Pengertian Daerah Konvergensi Antar Tropik
Perlu kita ketahui jika tidak semua tempat atau wilayah memiliki suhu udara yang sama. Bahkan dalam satu kawasan atau wilayah sekalipun yang memiliki jarak berdekatan, terkadang memiliki suhu yang berbeda.
Dalam dunia geografi terutama yang berkaitan dengan iklim dan cuaca, terdapat sebuah istilah bernama Daerah Konvergensi Antar Tropik atau bisa disingkat dengan DKAT yaitu suatu zona atau wilayah yang mempunyai suhu tertinggi dibandingkan dengan daerah di sekitarnya.
Daerah Konvergensi Antar Tropik atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ), merupakan daerah sabuk bertekanan rendah yang mengelilingi Bumi, umumnya dekat khatulistiwa yang menjadi tempat bergeraknya angin dari utara dan selatan datang secara bersama-sama.
Daerah Konvergensi Antar Tropik disebut juga sebagai Equator Thermal ini, menjadi istilah dalam meteorologi dan klimatologi yang merujuk pada daerah di bumi, termasuk ke dalam pusat daerah bertekanan rendah atau doldrums. Letaknya selalu bergerak setiap 14 hari mengikuti alur gerak semu tahunan Matahari, dari utara hingga selatan atau sebaliknya dengan bentang 23,5 LU – 23,5 LS.
Pada bentang wilayah tersebut, pemanasan Matahari selalu terjadi sepanjang tahun yang berakibat terjadinya arus panas konveksi yang nantinya berubah menjadi wilayah pusat awan hujan. Arus panas konveksi tersebut terbentuk akibat adanya pertemuan antara dua massa angin yakni angin pasat timur laut dan angin pasat tenggara.
Daerah Konvergensi Antar Tropik selalu basah dan lembab sepanjang tahun. Hal ini disebabkan karena jumlah rata-rata hujan yang terjadi di DKAT mencapai 200 hari atau 2.000 mm dalam setahun, dan salah satu tempat yang masuk ke dalam Daerah Konvergensi Antar Tropik yakni negara Indonesia.
Daerah Konvergensi Antar Tropik mempunyai istilah lain, seperti:
- Daerah Konvergensi Lintas Tropis
- Intertropical Front
- Daerah pumpunan awan aktif
- Monsoon Through
- Equatorial Convergence Zone
- Doldrums
- Zona Potensi Pertumbuhan Awan
Ciri-Ciri Daerah Konvergensi Antar Tropik
Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT) pertama kali diidentifikasi di tahun 1920 hingga 1940. Adapun ciri-ciri dari Daerah Konvergensi Antar Tropik yakni:
- Terjadi konsentrasi pertumbuhan awan. Umumnya daerah tersebut berada di atas ekuator mengalami badai.
- Mempengaruhi curah hujan di kawasan DKAT, terutama di dekat garis khatulistiwa. Jika sedang di musim panas dan musim hujan, biasanya daerah yang masuk ke dalam DKAT menjadi lebih ekstrim dibandingkan dengan musim yang sama di daerah lintang tinggi.
- Dalam beberapa kondisi, Daerah Konvergensi Antar Tropik menjadi sempit terutama ketika bergerak menjauh dari ekuator.
- Untuk kawasan tropis yang memiliki tekanan amat tinggi, umumnya bercuaca sangat kering dan banyak gurun.
- Rata-rata terjadi di utara khatulistiwa. Hal ini disebabkan karena wilayah utara banyak ditemukan daratan dibandingkan dengan wilayah selatan Bumi.
- Suhu di Daerah Konvergensi Antar Tropik cendrung tinggi, terutama di kawasan ekuator yang memperoleh sinar Matahari paling banyak dibandingkan daerah kawasan lainnya.
- Tekanan menjadi semakin rendah di Daerah Konvergensi Antar Tropik. Sehingga membuat angin selalu bergerak ke arah DKAT.
Dampak Adanya Daerah Konvergensi Antar Tropik
Penjelasan Daerah Konvergensi Antar Tropik ini dapat dijelaskan dalam ilmu fisika, yakni bahwa suhu berbanding terbalik dengan tekanan. Sehingga apabila suatu daerah memiliki suhu tinggi, maka tekanan udara akan rendah. Begitupun sebaliknya, apabila suhu rendah, tekanan udara akan menjadi tinggi.
Tidak heran jika suatu daerah memiliki suhu yang tinggi seperti di Indonesia, maka tekanan udaranya menjadi rendah. Akibatnya negara Indonesia menjadi pusat terbentuknya angin siklon.
Adanya Daerah Konvergensi Antar Tropik mengakibatkan suhu di suatu daerah menjadi tinggi yang berdampak pada proses penguapan. Semakin tinggi penguapan membuat daerah tersebut mempunyai kelembaban yang tinggi pula. Akibatnya wilayah atau daerah tersebut mengalami hujan zenit atau hujan konveksi.
Di Indonesia proses penguapan termasuk tinggi, memungkinkan untuk terjadinya hujan zenit. Tidak heran jika di beberapa wilayah di Indonesia dilaporkan mengalami hujan meskipun dalam kondisi musim kemarau.