Categories
Ilmu Sosial

Macam-Macam Teori Migrasi Yang Perlu Diketahui

Sejak zaman dahulu manusia menggunakan instingnya untuk mencari dan berpindah tempat demi keberlangsungan hidupnya. Perpindahan yang dilakukan oleh manusia ini terus berlangsung hingga saat ini.

Perpindahan penduduk ini sering disebut sebagai migrasi atau mobilitas, yakni perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan tertentu.

Migrasi adalah bentuk perpindahan dengan tujuan menetap dari satu tempat ke tempat lain. Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengartikan migrasi sebagai suatu perubahan tempat tinggal dari satu unit administrasi ke unit administrasi lainnya secara permanen.

Seseorang disebut migran jika bergerak melintasi provinsi menuju ke provinsi lain, dan lamanya tinggal di provinsi tujuan enam bulan atau lebih.

1. Teori Migrasi Menurut Todaro

Terdapat juga beberapa teori migrasi salah satunya dari model Todaro yang menjelaskan jika migrasi berkembang akibat adanya perbedaan antara pendapat yang diharapkan dan yang terjadi di pedesaan dan perkotaan.

Dalam hal ini terdapat anggapan mendasar jika para imigran memperhatikan berbagai kesempatan kerja yang tersedia bagi mereka serta memilih salah satu yang dapat memaksimumkan manfaat yang mereka harapkan dari bermigrasi.

Dalam model Todaro dijelaskan jika model migrasi mempunyai empat pemikiran dasar, antara lain:

  • Proses migrasi dirangsang oleh berbagai pertimbangan ekonomi rasional dan yang langsung berkaitan dengan keuntungan ataupun manfaat migrasi itu sendiri. Misal pertimbangan manfaat dan biaya terutama sekali secara finansial ataupun psikologis.
  • Keputusan untuk bermigrasi sangat bergantung pada perbedaan pendapatan antara pedesaan dan perkotaan. Untuk besar kecilnya selisih pendapatan itu sendiri ditentukan dengan adanya variabel pokok yakni selisih upah aktual di kota dan di desa, serta besar kecilnya kemungkinan dalam mendapatkan pekerjaan di perkotaan yang menawarkan tingkat pendapatan sesuai yang diharapkan.
  • Kemungkinan memperolah pekerjaan di perkotaan berhubungan terbalik dengan tingkat pengangguran di perkotaan.
  • Migrasi tetap terjadi meskipun tingginya tingkat pengangguran di perkotaan sudah cukup tinggi, terutama di negara-negara dengan jumlah tenaga kerja berlebih.

2. Teori Migrasi Menurut Evereet S. Lee

Teori migrasi lainnya datang dari Everett S. Lee yang menjelaskan jika volume migrasi dari suatu wilayah berkembang sesuai dengan tingkat keragaman daerah-daerah di wilayah tersebut.

Menurutnya migrasi adalah perubahan tempat tinggal secara permanen atau semi permanen. Tidak ada batasan mulai dari jarak perpindahan ataupun sifat apakah terpaksa atau sukarela.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain:

  • Faktor Positif, yakni faktor yang memberikan nilai keuntungan apabila bertempat tinggal di tempat tersebut.
  • Faktor Negatif, merupakan faktor yang memberikan nilai negatif ataupun merugikan jika tinggal di tempat tersebut sehingga seseroang merasa perlu pindah ke tempat lain.
  • Faktor Netral, yaitu faktor yang tidak berpengaruh terhadap keinginan seorang individu untuk tetap tinggal di tempat asal ataupun pindah ke tempat lain.

Selain faktor di atas, terdapat pula faktor Rintangan Antara yakni segala sesuatu yang cukup berpengaruh terhadap besar kecilnya arus mobilitas penduduk. Rintangan Antara berupa topografi wilayah, transportasi, ataupun ongkos pindah.

Tidak hanya itu saja, menurut Everett S. Lee arus migrasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor:

  • Faktor individu.
  • Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal, misal: keterbatasan kepemilikian lahan, upah di desa rendah, waktu luang antara masa tanam dan masa panen, lapangan kerja yang sempit di desa, dan terbatasnya jenis pekerjaan di desa.
  • Faktor daerah tujuan, misal: tingkat upah yang tinggi, luas lapangan pekerjaan yang beraneka ragam.
  • Rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan, misal: sarana transportasi, topografi desa ke kota serta jarak desa ke kota.

3. Teori Migrasi Menurut Arthur Lewis

Dalam hal ini Arthur Lewis menjelaskan tentang perekonomian menjadi dua sektor yakni sektor tradisional (pedesaan yang subsisten) yang ditandai adanya produktivitas tenaga kerja yang amat rendah, dan sektor modern (industri perkotaan) dengan tenaga kerja dari sektor subsisten berpindah secara perlahan.

Hal penting dari model ini adalah proses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan tingkat pengerjaan di sektor modern (perkotaan) yang menyebabkan pertumbuhan output di sektor modern. Sedangkan kecepatan dua hal (perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan pengerjaan) tergantung terhadap tingkat akumulasi modal industri di sektor modern.

Meskipun model ini dianggap sederhana dan sesuai dengan pengalaman sejarah pertumbuhan ekonomi di dunia Barat, model ini memiliki tiga asumsi pokok yang sangat berbeda dengan kenyataan-kenyataan dari migrasi dan keterbelakangan yang terjadi pada negara sedang berkembang saat ini.

4. Teori Migrasi Menurut E. G. Ravenstein

Menurut E. G. Ravenstein, perilaku migrasi tentang bagaimana orang cendrung memilih jarak terdekat dan menuju pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini Ravenstein menjelaskan jika faktor jarak merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya migrasi penduduk.

Hal tersebut juga didukung dengan adanya faktor pendorong dan penarik migrasi yang diungkapkan oleh Everett S. Lee jika volume migrasi sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah asal dan tujuan.

Perpindahan penduduk ini selalu berkaitan dengan wilayah dan waktu keluar atau masuk. Oleh karena itu, migrasi dapat terbagi menjadi beberapa macam.

Ravenstein juga menjelaskan jika terdapat beberapa perilaku migrasi penduduk yang dikenal dengan nama Hukum Ravenstein, yakni:

  • Tempat terdekat cendrung dipilih migran sebagai salah satu daerah tujuan.
  • Sulitnya memperoleh pekerjaan di daerah asal menjadi faktor yang paling dominan untuk mempengaruhi seseorang dalam bermigrasi. Terdapat faktor kemungkinan dalam memperoleh pekerjaan dan pendapatan menjadi lebih baik di daerah tujuan. Daerah tujuan harus mempunyai nilai kefaedahan daerah ataupun wilayah lebih tinggi dibandingkan dengan daerah asal.
  • Berita-berita yang berasal dari keluarga ataupun saudara, serta teman yang telah bermigrasi ke daerah lain merupakan informasi yang sangat penting untuk orang-orang yang ingin bermigrasi.
  • Informasi negatif yang berasal dari daerah tujuan akan mengurangi niat penduduk dalam melakukan migrasi.
  • Pengaruh kota semakin tinggi terhadap seseorang, yang akan berdampak pada tingkat mobilitas semakin tinggi.
  • Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka semakin besar pula frekuensi mobilitasnya.
  • Arah dan arus migrasi penduduk menuju ke arah asal datangnya informasi. Para imigran memiliki kecendrungan untuk memilih tempat saudara atau teman yang tinggal di daerah tujuan.
  • Pola migrasi bagi seseorang maupun sekelompok orang akan sulit untuk diperkirakan, sebab ada banyak yang dipengaruhi oleh kejadian mendadak misal epidemik penyakit, bancana alam, peperangan dan lainnya.
  • Penduduk yang masih berusia muda dan belum menikah lebih banyak melakukan mobilitas jika dibandingkan dengan penduduk yang telah menikah.
  • Penduduk dengan pendidikan lebih rendah, umumnya lebih sedikit melakukan mobilitas dibandingkan dengan penduduk dengan pendidikan tinggi.

5. Teori Migrasi Menurut Jones

Jones menjelaskan jika migrasi adalah salah satu proses modernisasi. Meningkatnya modernisasi tidak hanya menarik penduduk dari daerah lain, namun juga mempertinggi motivasi penduduk di daerah untuk melakukan migrasi.

Hal ini disebabkan semakin tingginya pendidikan, sarana transportasi, dan komunikasi.