Hujan merupakan salah satu tahapan yang terdapat dalam siklus hidrologi atau air. Hujan dapat diibaratkan sebagai kembalinya air yang berada di atmosfer menuju ke permukaan bumi. Dan proses tersebut terus terjadi secara terus menerus untuk menyeimbangkan ekosistem di bumi. Seperti yang kita ketahui adanya hujan yang turun ke bumi tidak terlepas dari adanya peran awan. Awan merupakan salah satu komponen yang juga berada di siklus hidrologi yang terbentuk dari kumpulan titik – titik uap air atau proses kondensasi yang terjadi di atmosfer.
Secara singkat proses pembentukan awan bermula dari menguapnya air yang berada di permukaan bumi. Air tersebut berasal dari sungai, laut, danau, dan lain sebagainya. Uap air yang menguap akibat pemanasan sinar matahari akhirnya berkumpul menjadi satu di atmosfer. Karena di atmosfer suhu udaranya lebih rendah dan bertekanan tinggi, maka titik – titik uap air tersebut mengalami pengembunan hingga secara perlahan berubah menjadi padat. Padatan inilah yang lebih dikenal dengan sebutan awan.
Ada kalanya awan – awan tersebut berkumpul menjadi satu hingga akhirnya menjadi besar, luas dan semakin berat massanya. Akibat adanya gaya gravitasi awan tersebut turun dekat dengan permukaan bumi yang suhu udaranya lebih tinggi. Jika sudah begitu, awan akan berubah wujud untuk kembali lagi ke bumi dalam bentuk hujan. Dan begitulah seterusnya agar alam memperoleh keseimbangan dengan cara alami. Lalu timbul pertanyaaan apakah semua awan bisa berubah menjadi hujan? Tidak semua awan dapat menimbulkan hujan, hanya awan – awan tertentu saja. Awan apa sajakah itu? Berikut jenis awan yang menimbulkan hujan:
1. Awan KumuloNimbus (Cu-Ni)
Awan ini termasuk ke dalam awan yang berada di ketinggian lebih dari 2.000 m. Awan KumuloNimbus terkenal sebagai awan yang menimbulkan hujan deras diikuti dengan petir dan guntur. Jika sudah muncul awan kumulonimbus terdapat pula awan sirostratus yang terletak di atasnya. Terkadang kemunculan kedua awan ini bisa juga menimbulkan angin ribut atau puting beliung.
Adapun ciri – ciri dari awan kumulonimbus yaitu:
- Awan kumulonimbus berada di ketinggian antara 2.000 – 16.000 m.
- Mempunyai warna putih hingga gelap, sebagai tanda timbulnya hujan dan kilat serta guntur.
- Awan kumulonimbus memiliki erat kaitannya dengan badai, tornado, hujan deras dan petir.
- Sangat tebal sehingga dapat menutupi sinar matahari.
- Di daerah subtropis hingga dingin bisa menimbulkan salju.
- Bagi sebagian besar pilot, akan selalu menghindari awan ini sebab di dalamnya mengandung muatan listrik yang sangat besar.
2. Awan NimboStratus (Ni-St)
Awan nimbostratus termasuk ke dalam awan rendah yang ketinggiannya kurang dari 3 km. Awan ini mempunyai bentuk yang tidak menentu, biasanya berbentuk abstrak dan compang – camping tidak beraturan dengan warna putih keabu – abuan. Biasanya penyebaran awan nimbostratus cukup luas dan awan ini mengakibatkan timbulnya hujan gerimis.
Ciri – ciri dari awan nimbostratus antara lain:
- Awan nimbostratus berwarna putih gelap cendrung keabu – abuan dan persebarannya cukup luas di langit.
- Berada di ketinggian antara 600 – 3.000 meter dari permukaan bumi.
- Khusus di Indonesia, awan nimbostratus hanya menimbulkan hujan gerimis.
- Bentuknya tidak tetap dengan pinggiran compang – camping.
3. Awan Stratokumulus
Awan ini tergolong ke dalam awan rendah dan berada kurang dari 2 km dari permukaan tanah. Karena letaknya dekat dengan bumi, maka tidak heran jika kita dapat melihat awan ini dengan sangat jelas. Awan stratokumulus dapat menghasilkan hujan yang tidak terlalu deras dibandingkan dengan hujan yang dihasilkan oleh awan kumulonimbus. Bentuk dari awan ini bulat dan saling berkumpul atau terpisah secara teratur berwarna keabu – abuan.
Ciri – ciri awan stratokulumus:
- Berada di ketinggian di bawah 2.000 meter.
- Dapat menghasilkan hujan namun dalam jumlah yang sedikit.
- Awan stratokumulus dapat bergerak dengan cepat daripada awan kumulus lain dan berkembang ke arah horizontal.
- Terdiri atas butiran air yang sangat dingin hingga kristal es saat musim dingin tiba.
- Dapat menimbulkan turbulensi dan konveksi lapisan udara yang tidak stabil.
4. Awan Stratus
Awan ini berbentuk lapisan tipis namun lebar di langit dengan warna putih hingga keabu – abuan. Awan stratus menjadi tanda adanya kestabilan tekanan udara yang terdapat di atmosfer. Awan ini akan selalu muncul saat cuaca sangat panas namun tiba – tiba turun hujan ringan atau gerimis. Awan stratus jika dilihat di langit akan terlihat sangat teratur namun terkadang awan ini juga bisa berbentuk tidak beraturan dan bisa juga berbentuk tebal sehingga dapat menutupi sinar matahari.
Ciri – ciri awan stratus:
- Terletak pada ketinggian yang rendah.
- Perkembangan awan stratus tidak vertikal namun mengikuti aliran angin.
- Dapat berkembang menjadi nimbostratus.
5. Awan Altokumulus
Awan altokumulus berbentuk bulatan kecil mirip dengan kapas yang tersebar luas di langit. Awan ini tersebar dengan sangat teratur dan bisa menutupi sebagian besar permukaan langit. Warna dari awan altokumulus yaitu putih hingga abu – abu. Awan ini juga bisa menyebabkan hujan deras dengan diikuti oleh petis dan kilat.
Awan altokumulus mempunyai ciri – ciri:
- Awan ini berada di ketinggian 2.000 sampai dengan 7.000 meter di atas permukaan laut.
- Dapat dilihat dengan mudah jika kita berada di ketinggian seperti gunung.
- Bentuknya kecil – kecil mirip bola kapas yang saling bergandengan dalam jumlah yang banyak.
6. Awan Altostratus
Awan ini mengandung banyak titik – titik uap air, sehingga tidak heran jika awan altostratus dapat menghasilkan hujan dalam intensitas ringan hingga virga atau hujan yang tidak sampai ke tanah. Jika dilihat, bentuk dari awan altostratus yaitu seperti lembaran tipis yang membentuk jalur berwarna abu – abu. Awan ini tersebar hampir menutupi permukaan langit akan tetapi sinar matahari masih dapat menembus di antara awan ini. Awan altostratus dapat dijumpai saat senja ataupun pada malam hari. Dan akan menghilang ketika siang hari saat matahari bersinar dengan sangat terik.
Ciri – ciri dari awan altostratus yaitu:
- Awan altostratus terbentuk di ketinggian 2.000 hingga 7.000 meter.
- Jika berkumpul dalam jumlah yang banyak, awan ini bisa menghasilkan hujan ringan.
- Mempunyai warna abu – abu kebiruan dan menutupi hampir seluruh langit.
- Terbentuk pada sore hari dan malam hari.
Itulah beberapa jenis awan yang menimbulkan hujan. Semoga informasi di atas dapat bermanfaat.