Categories
Biogeografi

9 Macam Flora Endemik Pulau Jawa, Ada yang Pernah Dinyatakan Punah

Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang terdapat di Indonesia. Keberadaan keanekaragaman hayatinya setiap tahun mengalami kemunduran, bukan tidak mungkin beberapa di antaranya telah hilang atau punah. Berikut ini adalah beberapa flora endemik yang hanya bisa ditemukan di pulau Jawa saja, apa sajakah itu?

1. Edelweis (Anaphalis javanica)

Memiliki nama lain yaitu bunga senduro adalah tumbuhan endemik pada zona alpina di setiap pegunungan di Indonesia. Tinggi tanaman ini bisa mancapai 8 meter dengan batang sebesar kaki manusia dan masuk ke dalam tumbuhan langka. Bunga – bunga edelweis akan bermekaran pada bulan April hingga Agustus. Pada tahun 1988, sebanyak 636 batang bunga edelweis dibawa oleh pengunjung dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (salah satu tempat perlindungan terakhir edelweis). Namun, sekarang setiap pendaki yang ketahuan memetik dan membawa bunga edelweis akan dikenakan hukuman dan denda.

2. Cempaka Putih (Michelia alba)

Cempaka putih atau lebih dikenal sebagai kantil oleh masyarakat Jawa, sering dimanfaatkan untuk digunakan pada upacara – upacara penting tradisional maupun ritual. Cempaka putih juga dimanfaatkan untuk aksesoris penghias pengantin wanita bersamaan dengan melati dalam kebudayaan Jawa. Bunganya berwarna putih dengan tinggi pohon bisa mencapai 30 meter. Daunnya berbentuk bulat telur dengan tangkai daun agak panjang atau hampir separuh dari panjang daun. Cempaka putih dapat hidup pada dataran rendah hingga ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut. Cempaka putih masih berkerabat dengan cempaka kuning atau bunga jeumpa.

3. Sawo Kecik (Manilkara kauki)

Sawo kecik atau sawo jawa merupakan jenis sawo yang mulai langka keberadaannya di Indonesia. Bentuk buah sawo kecil lonjong berukuran 3 – 4 cm dengan kulit buah berwarna kemerahan jika sudah matang dengan rasa manis sedikit sepat.

Pohon sawo kecik dapat mencapai tinggi sekitar 25 meter dan diameter batang pohon mencapai 100 cm. Sawo kecik dapat tumbuh di wilayah pesisir hingga di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Di Yogyakarta sawo kecik menjadi pertanda bahwa orang yang menanamnya merupakan abdi dalem keraton.

4. Kepel (Stelechocarpus burahol)

Flora endemik pulau Jawa selanjutnya adalah Kepel atau burahol, yaitu tumbuhan yang hanya ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dahulu buah kepel menjadi makanan favorit bagi putri kraton di Jawa sebab dipercaya dapat membuat keringat menjadi wangi dan air seni tidak berbau menyengat. Sekilas kulit buah berwarna coklat mirip dengan sawo dan menempel di bagian batang pohon. Jika dibelah daging buah kepel berwarna jingga dan memiliki aroma mirip seperti bunga mawar dengan campuran buah sawo. Daging buah kepel dipercaya dapat meluruhkan kecing, mencegah radang ginjal serta menjadi obat alami kemandulan sementara bagi wanita. Kepel menjadi tanaman hias pada pekarangan, sebab saat pucuk daun muda muncul secara serentak akan tampak berwarna merah lalu berubah menjadi keungunan hingga akhirnya menjadi warna hijau.

5. Gandaria (Bouea macrophylla)

Tumbuhan ini dinobatkan sebagai tanaman identitas provinsi Jawa Barat. Gandaria memiliki banyak julukan antara lain jatake, ramania, kundangan dan masih banyak lagi. Hampir semua bagian dari tanaman gandaria dapat dimanfaatkan, namun yang paling sering yaitu buahnya.

Buah gandaria muda banyak dimanfaatkan untuk dikonsumsi dan diolah menjadi rujak atau sambal sedangkan buah gandaria tua bisa konsumsi langsung. Rasa buah gandaria cenderung asam dengan sedikit rasa manis. Daun mudanya juga dapat dikonsumsi sebagai lalap oleh masyarakat Sunda.

6. Bambu Embong (Bambusa Cornuta)

Bambu embong menjadi jenis bambu yang ditemukan pada abad ke 18 dan menjadi jenis satu – satunya yang masih hidup di dunia dan hanya ada di Malang, Jawa Timur. Selama ini orang beraggapan bahwa bambu embong sama seperti bambu pada umumnya, mengganggu tanaman lain dan bentuknya tidak begitu menarik.

Hal yang membedakan dengan bambu pada umumnya yaitu, tumbuh tidak mengumpul menjadi rumpun tetapi menjalar dan saling mengikat. Sifatnya itulah yang dapat mencegah erosi dan cocok dibudidayakan pada lereng bukit.

7. Bayur (Pterospermum javanicum)

Bayur atau bayor merupakan tanaman jenis pohon yang mempunyai kualitas kayu cukup baik. Banyak ditemukan di dataran rendah di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut terutama di daerah dengan iklim tropis seperti di Indonesia. Tinggi pohon bayur bisa mencapai 45 meter dengan gemang batangnya sepanjang 1 meter.

Daun berbentuk bundar telur dengan lebar 4 – 14 x 2,5 – 7 cm dan bagian ujung meruncing. Meskipun sering ditemuan hidup pada tanah lembab yang tidak digenangi oleh air, bayur masih dapat hidup pada tanah kering, tanah berpasir atau tanah liat berpasir.

8. Jeruk Jepara (Limnocitrus littoralis)

Jeruk jepara atau yang lebih dikenal sebagai jeruk swing sempat dinyatakan punah atau hilang oleh para ahli botani di tahun 1969. Salah satu faktor punahnya jeruk jepara ini yaitu telah hilang habitat asli dari jeruk ini. Sesuai dengan namanya, jeruk ini bisa ditemukan sepanjang pantai Rembang dan Jepara. Hingga puluhan tahun kemudian, jeruk jepara berhasil ditemukan kembali di tempat asalnya di tahun 1979 dan berhasil dikonfirmasi kembali oleh Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta pada tanggal 6 Oktober 1984. Bagi masyarakat sekitar, jeruk jepara dikenal dengan nama jeruk-jerukan dan hanya dimanfaatkan untuk bermain ketapel. Jeruk jepara berdiameter 3 – 5 cm dan di dalamnya terbagi menjadi 5 ruang dengan masing – masing ruang terdapat 2 biji. Rasanya asam dengan campuran asin sehingga kurang enak untuk dikonsumsi. Namun kelebihan jeruk jepara yaitu dapat tumbuh di lahan berpasir dengan kandungan garam tinggi sekalipun.

9. Mangga Lalijiwa (Mangifera lalijiwa)

Mangga yang satu ini termasu kelompok mangga endemik yang dapat ditemukan di Semarang (Jawa Tengah) dan Yogyakarta. Nama lalijiwa sendiri berasal dari bahasa jawa yaitu “lali” yang artinya lupa dan jiwa, sehingga jika diartikan bahwa rasa mangga tersebut akan membuat pemakan  menjadi lupa diri. Secara bentuk fisik pohon mangga lalijiwa tidak jauh berbeda dengan pohon mangga pada umumnya yang mempunyai tinggi sekitar 8 meter dan tajuk 9 meter untuk diameternya. Bentuk buahnya bulat sedikit lonjong dengan panjang sekitar 7 cm dan berat 200 gram. Sayangnya keberadaan pohon mangga lalijiwa mulai jarang terutama di habitat aslinya. Tidak heran jika saat ini status mangga lalijiwa masuk ke dalam daftar merah oleh IUCN.

Itulah beberapa flora endemik Pulau Jawa yang harus dilestarikan. Semoga artikel ini bermanfaat.