Bagi sebagian besar umat Muslim yang ada di seluruh dunia, mereka memiliki penanggalan tersendiri yang berbeda dengan sistem penanggalan Masehi. Sistem penanggalan Masehi yaitu menggunakan perhitungan perputaran bumi terhadap matahari atau lebih dikenal dengan gerakan revolusi bumi. Gerakan ini membutuhkan waktu bagi bumi untuk berputar mengelilingi matahari selama 365,25 hari, jika dibulatkan menjadi 365 hari. Lamanya revolusi bumi tersebut menjadi patokan dalam sistem penanggalan masehi.
Sedangkan dalam penanggalan umat Muslim atau lebih dikenal dengan sebutan kalender Hijriah, perhitungannya menggunakan pergerakan bulan mengelilingi bumi atau revolusi bulan. Lamanya waktu revolusi bulan tentu sangat berbeda dengan lamanya revolusi bumi. Bulan membutuhkan waktu untuk mengelilingi bumi selama 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik. Jumlah bulan dalam kelender Hijriah sama dengan kalender Masehi yaitu 12 bulan. Sehingga total hari dalam setahun yaitu 354 hari. Untuk mempermudah dalam perhitungan hari, jumlah hari di setiap bulannya yaitu 29 atau 30 hari. Oleh karena itu jumlah hari di setiap bulan pada kelander Hijriah berselang – seling yaitu 30 dan 29 hari.
Jika dibandingkan dengan kalender Masehi, kalender Hijriah lebih cepat 11 hari. Akibatnya hari – hari besar khusus umat Muslim selalu berubah – ubah dan selalu cepat 11 hari daripada kalender Masehi. Tak terkecuali bulan Ramadhan yang terdapat di kalender Hijriah. Setiap tahunnya penentuan tanggal 1 Ramadhan menjadi perdebatan tersendiri khususnya di negara Indonesia. Bulan Ramadhan menjadi bulan yang paling dinanti ke datangannya oleh seluruh umat Islam di seluruh dunia, maka tidak heran jika banyak orang berlomba – lomba untuk menentukan awal masuknya bulan tersebut.
Sebagai tanda bahwa telah memasuki bulan baru yaitu dengan kemunculan hilal. Mungkin sebagian besar dari kita sudah pernah mendengar istilah hilal, dan jika hilal telah tampak atau muncul dapat dikatakan bahwa esok hari sudah berganti bulan. Lalu, apakah kalian sudah mengetahui apa itu hilal? Lalu bagaimana cara menentukan hilal tersebut. Nah, kali ini akan dijelaskan mengenai apa itu hilal dan cara penentuan hilal tersebut. Yuk kita simak!
Pengertian Hilal
Hilal sendiri berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti bulan sabit. Seperti yang diketahui jika bulan sabit merupakan salah satu fase bulan setelah fase bulan mati atau bulan baru. Jika dilihat, fase bulan saat pertama kali muncul sangatlah tipis dan kecil sehingga dibutuhkan alat bantu berupa teleskop (Baca: Jenis Teleskop dan Fungsinya)ataupun kamera dengan CCD yang sangat sensitif.
Seperti yang kita ketahui jika bulan merupakan satelit alam yang dimiliki oleh Bumi. Karena bulan melakukan gerakan berputar mengelilingi bumi atau berevolusi serta bersama bumi mengelilingi matahari, maka posisi bulan yang kita lihat dari bumi akan selalu berubah – ubah. Perlu diingat jika sinar yang berasal dari bulan merupakan sinar yang dipantulkan dari sinar matahari. Secara bertahap, bulan menjauhi matahari hingga akhirnya memasuki fase bulan sabit saat matahari terbenam. Pada fase inilah yang menjadi patokan atau pertanda telah memasuki bulan baru di penanggalan Hijriah atau lebih dikenal dengan sebutan hilal. Biasanya hilal akan terlihat di langit sebelah barat.
Akan tetapi, mencari dan menemukan hilal bukanlah perkara mudah sebab bentuk dari bulan sabit masih sangatlah tipis dan juga cahaya langit senja yang masih cukup terang. Ditambah dengan durasi waktu yang dibutuhkan saat melakukan pengamatan sangatlah sempit yaitu sesaat setelah matahari mulai terbenam dan di saat yang sama hilal juga akan ikut terbenam. Kemunculan hilal tidak lebih dari 25 jam pada ketinggian kurang dari 12,5 derajat. Biasanya hilal dapat dilihat selama kurang dari 12 jam dengan ketinggian di bawah 6 derajat. Dengan ketinggian seperti itu, kemungkinan hilal akan terbenam tidak lebih dari 24 menit beberapa saat setelah matahari terbenam.
Bagaimana Cara Menentukan Hilal?
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengamatan hilal. Pertama – pertama pengamatan dilakukan saat senja atau ketika matahari mulai terbenam. Saat ini hilal masih sedikit redup dan tipis sehingga dibutuhkan kondisi langit yang agak gelap, yaitu ketika matahari terbenam. Kedua, bulan sabit yang kita lihat pada siang hari bukanlah hilal. Meskipun diamati saat siang hari atau pagi hari sekalipun, bulan sabit muda tidak dapat dengan mudah terlihat senja. Sebab posisinya masih terlalu rendah dari sudut cakrawala. Dan yang terakhir, untuk menentukan awal bulan Hijriah pengamatan hilal wajib dilakukan saat senja atau petang hal ini berkaitan dengan pergantian hari pada penanggalan Hijriah yaitu saat Magrib bukan pada pukul 00.00 seperti kalender Masehi.
Secara astronomis hilal baru bisa diamati saat berada di posisi lebih tinggi dari dua derajat cakrawala. Jika masih berada di bawah 2 derajat, hilal masih belum dapat diamati sama sekali. Khusus di wilayah Indonesia yang berada di garis khatulistiwa, hilal bisa diamati ketika berada di ketinggian lebih dari 3 derajat dari cakrawala. Di Indonesia, pemantauan hilal terutama saat menentukan awal bulan Ramadhan dan Syawal dilakukan pada lebih dari 90 titik pengamatan di 34 provinsi. Terdapat dua cara untuk menentukan hilal.
- Metode Rukyat
Metode rukyat yaitu melakukan pengamatan bulan secara langsung di lapangan. Saat melakukan metode ini biasanya dilakukan pada hari ke – 29 dan ketika hilal sudah terlihat maka malam itu juga sudah memasuki awal bulan baru. Selain itu, posisi bulan harus berada diketinggian 2 derajat saat matahari terbenam, 3 derajat jarak sudut bulan dan matahari serta 8 jam usia bulan setelah ijtimak yaitu ketika bulan dan matahari sejajar atau segaris dengan ekliptika.
- Metode Hisab
Metode kedua yaitu dengan melakukan perhitungan pergerakan posisi hilal pada akhir bulan dalam menentukan awal bulan. Jika metode rukyat harus melihat bulan baru pada metode hisab hilal tidak perlu dilihat dengan mata telanjang tetapi dengan menggunakan ilmu. Hilal bisa diprediksi meskipun wujudnya tidak terlihat sama sekali. Dapat dikatakan jika metode hisab hanya perlu melakukan perhitungan ilmu falak atau astronomi untuk menentukan bulan sabit atau baru. Sehingga keberadaan hilal dapat diketahui secara presisi tanpa melihat bulan baru.
Demikian penjelasan mengenai cara menentukan hilal beserta penjelasannya. Semoga informasi di atas dapat bermanfaat.