Categories
Gunung

7 Gunung Aktif di Jawa Barat Yang Perlu Diketahui

Negara Indonesia termasuk negara dengan kepemilikan gunung api terbanyak di dunia. Hal ini disebabkan karena Indonesia dilewati oleh sabuk cincin api atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ring of Fire.

Oleh karena itu, beberapa wilayah di Indonesia memiliki gunung berapi yang masih aktif hingga saat ini, tak terkecuali salah satu provinsi di pulau Jawa yakni Jawa Barat. Menurut para vulkanolog, gunung aktif di Jawa Barat terbagi menjadi gunung berapi Tipe A dan gunung berapi Tipe B.

Gunung berapi Tipe A memiliki arti bahwa gunung tersebut dapat mengalami erupsi kapanpun, sedangkan gunung berapi Tipe B merupakan gunung yang kemungkinan tidak menunjukkan gejala aktif seperti gempa vulkanik, akan tetapi tetap tidak boleh dianggap remeh.

Lalu gunung aktif apa saja yang terdapat di Jawa Barat? Berikut daftarnya!

1. Gunung Salak

Gunung Salak atau yang dahulu bernama Gunung Sapto Argo termasuk gunung berapi tua yang memiliki tinggi mencapai 2.211 meter di atas permukaan laut. Gunung ini terletak di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor dan masuk ke dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun.

Gunung Salak termasuk gunung api strato Tipe A dengan puncak tertingginya bernama Puncak Salah I dan dianggap sebagai puncak tertua. Terdapat juga Puncak Salak II (puncak kedua tertua) yang berada di ketinggian 2.180 mdpl.

Gunung ini memiliki sejumlah kawah aktif yang tidak berada di bagian puncak gunung. Salah satu kawah terkenalnya yakni Kawah Ratu yang termasuk kawah termuda dan mudah dijumpai saat melakukan pendakian ke arah puncak gunung.

Menurut sejarah, Gunung Salak telah mengalami beberapa letusan sejak tahun 1600-an yakni antara 1668-1699, 1780, 1902-1903, dan 1935.

2. Gunung Gede

Gunung Gede tergolong sebagai gunung berapi stratovolcano yang masuk ke dalam wilayah Taman Nasional Gede Pangrango. Gunung ini memiliki tinggi mencapai 1.000 hingga 2.958 meter di atas permukaan laut.

Diketahui jika Gunung Gede pertama kali mengalami erupsi pada tahun 1747 dan termasuk letusan yang dahsyat hingga menyebabkan 2 aliran lava bergerak serta terlihat dari kawah lanang.

Gunung ini mengalami beberapa kali letusan kecil di tahun 1761, 1780, dan 1832. Setelah 100 tahun lebih setelah letusan pertama, Gunung Gede kembali mengalami letusan dahsyat yang kedua di tanggal 12 November 1840 pada pukul 3 dini hari.

Tercatat letusan terakhir terjadi di tahun 1957 dan letusan tersebut tergolong letusan kecil, setelah itu Gunung Gede berada dalam kondisi “tertidur” hingga saat ini. Meskipun begitu, para warga di sekitar gunung tetap harus waspada sebab apabila gunung ini kembali aktif tentu ledakannya sangat  berbahaya.

Gunung Gede banyak dikunjungi oleh para pecinta alam, bahkan hutan yang dimilikinya terbagi menjadi beberapa zona yakni submontana, montana, hingga subalpin di kawasan puncak gunung. Hutan di Gunung Gede merupakan salah satu yang paling kaya dengan jenis floranya tidak hanya di Indonesia namun juga di kawasan Malesia (zona ekologi Indomalaya hingga Australia).

3. Gunung Tangkuban Parahu

Gunung Tangkuban Parahu merupakan salah satu gunung yang paling terkenal di Jawa Barat. Terletak sekitar 20 km dari kota Bandung, gunung ini memiliki pesona alam yang sangat indah berupa pohon-pohon pinus dan hamparan kebun teh.

Gunung Tangkuban Parahu termasuk gunung berapi dengan bentuk stratovulkano dengan kondisi pusat erupsi berpindah dari timur ke barat, serta mempunyai tinggi mencapai 2.084 meter di atas permukaan laut.

Menurut sejarah, Gunung Tangkuban Parahu terbentuk dari letusan kaldera Sunda sekitar 90.000 tahun yang lalu dan usainya lebih muda dibandingkan Gunung Burangrang yang terletak di sisi barat Gunung Tangkuban Parahu.

Menurut catatan sejarah segala bentuk aktivitas vulkanik, Gunung Tangkuban Parahu telah membentuk sebanyak 13 kawah dengan 3 kawah diantaranya sangat terkenal dan dijadikan sebagai tempat wisata.

Berdasarkan catatan yang dibuat oleh Junghuhn, letusan gunung pertama kali terjadi di tahun 1829 dan tidak ditemukan data mengenai letusan gunung sebelumnya. Setelah letusan itu terjadi, gunung Tangkuban Parahu istirahat selama 17 tahun untuk kemudian mengalami letusan kembali di tahun 1846.

Setelah itu, gunung ini terus mengalami letusan secara berturut-turut di tahun 1867 dan 1887. Letusan terbesar terjadi di tahun 1896 setelah beristirahat selama 50 tahun. Dan tercatat letusan terakhir gunung Tangkuban Parahu terjadi di tahun 2019.

4. Gunung Ceremai

Gunung Ceremai atau gunung Cereme merupakan gunung berapi kerucut berikutnya yang masuk ke dalam dua wilayah yakni Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka. Tinggi gunung ini mencapai 3.078 meter di atas permukaan air laut dan termasuk gunung tertinggi di Jawa Barat.

Gunun yang masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai tersebut, memiliki kawah ganda. Kawah yang berada di bagian barat mempunyai diameter mencapai 400 m dan terpotong oleh kawah timur dengan radius 600 meter.

Di ketinggian 2.900 mdpl, tepatnya di bagian lereng selatan, terdapat bekas titik letusan yang diberi nama Gowa Walet.

Gunung yang masuk sebagai gunung api kuarter aktif, Tipe A ini merupakan gunung soliter yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunung api Jawa Barat bagian timur.

Gunung Ceremai termasuk gunung generasi ketiga dengan gunung generasi pertama adalah gunung api Plistosen yang terletak di sebelah gunung Ceremai. Sedangkan gunung generasi kedua adalah Gunung Gegerhalang yang sebelum runtuh sempat membentuk sebuah kaldera. Gegerhalang.

Tercatat gunung ini meletus di tahun 1698 dan terakhir pada tahun 1973. Hingga beberapa tahun berikutnya yakni di tahun 1772, 1775, dan 1805, letusan hanya terjadi di bagian kawah pusat dan tidak mengakibatkan kerusakan.

Selanjutnya Gunung Ceremai mengalami gempa tektonik hingga mengakibatkan sejumlah bangunan mengalami kerusakan di tahun 1947, 1955, 1973, 1990, dan 2001.

5. Gunung Guntur

Gunung Guntur termasuk gunung aktif di Jawa Barat yang berada di wilayah Kabupaten Garut. Gunung ini termasuk gunung berapi kerucut atau stratovolcano dengan tinggi mencapai 2.249 meter di atas permukaan laut.

Menurut sejarah, Gunung Gunur pernah menjadi gunung berapi paling aktif di pulau Jawa selama 1800-an. Namun seiring berjalannya waktu, aktivitas gunung ini mengalami penurunan.

Umumnya ketika mengalami erupsi, Gunung Guntur juga akan mengeluarkan lelehan lava, lapili serta objek material lainnya dari dalam gunung. Tercatat jika Gunung Guntur telah mengalami erupsi sebanyak 23 kali.

Gunung Batur mempunyai 2 kaldera bernama Kaldera Gandapura yang berada di sebelah timur dan Kaldera Pangkalan yang terletak di bagian barat.

6. Gunung Papandayan

Gunung Papandayan yang memiliki tinggi hingga 2.665 meter di atas permukaan laut, merupakan gunung api bertipe strato. Lokasinya berada di Kabupaten Garut atau sekitar 70 km di sebelah tenggara kota Bandung.

Menurut sejarah, Gunung Papandayan telah mengalami beberapa kali letusan yakni pada tahun 1772, 1923, 1942, dan 2002. Di antara letusan tersebut, letusan pada tahun 1772 termasuk yang terbesar karena menghancurkan sekitar 40 desa dengan korban jiwa mencapai 2.957 orang.

Gunung Papandayan memiliki beberapa kawah yang cukup terkenal di kalangan pecinta alam, mulai dari Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Manuk, dan Kawah Nangklak yang masing-masing kawah mengeluarkan uap dari dalam.

7. Gunung Galunggung

Gunung Galunggung terletak di wilayah Tasikmalaya termasuk gunung aktif berikutnya dengan tinggi mencapai 2.168 mdpl. Uniknya gunung ini memiliki dua puncak bernama Puncak Dinding Ari dan Puncak Beuticanar (puncak tertinggi).

Gunung ini pernah mengalami letusan di tahun 1822 dengan Volcanic Explosivity Index (VEI) mencapai 5. Letusan gunung berlangsung dari 8-12 Oktober, menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, dan juga lahar.

Letusan gunung tersebut menghancurkan sekitar 114 desa dengan korban tewas mencapai 4.011 jiwa.

Tercatat letusan terakhir terjadi pada 5 Mei 1982 dengan VEI=4 dan berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983. Letusan periode tersebut menyebabkan perubahan peta wilayah pada radius 20 km dari kawah Galunggung.