Categories
Tanah

8 Cara Mencegah Erosi Tanah

Hampir setiap tahun selalu terdengar kabar mengenai erosi tanah yang terus terjadi di wilayah Indonesia. Lambatnya penanganan dari pihak terkait menyebabkan semakin rusaknya ekosistem  disekitar terjadinya erosi tersebut. Hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan tingkat kerusakan tanah di hampir seluruh wilayah Negara ini tergolong parah dan hal tersebut sudah terjadi sejak awal abad ke-20. Minimnya pengetahuan bercocok tanah dikalangan petani menjadi salah satu penyebab utama, oleh karena itu diperlukan upaya konservatif untuk mencegah terjadi erosi tanah.

Secara umum erosi dapat terjadi karena air dan angin, untuk Indonesia erosi lebih sering terjadi karena pengikisan tanah oleh air. Erosi  terjadi ketika tidak adanya vegetasi yang tumbuh diatas tanah tersebut, padahal dengan adanya vegetasi membuat air tertahan diakar sehingga tidak langsung turun terutama pada lahan miring. Kerugian materil dan non materil yang ditimbulkan pun sangatlah besar, tak heran dampaknya akan terasa hingga beberapa tahun kedepan.  Berikut  Cara Mencegah Erosi Tanah :

1. Lakukan Konservasi Tanah

Pengertian dasar dari Konservasi tanah adalah serangkaian upaya dan strategi untuk mencegah dan menghambat proses terjadinya pengikisan tanah dan perubahan struktur biologi dan kimiawi akibat kesalahan dalam pengolahan tanah seperti pengasaman, salinisasi dan kontaminasi zat berbahaya lainnya.

Cara yang sering dipakai meliputi :

1. Pemilihan Jenis Vegetasi Penutup Lahan

Hal ini menjadi bagian pertama yang harus diperhatikan dalam upaya melakukan konservasi tanah. Untuk mengembalikan fungsi tanah yang terlanjur rusak diperlukan vegetasi yang sifatnya mampu bertahan kondisi tanah yang ekstrim. Nanti seiring berjalannya waktu tanah akan kembali normal sehingga dapat diganti dengan jenis tanaman penutup lahan seperti polong polongan yang lebih bernilai ekonomis.

2. Pengaturan Kadar Salinitas Tanah

Untuk mencegah erosi diperlukan vegetasi penahan tanah, untuk itu sebelum kembali menanam vegatasi penutup lahan tersebut, diperlukan pengujian kadar garam dalam tanah tersebut. Kadar garam atau salinitas yang tinggi tentunya harus segera di normalisasikan supaya vegatasi yang akan kembali ditanam dapat hidup dan berkembang secara cepat.

3. Pengendalian PH Tanah

Selain mengatur tingkat salinitas, jangan lupa untuk mengecek tingkat keasaman tanah yang mana jika tanah terlalu asam menyebabkan sulitnya vegetasi untuk tumbuh. Oleh karena itu sebaiknya melakukan pengapuran terhadap tanah yang terlalu asam sehingga pH nya dapat kembali normal di kisaran 6.5

4. Memperkaya Organisme Penyubur Tanah

Upaya penangulangan erosi dengan cara melakukan konservasi tanah dan salah satunya dengan melestarikan organisme penyubur tanah seperti cacing tanah dan jenis mikroorganisme renik lainnya sehingga semakin mempercepat kembalinya fungsi tanah ke bentuk semula.

2. Membuat Terasering

Terassering merupakan salah satu bentuk pencegahan erosi yang paling sering dilakukan yakni dengan cara membuat teras demi teras seperti tangga pada lahan yang miring sehingga ketika turun hujan air tidak langsung hanyut begitu saja sehingga peluang terjadinya pengikisan tanah dapat di tekan seminimal mungkin. Dengan membuat sistem lahan yang berteras seperti ini akan membuat tanah semakin stabil begitu juga sangat baik untuk tanaman yang tumbuh di atas tanah tersebut. Namun pembuatan terasering juga akan mempengaruhi lapisan atmosfer bumi karena akan membuat konservasi tanah yang akan merubah sedikit struktur pada tanah.

3. Countur Farming

Merupakan sistem penanaman berdasarkan garis kontur suatu tanah sehingga sistem perakaran tanaman akan semakin solid dan sanggup menahan tanah ketika terjadi hujan deras. Pembuatan sistem kontur tanah ini seperti membuat perangkap tanah sehingga tidak mudah hanyut terbawa air, membuat teras bangku atau gundulan. Sistem penanaman kontur ini sudah banyak diperkenalkan kepada petani di Indonesia untuk mengembangkan pertanian secara berkelanjutan.

4. Membuat Tanggul Pasangan

Setiap lahan yang miring wajib dibuatkan semacam tanggul yang searah dan sejajar dengan kontur tanah, dengan demikian air hujan dapat tertampung dari langsung menyerap kedalam tanah sehingga mengurangi terjadinya Run Off atau aliran permukaan. Pada daerah tanggul tersebut lebih bagusnya ditanami oleh tanaman seperti jagung yang memiliki batang yang tinggi, dengan demikian air tidak akan terlalu lama tergenang di daerah tanggul.

5. Optimalkan Drainase atau Saluran Air

Tujuan adanya drainase ini untuk menjadi jalur pelepasan air sehingga sisa air yang tidak terserap oleh vegetasi penutup lahan atau buffering, dapat segera alirkan ketempat yang lebih rendah. Namun diperlukan juga upaya memotong panjangnya lereng menjadi lebih pendek dengan menggunakan teras sehingga memperlambat aliran air. Selain itu perlu juga ditinjau secara rutin kualitas drainase suatu lahan dengan melakukan pemeriksaan untuk mengecek apakah ada bagiannya yang mengalami kerusakan, sehingga langkah seperti ini dapat semakin mengoptimalkan fungsinya suatu drainase. (baca : manfaat sumur resapan)

6. Lakukan Rotasi Tanam (Crop Rotation)

Merupakan salah satu upaya yang bertujuan untuk menjaga kelestarian unsur hara yang terkadung dalam tanah dengan cara melakukan pengiliran jadwal penanaman jenis tumbuhan  sehingga zat yang berguna bagi kesuburan tanah tidak habis diserap oleh satu jenis tanaman saja. Jika unsur hara sudah habis maka akan semakin rentan terjadinya pengkisan lapisan tanah paling atas, tempat humus berada dan tidak akan menjadi penyebab pemanasan global.

Pertumbuhan suatu tanaman akan terhambat jika tidak melakukan crop rotation tersebut, karena setiap tumbuhan memiliki karakteristik yang berbeda dalam menyerap unsur hara, jika hanya menanam satu jenis tanaman saja maka keseimbangan kimiawi tanah akan terganggu, tanaman pun akan sulit untuk tumbuh dengan baik sehingga akhirnya tidak lagi kokoh dalam menahan tanah dan menyerap air.

7. Lakukan Reboisasi

Hal ini menjadi langkah preventif yang paling signifikan pengaruhnya. Penyebab terjadinya erosi tidak hanya karena buruknya sistem bercocok tanam melainkan disebabkan juga oleh dampak akibat kerusakan hutan gundul akibat kegiatan penebangan illegal. Banyak pihak yang tidak bertanggung jawab merusak kelestarian lingkungan. Demi memperoleh keuntungan besar, mereka enggan untuk kembali melakukan penanaman kembali atau reboisasi. Harusnya sesaat setelah terjadi penebangan hutan, harus segera ditanam dengan bibit baru sehingga lapisan tanah paling atas yang merupakan tempat kaya unsur organik tidak hilang begitu saja.

Kegiatan reboisasi sangat efektif dan dapat bernilai ekonomi jika jenis tanaman yang ditanam bernilai tinggi dan cepat tumbuhnya, seperti kayu sengon. Upaya ini akan sukses jika adanya aturan ketat yang melarang penebangan hutan tanpa memiliki ijin. Selain itu harus meningkatkan frekuensi kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk membuka kesadaran mereka akan pentingnya pelestarian lingkungan khususnya hutan. (baca : fungsi hutan lindung dan fungsi hutan bakau)

8. Menjaga Kelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai perlu dijaga karena merupakan penahan tanah supaya tidak habis terbawa aliran sungai, terlebih jika sungainya beraliran deras. Masih rendahnya kesadaran masyarakat yang tinggal disekitar DAS, menjadi biang kerok rusaknya ekosistem daerah pinggiran aliran sungai tersebut. Salah satu solusi untuk menekan proses terjadinya pengikisan tanah yakni dengan dibuatkan tembok batu berangka besi di sepanjang aliran sungai.

Namun masalahnya adalah berapa banyak dana yang akan dihabiskan hanya untuk membuat tembok batu tersebut, sehingga upaya meningkatkan kesadaran dari masyarakat menjadi satu satunya pilihan realistis. Pembuatan tembok batu berangka besi itu hanya dilakukan jika memang daerah pinggir aliran sungai bertipe tanah rawa yang strukturnya lembut dan basah. (baca : manfaat sungai)

Faktor Utama Terjadi Erosi Tanah

Setelah mengetahui cara pencegahan, rasanya tidak lengkap jika tidak mengulas penyebab utama terjadinya erosi. Kondisi tanah di Indonesia memang sangat mudah untuk terjadinya pengikisan tanah,  terlebih rata rata pembagian iklim di indonesia dan curah hujan yang tinggi baik secara kuantitas ataupun intensitas, memiliki banyak daerah yang mengalami pembagian musim di indonesia yang curam khususnya pada bagian barat Sumatera dan pulau Jawa dan jenis tanah yang peka terhadap erosi semakin memperparah kondisi.

Berdasarkan data BMKG tahun 1994 yang di pengaruhi oleh letak astronomis indonesia menunjukan bahwa ada sekitar 23,1 persen wilayah Indonesia yang dengan curah hujan di atas 3500 mm pertahun, untuk curah hujan tahunan antara 2000- 3500 mm mencakup 59,7 persen dan 17,2 persen dengan curah hujan dibawah 2000 mm setahun. Selain itu kondisi tanah berlereng menjadi pemicu terjadinya erosi parah, padahal sebagian wilayah Indonesia memiliki topografi lereng.

Berdasarkan data tahun 2000 menyebutkan bahwa ada sekitar 77 persen wilayah di Negara ini berlereng dan hanya seperempat dengan topografi mendatar. Kesimpulannya adalah lebih banyak tanah berlerang di setiap pulau Indonesia daripada tanah yang datar (lereng < 3persen).

Faktor utama yang menjadi penyebab terus terjadinya erosi tanah di Indonsia sebagai berikut :

1. Kondisi Alam

Merupakan penyebab alami terjadinya erosi tanah dan tanpa adanya campur tangan manusia, wilayah yang sebagian besar miring, jenis dan tekstur tanah serta tingkat curah hujan ikut memberikan pengaruh besar dalam mempercepat laju pengikisan tanah. (baca : fungsi lingkungan hidup bagi manusia)

2. Sistem Bercocok Tanam Yang Kurang Baik

Harus diakui bahwa jumlah penduduk yang besar mengakibatkan tingginya permintaan atas komoditas pangan, sehingga hasil pasokan dari pertanian lahan datar sudah tidak mencukupi lagi. Banyak petani yang kemudian menggunakan lahan belereng menjadi area bercocok tanam, keadaan semakin di perparah oleh tidak adanya standar kompetensi pengetahuan dan keahlian  pada mereka.

3. Masih Berlanjutnya Sistem Ladang Berpindah

Pada beberapa wilayah Indonesia masih dijumpai masyarakat yang menerapkan sistem ladang berpindah seperti sering dilakukan masyarakat tradisional Kalimantan. Mereka membuka lahan untuk bercocok tanam dan setelah membuka lahan baru dengan cara di bakar sehingga memiliki dampak lanjutan terhadap lingkungan. Ladang Berpindah (shifting cultivation) sudah menjadi tradisi secara turun temurun dan hal tersebut memicu semakin luasnya kerusakan hutan.

4. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat

Masih rendahnya tanggapan masyarakat terhadap teknologi pertanian menjadi penyebab terus berlanjutnya sistem budidaya penanaman yang kurang bijak. Mereka cenderung mengabaikan standar yang telah diterapkan oleh pemerintah, sebagian besar masyarakat masih bertahan pada pola pertanian yang diajarkan nenek moyangnya.

5. Kondisi Ekonomi Yang Tidak Mendukung

Terdapat juga kalangan petani yang sudah memiliki kesadaran akan pentingnya teknologi budidaya lahan pertanian terbentur oleh masalah keterbatasan dana. Tak dapat dipungkiri setiap teknologi baru pasti membutuhkan kucuran dana yang tidak sedikit, sehingga pada akhirnya mereka akan kembali melanjutkan sistem pertanian secara tradisional.

6. Dukungan Pemerintah Yang Belum Maksimal

Pemerintah yang seharusnya menjadi harapan bagi petani untuk melakukan revolusi pertanian yang meliputi upaya konservasi tanah justru belum maksimal peranannya. Bukan tanpa sebab, anggaran yang diterima Kementerian Kehutanan dan Kementerian terkait lainnya masih dibawah standar, belum lagi masalah rendahnya penyerapan dana dari pemerintah kepada para petani yang menyebabkan semakin lambatnya upaya melakukan konservasi tanah dan kerusakan akibat erosi tidak terhindarkan lagi.

Demikianlah ulasan mengenai penyebab dan cara-cara tepat untuk mencegah terjadinya erosi tanah, kita semua wajib berperan aktif dalam menjaga kondisi lingkungan sekitar sehingga daerah penyebaran erosi tanah tidak semakin meluas. Dan dapat mempertanggung jawabkan dengan menjaga dan mengoptimalkan daya guna lahan untuk kesejahteraan masyarakat dan tetap mematuhi aturan yang berlaku. Semoga bermanfaat.

Baca juga artikel geografi lainnya :