magma atau lava yang berada di permukaan bumi mengalami proses pembekuan yang relatif cepat sehingga membentuk batuan beku vulkanik (baca : Pengertian Vulkanisme).

Bahkan ketika terjadi erupsi gunung berapi, lava akan terlontar ke lapisan atmosfer dan kembali ke permukaan bumi dalam bentuk batuan beku. Karena pembekuan yang sangat singkat, maka ion- ion yang terdapat pada magma tidak sempat berkembang dan akhirnya membentuk kristal- kristal sangat kecil dan halus yang disebut afanatik. Pada material afanatik terdapat lubang- lubang kecil berbentuk bulat atau memanjang yang merupakan bekas dari keluarnya gas saat proses krintalisasi. Contoh dari batuan jenis ini adalah batu basalt, andesite, kimberlite, dan rhyolite.

Material Hasil Erupsi Magma

Erupsi magma dapat diartikan sebagai proses keluarnya magma dari dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi. Terdapat berbagai macam material yang terbawa saat terjadi erupsi magma. Berikut adalah beberapa tipe material berdasarkan jenis erupsi.

  1. Erupsi efusif

Dikatakan erupsi efusif jika magma dari perut bumi keluar ke permukaan dengan cara meleleh dan tidak meledak karena tekanan gas dari dalam perut bumi sangat kecil. Lelehan magma tersebut akan membawa material berupa lava cair dan sedikit material padat yang dapat membentuk aliran lava dan kubah lava.

  1. Erupsi eksplosif

Disebut dengan erupsi eksplosif apabila magma dari dalam perut bumi keluar menuju permukaan dengan cara dilontarkan akibat adanya letusan. Letusan tersebut disebabkan adanya tekanan gas yang sangat besar dari dalam perut bumi. Erupsi eksplosif menghasilkan material padat yang dikenal dengan istilah batuan beku fragmental atau batuan beku pyroklastik yang masih menjadi bagian dari batuan vulkanik. Dinamakan pyroklastik  karena pyro berarti api, sedangkan clastics berarti pecahan atau butiran. Bentuk pyroklastik terbagi menjadi 3 macam berdasarkan cara erupsinya, yaitu :

  • Pyroklastik yang terbentuk karena erupsi eksplosif berupa hembusan. Masyarakat jawa biasa menyebutnya dengan nama wedus gembel. Hal tersebut karena hembusan material menghasilkan gumpalan yang menyerupai bulu domba.
  • Pyroklastik yang terbentuk karena erupsi eksplosif berupa aliran. Material yang dihasilkan berupa material kasar (tuff) dan agglomerate.
  • Pyroklastik yang terbentuk karena erupsi eksplosif berupa jatuhan. Material yang dijatuhkan yaitu pumice, skoria dan obsidian.

Sedangkan berdasarkan ukurannya, batuan pyroklastik  terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

  • Ukuran < 1 mm – Material yang berukuran kurang dari 1 mm disebut dengan material halus.
  • Ukuran 1 sampai 2 mm – Material dengan ukuran 1 sampai 2 mm disebut dengan material kasar.
  • Ukuran 2 sampai 64 mm – Jika material berukuran 2 hingga 64 mm, maka disebut batu kecil atau
  • Ukuran > 64 mm – Apabila fragmennya runcing maka material yang terbentuk disebut blok. Sedangkan jika fragmennya berbentuk bulat, maka disebut dengan bom.