Sekitar 70% area di permukaan bumi ditutupi oleh air, dengan perbandingan 5 samudera mengelilingi 7 benua. Pembahasan kali ini mengenai kadar garam yang terkandung pada ari laut, dimana air tersebut merupakan air yang berasal dari laut atau air samudera. Air laut mengandung garam-garam, gas terlarut, bahan organik, serta partikel-partikel yang tidak terlarut. Mengapa air laut asin, tentu karena mengandung banyak garam. Garam tersebut berasal dari proses pelapukan bebatuan yang terdapat di daratan sehingga larut dan mengalir bersama air sungai atau air rawa, yang kemudian bermuara di lautan lepas.
Faktor yang Mempengaruhi Kadar Garam Air Laut
Kandungan garam pada setiap lautan berbeda, bergantung pada beberapa hal-hal berikut.
- Penguapan
Semakin sering terjadi penguapan, maka air akan semakin asin. Ingat bahwa bahkan air tawar pun mengandung senyawa mineral organik yang salah satu diantaranya adalah garam-garaman. Apabila air menguap, maka endapan pun terjadi di dasar laut. Semakin banyak garam mengendap, maka air tersebut semakin asin.
- Pemasukan air tawar
Semakin banyak air tawar yang masuk, maka kadar garam menjadi turun. Di lautan lepas, air tawar berasal dari air hujan. Di daerah pantai, air tawar berasal dari sungai dan rawa. Sedangkan di kutub, air tawar berasal dari es yang mencair.
- Pencampuran air
Adanya pencampuran air permukaan dan air dari dalam dengan kadar garam berbeda dapat menurunkan kadar garam air laut.
Cara Mengukur Kadar Garam di Air Laut
Pengukuran kadar garam atau salinitas air laut dilakukan untuk mempelajari karakteristik laut tersebut. Kelima samudera di dunia, yakni Samudera Pasifik, Samudera Artik, Samudera Atlantik, Samudera Hindia, dan Samudera Antartika memiliki ciri-ciri dan karakteristik masing-masing.
Istilah yang digunakan untuk mengukur salinitas lautan adalah halinitas, yang berdasar bahwa halida-halida, terutama klorida. Dalam oseanografi, satuan salinitas bukanlah persen (%), melainkan “bagian perseribu” atau “part per thousand” yang disingkat ppt, atau biasa disebut pula permil (‰). Artinya, jumlah garam dalam satu liter larutan.
Alat ukur salinitas ada beberapa macam.
1. Refraktometer
Adalah alat ukur salinitas yang umum digunakan dan dapat dipakai siapa saja. Prinsip alat ini memanfaatkan indeks pembiasan cahaya untuk mengetahui tingkat salinitas air. Karena membutuhkan cahaya langsung untuk mendapatkan indeks pembiasannya, maka pengukuran sebaiknya dilakukan di luar ruangan yang mendapat sinar matahari. Pengukuran di ruang tertutup dengan cahaya dari lampu membuat hasil yang didapat kurang akurat.
Cara pengukuran menggunakan refraktometer adalah sebagai berikut:
- Buka penutup refraktometer, yakni penutup kaca prisma, lalu bersihkan permukaannya menggunakan aquades dan lap dengan tisu bersih.
- Teteskan air sampel yang akan diuji pada kaca prismanya, lalu arahkan refraktometer ke arah cahaya langsung.
- Pada layar bidikan, akan nampak bidang biru dan putih. Batas antara keduanya merupakan tingkat salinitas air tersebut.
2. Salinometer
Yakni alat ukur penghitung kepadatan air. Prinsip kerja alat berdasarkan daya hantar listrik yang dapat dihasilkan cairan yang diuji. Jika dayanya besar, maka salinitasnya pun tinggi, begitupun sebaliknya. Dan alat ini hanya digunakan di laboratorium pengujian.
Cara penguukuran menggunakan salinometer adalah sebagai berikut:
- Ambil gelas ukur atau tabung reaksi dan masukan sampel air yang akan diuji. Celupkan salinometer ke dalamnya.
- Salinitas akan terbaca pada skalanya.
3. Alat ukur digital (salinity meter) dan data logger
Adalah alat ukur digital yang praktis dan akurat. Biasanya digunakan untuk mengamati perubahan yang sangat kecil pada salinitas air yang diuji. Salinity meter portable dapat dibawa kemanapun dan penggunaannya sangat mudah, cukup mencelupkannya ke dalam air sampel lalu nyalakan alat ukurnya dengan menekan tombol. Layar LCD akan menampilkan berapa ppt kadar garamnya.
Kondisi Garam pada Air Laut Dunia dan Dampaknya
Kadar garam air laut dunia rata-rata sebesar 3,5%. Laut dengan kadar garam paling sedikit atau tawar berada di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothnia, dimana keduanya merupakan bagian dari Laut Baltik. Sedangkan laut dengan kadar garam paling tinggi atau asin adalah Laut Merah, sebesar 40%.
Namun, jika kalian pernah mendengar istilah Laut Mati atau Laut Asin, walaupun ia disebut laut, namun sebenarnya Laut Mati adalah sebuah danau asin dengan daratan terendah di antara seluruh permukaan di bumi. Karena sebab itulah, air Laut Mati tidak dapat mengalir ke luar dan membuat tujuh juta ton air di Laut Mati menguap setiap harinya dan membuat air di sana semakin asin. Kadar garam di Laut Mati sebesar 30%, yang berarti sembilan kali lebih asin dari air laut biasa. Namun, karena permukaannya yang semakin rendah, pada tahun 2017 Laut Mati kini dihubungkan dengan Laut Merah.
Manfaat yang didapat dari kadar garam yang tinggi, seperti yang terjadi di Laut Mati, adalah banyaknya kandungan mineral dan gas bermanfaat bagi manusia. Di antara mineral tersebut adalah magnesium, zinc, sodium, bromida, sulfur, potassium, dan kalsium. Manfaat dari mineral tersebut baik bagi kulit, seperti membantu metabolisme kulit, meningkatkan premeabilitas, memberikan efek relaksasi, sebagai disinfektan, meningkatkan oksidasi dan proses elektrikal pada otot (potassium), serta membersihkan pori-pori kulit.
Selain itu, jika dilakukan proses filter dan pengendapan, maka akan timbul kristal-kristal garam yang dimanfaatkan untuk kegiatan manusia sehari-hari, seperti memasak dan lainnya. Pengukuran salinitas air laut dapat memprediksi densitas ikan pada laut. Artinya, dalam tingkat salinitas tertentu, nelayan dapat menangkap ikan sesuai dengan lokasinya.
Sedangkan dampak dari salinitas itu sendiri adalah pertumbuhan dan perkembangbiakan hewan laut yang terganggu. Apabila salinitas air laut tidak sesuai dengan salinitas sel tubuhnya, maka akan menghambat proses tumbuh-kembangnya. Di samping itu, air laut dapat memiliki zat hara yang dapat dimanfaatkan untuk tanah dan tanaman. Namun, apabila tingkat salinitasnya terlalu tinggi, hal ini dapat menyebabkan dispersi tanah. Akibatnya, agregat tanah pecah, mineral yang berukuran kecil dan partikel organik justru menyumbat pori-pori tanah dan mengakibatkan berkurangnya aliran air ke dalam tanah. Kemudian hal ini akan berujung pada perubahan kondisi porositas tanah dan mengurangi permeabilitas air.