Categories
Kepulauan

Karakteristik Kepulauan Solomon Hingga Konflik Bersejarah yang Pernah Dialami

Ada beragam negara kepulauan yang terletak di kawasan Oseania. Kawasan Oseania merupakan sebutan untuk kawasan geografis yang berada di Selandia Baru, Australia dan pulau – pulau kecil yang ada di Samudra Pasifik. Beberapa negara yang masuk di kawasan Oseania yakni Fiji, Kepulauan Marshall, Vanuatu, Kiribati, Nauru, Mikronesia, Australia, Selandia Baru, Tuvalu, Tonga, Samoa, Palau, Papua Nugini,  hingga Kepulauan Solomon. Kawasan di Oseania sendiri memang memiliki banyak pantai yang tidak perlu diragukan lagi keindahannya. Tidak heran jika setiap tahunnya, kawasan ini banyak dikunjungi oleh beragam turis mancanegara untuk menghabiskan liburan mereka.

Salah satu negera di kawasan Oseania yang banyak didatangi oleh para turis asing yaitu Kepulauan Salomon. Letak Kepulauan Solomon sendiri tidak begitu jauh dari Indonesia atau tepatnya berada di sebelah timur Papua Nugini. Sesuai dengan namanya, Kepulauan Solomon terdiri atas beberapa pulau seperti Malaita, Santa Isabel, Guadalcanal, Makira dan Sikaiana. Nah, untuk mengenal lebih lanjut mengenai Kepulauan Salomon, di bawah ini adalah penjelasan lebih mendalam dari kepulauan tersebut!

Karakteristik Kepulauan Solomon

Untuk pertama kalinya Kepulauan Solomon didatangi oleh bangsa Eropa yang bernama Álvaro de Mendaña seorang penjelajah dari Spanyol pada tahun 1568 dan memberikan nama pulau tersebut sebagai Islas Salomón. Pemberian nama tersebut bukan tanpa sebab, mengingat nama Solomon atau Sulaiman adalah tokoh di dalam agama Samawi dan merupakan raja yang bijaksana, adil serta memiliki kekayaan yang melimpah. Saat menemukan pulau tersebut Álvaro de Mendaña berharap dapat menemukan harta karun dari Raja Solomon.

Kepulauan Solomon atau Kepulauan Salomon mempunyai 992 buah pulau dengan 5 pulau utama serta berada di antara 5o – 13o LS dan 155o – 169o BT. Sedangkan ibu kotanya berada di kota Honiara yang terletak di pulau Guadalcanal. Kepulauan Solomon memiliki luas sekitar 28.896 km persegi dengan jumlah penduduk sekitar 647.581 jiwa pada tahun 2017. Jika dilihat secara geografis, Kepulauan Solomon berada di dekat garis khatulistiwa sehingga memiliki iklim tropis yang sama seperti di Indonesia. Iklim Kepulauan Solomon termasuk ke dalam iklim laut khatulistiwa yang cukup lembab sepanjang tahun dengan suhu udara rata – rata mencapai 26,5o C. Saat memasuki bulan Juni sampai dengan Agustus biasanya suhu akan dingin, namun ketika angin yang berasal dari barat laut berhembus antara bulan November hingga April akan menyebabkan hujan bahkan badai siklon.

Sama seperti Indonesia, Kepulauan Solomon juga berada di wilayah cincin api atau The Ring of Fire. Tidak heran jika tanah yang berada di Kepulauan Solomon banyak mengandung mineral dari gunung berapi yang terdapat di beberapa pulau besar di Kepulauan Solomon. Selain itu, Kepulauan Solomon cukup sering mengalami gempa bumi bahkan tsunami yang banyak memakan korban jiwa.

Sistem Pemerintahan Kepulauan Solomon

Setelah kedatangan bangsa Spanyol, kepulauan Solomon dinyatakan sebagai wilayah Protektorat Inggris pada tahun 1890-an. Selama Perang Dunia Kedua, negara Jepang berhasil menguasai Solomon dari sekutu dari tahun 1942 sampai dengan 1945. Setelah kekalahannya, Kepulauan Solomon berhasil diambil alih oleh Inggris dan diberi nama Protektorat Kepulauan Solomon Inggris. Seiring berjalannya waktu, pada tanggal 22 Juni 1975, nama tersebut diubah kembali menjadi Kepulauan Solomon namun masih berada pada kekuasaan Inggris. Hingga akhirnya menjadi negara merdeka dan berdaulat dari kekuasaan Inggris di tahun 1978, akan tetapi Kepulauan Solomon tetap mengakui Ratu Elizabeth II sebagai Kepala Negara hingga saat ini.

Dalam sistem pemerintahan, Kepulauan Solomon menggunakan sistem pemerintahan Monarki Konstitusional yaitu Kepala Pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang merupakan Pemimpin Partai atau Koalisi Politik terbesar dan memenangi Pemilihan Umum Legislatif. Untuk pembagian wilayah administrasi, Kepulauan Solomon terbagi atas 9 Provinsi dan 1 kota teritori ibu kota. 9 Provinsi tersebut yaitu Central, Choiseul, Guadalcanal, Isabel, Makira – Ulawa, Malaita, Rennell dan Bellona, Temotu dan Western.

Sejarah Perkembangan Kepulauan Solomon

Setelah menjadi negara merdeka, Kepulauan Solomon mulai mengalami bermacam konflik salah satunya yaitu konflik sipil. Hal ini bermula dari mulai banyaknya para transmigran yang datang dari berbagai macam pulau yang ada di Kepulauan Solomon termasuk dari Pulau Malaita (pulau terpadat penduduknya) menuju ibu kota, Honiara yang terletak di Pulau Guadalkanal. Pada tahun 1970-an, jumlah migrasi di Honiara terus meningkat, namun jumlah tersebut tidak sesuai dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang ada. Hingga akhirnya timbullah konflik antara warga asli Pulau Guadalkanal dengan warga pendatang.

Meskipun infrastruktur terus berkembang, tetapi belum dapat memberikan pengaruh positif terhadap penduduk di Pulau Guadalkanal itu sendiri. Sejak periode 1970-an banyak penduduk asli Pulau Guadalkanal menjual tanah adat kepada para pelaku industri namun dengan harga murah dan ganti rugi yang tidak sepadan. Permasalahan baru mulai muncul saat golongan muda merasa tidak puas dengan hasil dari penjualan tanah adat tersebut saat itu, sebab dianggap tidak menguntungkan. Akibatnya timbullah persengketaan antara penduduk asli dengan para pemilik lahan industri.

Puncak permasalahan terjadi pada tahun 1988 yang saat itu terjadi demonstrasi besar – besaran yang dilakukan oleh penduduk asli Pulau Guadalkanal. Demonstrasi tersebut dipicu oleh tewasnya beberapa penduduk asli Pulau Guadalkanal yang dianggap merupakan perbuatan dari penduduk pendatang. Demonstrasi tersebut juga menyerukan pemerintah untuk membatasi jumlah transmigrasi ke Pulau Guadalkanal serta menetapkan sistem pemerintahan federal.

Konflik di Kepulauan Solomon terus berlanjut hingga muncullah kelompok – kelompok bersenjata di tahun 1998. Kelompok ini merupakan penduduk asli Pulau Guandalkanal yang melakukan penyerangan untuk pertama kalinya ke pemukiman milik penduduk transmigrasi Malaita yang berada di sebelah tenggara Pulau Guadalkanal. Diketahui jika penyerangan tersebut dilakukan oleh Harold Keke dan Joseph Sangu, keduanya berhasil ditangkap namun dibebaskan setelah memberikan uang jaminan. Hukuman tersebut tidak serta merta membuat Harold Keke jera, justru sebaliknya dia berhasil mengumpulkan massa dan membentuk Guadalcanal Revolutionary Army atau GRA.

GRA tetap menyerang penduduk non Guadalkanal untuk mengusir mereka kembali ke pulau asal. Hingga pada akhirnya terbentuklah Malaita Eagle Force atau MEF yang dibentuk oleh penduduk asli Pulau Malaita (pernah terusir dari Pulau Guadalkanal). Singkat cerita, kondisi Kepulauan Solomon diambang kehancuran hingga akhirnya pemerintah Solomon meminta bantuan kepada negara luar untuk mengirimkan pasukan keamanan ke Kepulauan Solomon. Pada tahun 2003 tepatnya di bulan Agustus diterjukan pasukan keamanan yang berasal dari 20 negara Oseania dengan nama Regional Assistance Mission to Solomon Islands (RAMSI). Secara bertahap keamanan di Kepulauan Solomon mengalami peningkatan sampai pada tahap penyerahan diri Harold Keke dan berhentinya segala bentuk aktivitas persenjataan. RAMSI sendiri berada di Kepulauan Solomon sampai tahun 2013 dan melakukan pemulangan tentara aktif secara bertahap.

Fakta – Fakta Kepulauan Solomon

  1. Kepulauan Solomon merupakan salah satu negara yang tidak memiliki tentara atau militer. Hanya polisi yang bertugas menjaga keamanan, memadamkan kebakaran, bantuan bencana alam hingga masalah perairan.
  2. Meskipun dahulu merupakan wilayah kekuasaan dari Inggris dan berbahasa resmi yaitu bahasa Inggris, namun hanya sekitar 1 – 2 persen saja penduduk Kepulauan Solomon yang bisa berbahasa Inggris.
  3. Sebagian besar penduduk Kepulauan Solomon beragama Kristen.
  4. Bentuk kebudayaan penduduk asli Kepulauan Solomon tidak jauh berbeda dengan penduduk asli Papua Nugini.
  5. Untuk beberapa turis asing harap berhati – hati saat menaikki yacht di Pelabuhan Honiara. Sebab sering terjadi kasus pencurian dengan senjata.
  6. Setidaknya ada sekitar 50 orang terbunuh setiap tahunnya akibat serangan dari buaya air asin di laut.

Itulah tadi beberapa informasi mengenai Kepulauan Solomon. Semoga penjelasan di atas dapat membantu menambah pengetahuan.