Tanah Andosol, merupakan tanah yang berkembang dari bahan-bahan letusan gunung berapi dan biasanya terletak di seputar gunung berapi, tanah ini dikenal sebagai tanah yang paling subur dibandingkan dengan jenis tanah lainnya. Berada pada ketinggian antara 700 sampai 2.500 m dpl, di kawasan pegunungan, selain udaranya sejuk juga sangat memungkinkan tumbuhnya komoditas pertanian yang bernilai ekonomis tinggi. Tanah di daerah pegunungan vulkanik dicirikan oleh warna tanah hitam atau gelap karena tingginya kandungan bahan organik, gembur, ringan dan licin jika dipirid dengan jari tangan.
Tanah Andosol dapat didefinisikan dalam sistem Klasifikasi adalah tanah berwarna hitam atau coklat tua, struktur remah, kadar bahan organik tinggi, jika dipirid terasa licin (smeary). Tanah bagian bawah berwarna coklat sampai coklat kekuningan, tekstur sedang, porous, pemadasan lemah, akumulasi liat sering ditemukan di lapisan bawah. Andosol dijumpai pada daerah beriklim tropika basah dengan curah hujan antara 2.500-7.000 mm tahun-1.
Sifat dan karakteristik
Tekstur tanah jenis andosol ini sangat beragam, tanah ini bisa berbentuk tanah liat dan tanah lempung yang teksturnya kasar. Zat yang terkandung di dalamnya sebagian besar adalah abu vulkanik dari letusan gunung. Tanah andisol juga mengandung banyak zat organik yang terdapat pada lapisan tengah dan atas, sedangkan pada bagian bawah kandungan unsure haranya cenderung sedikit.
Ketika gunung berapi mengalami erupsi dari kawah keluar bahan-bahan vulkanik berupa gas, cairan dan padat. Salah satu zat padat yang dimuntahkan adalah pasir dan abu vulkanik segar, yang mengakibatkan tertutupnya tanah sekitar gunung tersebut. Adanya debu dan pasir vulkanik segar yang melapisi permukaan tanah, mengakibatkan tanah mengalami proses peremajaan.
Lapisan atas tanah yang ditutupi abu vulkanik lambat laun akan melapuk, pertanda dimulainya lagi proses pembentukan (genesis) tanah yang baru. Abu vulkanik yang terdeposisi di atas permukaan tanah akan mengalami proses pelapukan kimiawi dengan bantuan asam-asam organik dan air yang terdapat di dalam tanah. Peristiwa ini akan menyebabkan terjadinya perubahan kimiawi dari abu vulkanik tersebut dan terhadap tanah yang terdapat di lapisan bawahnya.
Abu vulkanik bersifat mengganggu tanaman pada lahan yang ditutupinya. Namun begitu dalam abu vulkanik terkandung berbagai unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman seperti Ca, Mg, K, Na, P, S, Fe, dan Mn. Abu tersebut kemudian akan melapuk dan mengeluarkan hara-hara esensial yang ada didalamnya, sehingga menjadi tersedia untuk tanaman. Dengan demikian abu vulkanik merupakan penyedia cadangan hara esensial bagi tanaman.
Namun tanah andosol yang pada mulanya dinyatakan hanya dijumpai di dataran tinggi, ternyata menurut hasil penelitian, belakangan ini dijumpai juga di dataran rendah. Para peneliti Indonesia menemukan bahwa Andosol tidak hanya terdapat pada iklim tropika basah, tetapi terdapat juga di daerah tropika beriklim kering seperti di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Persebaran Tanah Andosol
Paling Banyak di Sumatera
Penyebaran tanah Andosol secara geografis tidak terlepas dari penyebaran gunung berapi. Berdasarkan Atlas Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia, tanah andosol di Indonesia menyebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Maluku Utara dan Sulawesi Utara. Tanah tersebut penyebarannya membentang mulai dari ujung utara Pulau Sumatera, yaitu dari mulai Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi bagian Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung.
Penyebarannya di Pulau Sumatera umumnya terletak di dataran tinggi sebelah barat, hanya sebagian kecil yang terdapat di dataran rendah Sumatera Utara bagian timur (Kabupaten Deli Serdang). Di Pulau Jawa, tanah Andosol hampir merata terdapat di daerah pegunungan mulai dari Jawa Barat (Gunung Salak) sampai ke ujung timur di Jawa Timur (Pegunungan Ijen).
Sementara di Pulau Bali tanah Andosol dijumpai di Gunung Agung, dan di Pulau Lombok terdapat di Gunung Rinjani. Di Pulau Flores, penyebaran tanah Andosol cukup luas mulai dari Kabupaten Manggarai, Kabupaten Ngada, Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur.
Tanah Andosol lainnya yang mempunyai penyebaran luas dijumpai di Sulawesi Utara, yaitu di sekitar Tomohon dan Kabupaten Minahasa. Di Sulawesi Selatan tanah Andosol dijumpai pada lereng Gunung Lompobatang. Sampai saat ini belum pernah ada peneliti yang melaporkan adanya tanah Andosol di Maluku, Papua, dan Papua Barat.
.
Keuntungan dan Kekurangan Tanah Andosol
Tanah Andosol yang sebagian besar penyebarannya berada pada dataran tinggi dan hanya sedikit di dataran menengah dan dataran rendah. Karena letaknya tersebut apalagi diberi masukan ameloria (sejenis pupuk organic) maka tanah Andosol secara spesifik sangat cocok untuk tanaman tipe C3. Tanaman tipe C3 adalah tanaman yang mempunyai titik kompensasi suhu udara yang rendah, sehingga cocok sebagai tanaman dataran tinggi, diantaranya adalah tanaman sayuran.
Tanaman yang cocok
Selain tanaman sayuran, tanaman tahunan yang sesuai di dataran tinggi diantaranya adalah teh, kopi arabika, kina, apel, jeruk, dan kayu manis serta tanaman kehutanan seperti Eucalyptus urophylla, Casuarina.
Keuntungan tanah andosol adalah, tanah ini merupakan tanah subur yang baik digunakan untuk lahan pertanian. Tetapi kekurangannya tanah andosol ini umumnya terletak pada lereng-lereng gunung berapi yang dominan berbukit sampai bergunung. Namun walau begitu. lereng curam bukan merupakan masalah yang serius, karena pengelolaannnya telah memperhatikan azas kelestarian lingkungan. Namun aktivitas budidaya sayuran di tanah Andosol pada lereng miring dilakukan secara intensif tetapi masih jauh dari azas konservasi tanah dan air. Kondisi tanah dengan topografi yang demikian sangat rawan terhadap kerusakan lahan dan lingkungan sekitarnya.
Tanaman sayuran adalah tanaman yang mempunyai daya jangkau akarnya sangat dangkal, sehingga daya memegang tanah agar tidak tererosi dan longsor juga sangat rendah. Aktivitas budidaya yang sangat intensif juga menyebabkan terjadi erosi yang cukup tinggi. Pada lahan budidaya sayuran di dataran tinggi, sebagian besar petani belum menerapkan teknik-teknik konservasi tanah dan air yang benar. Penyebabnya antara lain adalah karena teknik konservasi dirasakan sulit dalam pengerjaannya dan membutuhkan waktu yang lama serta memerlukan tenaga kerja yang besar. Dengan tidak diterapkannya tindakan konservasi tanah dan air, maka tanah Andosol di dataran tinggi sangat rentan terhadap erosi tanah dan longsor.