Jika kita mendengar istilah perang, hal yang terbayang di benak kita yaitu perebutan kekuasaan. Perang sudah ada sejak zaman dahulu dan hampir sebagian besar negara – negara di dunia ini pernah menjadi wilayah jajahan atau bahkan menjadi pihak yang menyerang termasuk Indonesia. Namun tidak semua negara pernah dikuasai atau dijajah oleh negara sekutu, di saat negara – negara di sekitarnya dikuasai oleh bangsa lain. Thailand menjadi negara yang tidak pernah dijajah oleh pihak manapun. Negara yang berada di kawasan Asia Tenggara dan juga bersama Indonesia menjadi anggota ASEAN mendapat julukan sebagai Negeri Gajah Putih karena saat terjadi perang terutama ketika Perang Dunia II pecah, Thailand tidak dijajah oleh bangsa Eropa manapun justru menjadi negara netral. Lalu bagaimana bisa Thailand menjadi satu – satunya negara di Asia Tenggara yang terbebas dari penjajahan bangsa Eropa? Di bawah ini akan dijelaskan tentang tindakan dan cara Thailand terhindar dari penjajahan.
Alasan Thailand Tidak Pernah Dijajah
Untuk mengetahui hal tersebut, kita harus tahu sejarah di abad ke 19 terlebih dahulu. Saat itu Thailand dikenal dengan nama Siam memiliki wilayah kekuasaan dari Laos hingga Kamboja. Di bagian barat Siam berbatasan langsung dengan Kerajaan Alaungpaya atau Konbang di mana kerajaan ini berhasil menguasai sebagian wilayah modern Myanmar. Sejak tahun 1824, Alungpaya sudah terlibat perang dengan Inggris yang berdampak pada semakin menghilangnya wilayah kekuasaan Alungpaya dan berakhir jatuh di tangan Inggris seluruhnya hingga akhirnya disatukan dengan koloni Inggris di India.
Bagi Siam, Alaungpaya sudah menjadi musuh lama sehingga tidak mempermasalahkan hal tersebut. Justru sebaliknya Siam memiliki hubungan baik dengan Inggris. Hal ini dibuktikan dari Raja Chulalongkorn dengan gelar “Rama V” semasa kecilnya mendapatkan pendidikan privat dari Anna Leonowens yang berkebangsaan Inggris, tidak heran jika ilmu pengetahuan yang Rama V peroleh diterapkan untuk membuat kemajuan dan perubahan di Siam. Tidak heran jika sampai saat ini Rama V dikenal sebagai raja terbaik bahkan patungnya masih berdiri kokoh di Bangkok. Bentuk perubahan yang ia lakukan yaitu menyuruh seluruh rakyat Thailand mengganti sepatu tradisional Thailand menjadi model sepatu Eropa yang lebih modern. Hal tersebut dilakukan ketika Eropa datang ke Siam untuk melakukan perdagangan, bangsa Eropa berpikir jika masyarakat Siam bukanlah masyarakat terbelakang dengan pakaian kuno justru terlihat setara dengan bangsa Eropa dan menganggap mereka sebagai teman.
Tidak hanya sebagai partner bisnis dan perdagangan saja, bangsa Eropa khususnya Inggris memiliki hak untuk melakukan penambangan di Siam dan juga turus serta dalam pembangunan jalur – jalur kereta beberapa wilayah di Siam. Raja Rama V tidak tinggal diam, ia menjadikan tentara Eropa seperti anak buah bahkan menganggap seperti bawahan pribumi. Tentara – tentara tersebut dibayar untuk mempertahankan dan menjaga Siam dari kerajaan sekitar seperti Cina dan Burma. Tidak hanya itu saja, Raja Rama V juga membayar arsitek – arsitek dari Eropa untuk membangun berbagai macam gedung dan juga benteng yang ada di Siam dengan bentuk serta kualitas seperti di Eropa.
Bagaimana Thailand Bisa Menjadi Negara Babas Jajahan Eropa?
Peperangan masih terus terjadi saat itu, bahkan di bagian timur Siam atau wilayah modern Vietnam terdapat sebuah kerajaan bernama Dinasti Nguyen yang sudah berperang melawan Perancis sejak tahun 1857 yang saat itu berdalih ingin melindungi misionaris Perancis di wilayah timur Indocina (Kamboja, Laos dan Vietnam). Hingga akhirnya Vietnam berhasil ditaklukkan oleh Perancis di tahun 1883, Dinasti Nguyen tetap berdiri hanya saja urusan internal dan eksternal kerajaan diambil alih oleh Perancis.
Perancis tidak puas dengan keberhasilan tersebut, mereka berfokus di bagian barat tepatnya Kamboja. Hingga akhirnya di tahun 1884, mereka memaksa Raja di Kamboja untuk menandatangani kesepakatan bahwa Kamboja harus berada di bawah kekuasaan Perancis dan memastikan bahwa Kamboja tidak lagi berada di bawah pengaruh Siam. Singkat cerita terjadilah perseteruan pada tahun 1893 antara pasukan Siam dengan tentara Perancis di lembah sungai Mekong. Bahkan Perancis membawa kapal perang milikinya ke lepas pantai Bangkok untuk menuntut Raja Siam agar memberikan wilayah di sebelah timur Sungai Mekong kepada Perancis.
Mengetahui hal tersebut, pemerintah Siam meminta bantuan kepada Inggris namun ditolak dengan alasan tidak ingin terlibat dalam masalah tersebut. Siam tahu jika kekuatan militer mereka tidak sebanding dengan Perancis dan akhirnya memberikan wilayah timur Sungai Mekong tersebut kepada Perancis. Akan tetapi Perancis berniat ingin menguasai seluruh wilayah Siam lalu membaginya dengan Inggris. Pada tahun 1896, Inggris dan Perancis melakukan perundingan yang berisi jika Inggris membantu Perancis dalam menaklukkan Siam, maka Perancis akan memberikan wilayah di sebelah barat Sungai Chao Phraya.
Siam tentu tidak tinggal diam saja. Siam mengirim utusannya untuk melakukan negosiasi dengan pihak Inggris secara terpisah. Pada negoisasai tersebut Siam mengatakan jika wilayah mereka sebaiknya dibiarkan sebagai wilayah merdeka agar dapat difungsikan sebagai daerah penyangga atau buffer zone antara Inggris dengan Perancis. Hal ini dilakukan agar kedepannya Inggris dan Perancis tidak mempunyai batasan wilayah secara langsung, maka jika terjadi konflik antar keduanya akan mudah dicegah. Inggris menyetujui pernyataan tersebut dan memastikan rencana Perancis gagal untuk menguasai Siam dan membaginya dengan Inggris.
Kesepakatan yang telah dibuat antara Siam dan Inggris tidak membuat Perancis menyerah. Di tahun 1907, Siam menyerahkan sebagian kecil wilayah yang berada di sebelah barat hilir Sungai Mekong kepada Perancis. Di sebelah selatan, Siam juga melepaskan klaim Semenanjung Malaka baigan utara kepada Inggris. Meskipun harus kehilangan beberapa wilayahnya, Siam berhasil memastikan diri untuk menjaga statusnya sebagai satu – satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dikuasai oleh bangsa Eropa manapun sampai saat ini. Tidak heran jika nama Thailand berasal dari bahasa Thai yaitu Prathet Thai yang artinya Tanah Kebebasan.
Peran negara Siam atau yang sudah berganti nama menjadi Thailand tidak berhenti di situ saja. Pada Perang Dunia II negara ini sempat membantu tentara Jepang untuk melawan sekutunya yaitu Amerika Serikat. Setelah perang usai, Thailand justru menjadi bagian dari sekutu negara Amerika Serikat. Thailand juga sering mengalami konflik selama perang dingin seperti kudeta yang terus terjadi oleh pihak militer beberapa tahun terakhir. Di tahun 1932, terjadi sebuah revolusi tidak berdarah oleh militer serta pejabat sipil yang diketuai oleh Khana Ratsadon. Rakyat Thailand memaksa Raja Prajadhipok untuk membuat konstitusi hingga berakhirlah sistem monarki absolut yang telah terjadi selama beradad – abad.
Dari penjelasan di atas bisa ditarik kesimpulan mengapa negara Thailand bisa tetap menjadi negara merdeka yaitu, pertama negara Thailand mempunyai sebuah sistem suksesi yang baik dan mantap di abad ke 19. Kedua Thailand dapat memanfaatkan persaingan dan ketegangan yang terjadi Indocina, Perancis serta Inggris.