Categories
Ilmu Sosial

8 Dampak Kerusuhan yang Terjadi Pada 22 Mei 2019

Pemilihan Umun yang telah berlangsung di Indonesia pada tanggal 17 April 2019 telah sampai pada hasil perhitungan suara yang telah diumumkan oleh KPU atau Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 21 Mei 2019 dini hari. Hasil pengumuman yang telah dilakukan oleh KPU ternyata membuat beberapa pihak tidak menyetujui hasil perhitungan suara dan keputusan yang telah dibuat. Sehingga menimbulkan berbagai macam reaksi dari berbagai pihak salah satunya dengan melakukan penyerangan ke Kantor Bawaslu yang sudah dimulai sejak tanggal 21 Mei 2019.

Namun, aksi penyerangan tersebut berhasil dicegah oleh polisi dan brimob yang telah berjaga di sekitar kawasan dekat Kantor Bawaslu. Polisi bersama brimob dengan mengenakan pakaian dan peralatan lengkap sudah bersiaga beberapa hari sebelum KPU mengumumkan hasil pemilihan umum. Hingga puncaknya terjadi kerusuhan besar – besaran pada tanggal 22 Mei 2019. Masa dari berbagai daerah datang menuju Kantor Bawaslu untuk melakukan protes karena merasa tidak adil dengan keputusan hasil pemilu. Awalnya masa hanya ingin mengajukan protes dengan mengajukan demo berjalan dengan aman, dan itu yang sudah terjadwal dari pukul 10.00 dan berakhir pada pukul 18.00 WIB.

Namun semakin malam jumlah masa yang datang di sekitar Kantor Bawaslu semakin banyak. Aksi bentrok antar masa pendemo dan polisi tidak dapat dihindari lagi. Beberapa provokator menyerang polisi dengan menggunakan batu hingga kembang api. Polisi dan brimob berusaha untuk membubarkan masa dengan berbagai cara salah satunya dengan menyemprotkan gas air mata. Hingga akhirnya masa bisa dibubarkan sekitar pukul 11 malam, akan tetapi beberapa tempat di Jakarta masih terjadi penyerangan hingga keesokan paginya.

Kerusuhan pada tanggal 22 Mei 2019 tentu sangat merugikan banyak pihak yang berada di sekitar kawasan tersebut. Lalu apa saja yang dampak yang ditimbulkan? Berikut daftarnya.

  1. Banyak Fasilitas Umum Rusak

Kantor Bawaslu berada di sekitar kawasan yang ramai dengan gedung perkantoran hingga pusat perbelanjaan. Maka tidak heran jika di kawasan tersebut fasilitas umum seperti layanan transportasi sangat mendukung. Akibat dari kerusuhan 22 Mei, banyak fasilitas ditemukan telah mengalami kerusakan salah satunya yaitu halte bus Transjakarta. Sehingga pihak Transjakarta semenjak terjadi kerusuhan telah melakukan pengalihan rute hingga halte yang rusak dapat digunakan kembali.

Tidak hanya itu, tempat perbelanjaan modern pertama di kawasan tersebut, Sarinah tidak luput dari penyerangan masa. Lokasinya yang bersebrangan dengan Kantor Bawaslu sudah tentu menjadi sasaran kerusakan bagi masa pendemo. Logo tulisan Sarinah terlihat sudah tidak utuh, konblok jalan di area parkir hilang, pot bahkan CCTV di Sarinah juga ikut hilang.

  1. Pasar Tanah Abang Mengalami Kerugian

Sebagai pusat grosir terbesar di Asia Tenggara atau ASEAN, tidak heran jika Tanah Abang selalu ramai didatangi oleh para penjual dan pembeli dari berbagai daerah. Saat kerusuhan terjadi, pusat grosir ini ditutup untuk menghindari terjadinya pengerusakan gedung, melindungi pedagang dan pembeli. Penutupan Tanah Abang telah terjadi sejak tanggal 22 Mei pagi yang dilakukan oleh pihak pengelola Tanah Abang. Penutupan Tanah Abang tidak hanya terjadi pada tanggal 22 Mei saja, tetapi berlangsung hingga beberapa hari ke depan. Padahal dalam sehari, jika ditotal pendapatan para pedangan di Tanah Abang bisa mencapai Rp 50 milyar – Rp 100 milyar, dan mengalami peningkatan jika menjelang hari Lebaran. Sehingga penutupan Tanah Abang sudah tentu sangat merugikan para pedagang yang berjualan.

  1. Tidak hanya Tanah Abang, Sarinah Juga Ikut Mendapatkan Kerugian

Sebagai tempat pusat perbelanjaan, Sarinah yang berada di seberang Kantor Bawaslu juga terkena dampak dari kerusahan 22 Mei. Selain mengalami kerusakan gedung, Sarinah juga mengalami kerugian hingga ratusan juta bahkan milyaran saat bulan Ramadhan. Dalam sehari Sarinah bisa memperoleh rata – rata pendapatan hingga Rp 400 juta – Rp 500 juta, dan meningkat dua kali lipat saat bulan Ramadhan menjadi Rp 1 milyar. Kerusuhan yang berlangsung pada bulan Ramadhan tentunya sangat merugikan pihak Sarinah, dan tentunya Sarinah tidak akan buka dalam waktu dekat akibat dari kerusuhan.

  1. Stasiun Tanah Abang Dan Palmerah Ditutup

Kedua stasiun tersebut letaknya sangat dekat dengan kawasan terjadinya kerusuhan. Sehingga pihak dari kedua stasiun memutuskan untuk menutup stasiun pada tanggal 22 Mei 2019. Padahal biasanya Stasiun Tanah Abang menjadi tempat transitnya para penumpang yang menggunakan fasilitas KRL baik yang ingin berganti kereta atau mengunjungi pusat grosir Tanah Abang. Beberapa penumpang yang ingin keluar dari dalam Stasiun Tanah Abang terpaksa bertahan di dalam stasiun demi keselamatan.

  1. Terjadi Kebakaran Di Asrama Brimob

Aksi kerusuhan meluas hingga Asrama Brimob yang terletak di Petamburan, Jakarta Pusat. Masa yang dibubarkan paksa oleh polisi, masih melakukan kegiatan pemberontakan. Hingga akhirnya kerusuhan mengarah ke Petamburan dan masa membakar kendaraan mobil yang berada di sekitar Asrama Brimob. Belasan mobil pribadi, bis polisi, dan mobil anggota polisi yang terparkir di sana menjadi korban kebakaran. Pihak kepolisian telah menangkap oknum yang melakukan pembakaran kendaraan tersebut.

  1. Beberapa Tempat Di Jakarta Tetap Beroperasi

Terjadinya kerusuhan pada tanggal 22 Mei 2019 tidak membuat seluruh aktivitas khususnya di salah satu kota terpadat di Indonesia menjadi berhenti begitu saja. Kerusuhan hanya berpusat di sekitar kawasan Kantor Bawaslu dan tidak menyebar hingga ke tempat lain di Jakarta. Sehingga warga di Jakarta masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Beberapa pusat perbelanjaan juga telah meminta bantuan dari TNI dan Polri untuk menjaga keamanan sebagai bentuk antisipasi.

  1. Penutupan Media Sosial Di Indonesia

Dampak dari kerusuhan 22 Mei 2019, tidak hanya dirasakan oleh warga masyarakat di Jakarta saja. Tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia. Pemerintah melakukan pembatasan 3 media sosial yaitu WhatsApp, Instagram dan Facebook sebagai bentuk pembatasan penyebaran berita hoax ke semua kalangan. Berita yang tidak benar asal usulnya atau hoax sangat berbahaya dan dapat menimbulkan berbagai macam reaksi bagi beberapa pihak yang dapat memicu timbulnya kembali perpecahan. Pembatasan 3 media sosial tersebut tidak hanya dilakukan pada tanggal 22 Mei saja, tetapi terus berlangsung sampai beberapa hari hingga pemerintah mengumumkan kondisi aman kembali.

  1. Banyak Sampah Di Sekitar Kawasan Kantor Bawaslu

Kerusuhan yang terjadi pada tanggal 22 Mei 2019 ternyata menghasilkan banyak sampah. Banyak puing yang berserakan di kawasan tersebut sehingga membuat Dinas Kebersihan DKI Jakarta turun tangan untuk segara membersihkan Jalan Wahid Hasyim. Pembersihan dilakukan mulai dari dini hari yaitu tanggal 23 Mei 2019 oleh Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU). Para petugas berseragam orange ini tidak hanya membersihkan puing – puing saja, tetapi juga sampah plastik yang bertebaran.

Demikian beberapa dampak yang ditimbulkan dari aksi kerusuhan yang terjadi pada tanggal 22 Mei 2019. Kerusuhan tersebut sudah tentu merugikan banyak pihak, kita berdoa semoga tidak terjadi hal serupa di kemudian hari. Semoga informasi di atas bermanfaat.