Angin menjadi salah satu elemen udara yang keberadaannya dapat kita rasakan. Angin merupakan udara yang bergerak, berasal dari adanya perbedaan suhu dan tekanan sinoptik berskala besar ataupun lokal.
Angin yang kita ketahui selama ini, ternyata memiliki nama tersendiri, salah satunya yakni angin katabatik. Salah satu ciri dari angin katabatik yakni ditemukan di daerah pegunungan.
Untuk mengetahui lebih lanjut apa itu angin katabatik, mari disimak penjelasannya di bawah ini!
Pengertian Angin Katabatik
Istilah katabatik sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni “katabasis” yang memiliki arti turun. Angin katabatik (Katabatic Wind) merupakan angin gunung yang berada di lereng bawah. Dengan kata lain, angin katabatik adalah angin yang membawa udara dengan kepadatan tinggi dari ketinggian yang lebih tinggi ke bagian lereng.
Angin ini terkadang bisa disebut juga sebagai angin jatuh yang terbentuk saat permukaan gunung menjadi lebih dingin daripada udara di sekitarnya. Akibatnya memaksa angin untuk segera menuruni lereng, bahkan saat dalam kondisi badai kecepatan angin dapat mencapai 80 mil per jam.
Hal yang perlu diperhatikan bahwa tidak semua angin lereng merupakan angin katabatik. Angin katabatik dapat meluas hingga ke wilayah yang cukup besar, seperti yang terjadi di California selatan yang menciptakan angin Santa Anna.
Penyebab Terjadinya Angin Katabatik
Penyebab terjadinya angin katabatik menurut para ahli yakni angin yang berasal dari proses pendinginan udara di puncak gunung, gletser, dataran tinggi, atau bukit, karena adanya kerapatan udara yang berbanding terbalik dengan tekanan di atas, udara akan dipaksa mengalir ke bawah dan memanas dalam proses penurunan.
Selain itu suhu udara juga ditentukan oleh adanya tingkat laju penurunan ketinggian dan suhu absolut di wilayah sumber. Terkadang angin menjadi panas saat telah mencapai permukaan air laut. Perlu diketahui semakin besar perbedaan suhu udara, maka semakin kuat angin yang dihasilkan nantinya.
Faktor yang mempengaruhi terbentuknya angin katabatik antara lain:
- Tingkat pendinginan yang terjadi di sepanjang lereng. Semakin dingin permukaan lereng maka potensi untuk terbentuknya angin semakin besar.
- Kekasaran lereng juga mempengaruhi terbentuknya angin katabatik sebab semakin halus suatu lereng, maka potensi terbentuknya angin semakin besar dan kuat sebab tidak ada yang menghalanginya..
- Tingkat kecuraman lereng menjadi pengaruh terbentuknya angin katabatik. Semakin curam suatu lereng, maka semakin besar pula kemungkinan terbentuknya angin gunung dan bercampur dengan udara netral yang berada di sekitarnya.
Proses Terjadinya Angin Katabatik
Angin katabatik tergolong angin lokal yang hanya terjadi di wilayah pegunungan dan lembah saja. Proses terjadinya angin katabatik berlangsung saat malam hari tepatnya ketika sore hari atau matahari telah terbenam, yakni ketika udara yang berada di puncak gunung mengalami pendinginan oleh adanya proses konduksi.
Udara tersebut terbentuk menjadi lebih padat dan membuatnya menuruni lembah. Pada wilayah lembah suhu udara relatif lebih tinggi dibandingkan dengan suhu yang berada di gunung atau pegunungan. Akibatnya tekanan udara di lembah menjadi lebih rendah, dan membuat angin bergerak dari arah gunung ke lembah.
Ketika malam hari, daratan di sekitar puncak atau lereng gunung menjadi lebih dingin akibat kehilangan radiasi matahari. Oleh karena itu, puncak gunung memiliki tekanan yang lebih tinggi dibandingan wilayah yang berada di lembah.
Udara yang dingin tersebut mempunyai kerapatan udara (densitas) lebih besar, kemudian mengalirkan udara ke arah lembah, maka terciptalah angin katabatik.
Dampak Terjadinya Angin Katabatik
Umumnya angin katabatik banyak terjadi di lapisan es besar yang berada di daerah Greenland dan Antartika. Adanya penumpukan udara dingin dengan kerapatan udara tinggi yang berada di lapisan atas es, menciptakan energi gravitasi yang besar.
Akibatnya angin tersebut semakin terkonsentrasi di wilayah lembah pesisir, bahkan angin bertiup jauh melebihi kekuatan angin saat badai, yakni 300 km per jam. Di Greenland angin ini lebih dikenal dengan nama piteraq dan akan semakin kuat setiap kali berada di daerah bertekanan rendah, yakni kawasan pantai.
Di Antartika yang penuh dengan salju, angin katabatik membawa salju-salju mengarah ke lembah kering atau oasis Antartika, seperti yang terjadi di Lembah Kering McMurdo. Saat angin katabatik turun, angin ini cendrung memiliki kelembaban relatif rendah yang cukup untuk mengeringkan wilayah tersebut.
Di tempat lain, angin katabatik memberikan efek yang kecil yang mengarah ke area es biru, membuat salju di suatu kawasan hilang dan permukaan lapisan es menyublim, namun lapisan tersebut diisi ulang oleh aliran gletser yang berasal dari hulu.
Sedangkan di Amerika Selatan tepatnya di Kepulauan Fuegian (Tierra del Fuego) dan Amerika Utara (Alaska), angin katabatik dikenal dengan sebutan williwaw yang sangat berbahaya bagi kapal-kapal yang ingin berlabuh. Angin williwaw ini berasal dari padang salju dan es di pegunungan pesisir, serta memiliki kecepatan lebih dari 220 km per jam.