Bentuk muka bumi selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Adanya tenaga yang membentuk muka bumi menyebabkan lempeng di dalam kerak bumi senantiasa bergerak. Selain tenaga endogen dan eksogen, gempa bumi atau aktivitas seisme (baca : Pengertian Seisme) juga merupakan tenaga pembentuk muka bumi. Negara Indonesia termasuk negara yang sering mengalami gempa bumi (baca : Akibat Letak Geologis Indonesia). Masyarakat Indonesia perlu mengetahui cara melakukan mitigasi gempa bumi agar dapat menghindari bahaya akibat gempa bumi seperti tanah longsor, kerugian materi dan bahkan menelan korban jiwa. Selain itu, penting juga pengetahuan tentang gempa bumi seperti seismograf, hiposentrum dan episentrum. Apa itu episentrum?
Episentrum
Pengertian episentrum adalah gelombang gempa yang dapat dirasakan di permukaan bumi. Episentrum juga dapat diartikan sebagai gelombang yang merupakan hasil perambatan dari hiposentrum. Hiposentrum sendiri yaitu titik pusat terjadinya gempa bumi (baca : Pengertian Hiposentrum).
Ketika gempa bumi terjadi pada hiposentrum yang berada di bawah lapisan tanah, gempa tersebut akan merambatkan gelombang ke permukaan dengan bentuk lingkaran. Gelombang tersebut semakin lama akan semakin meluas ke luar lalu kemudian menghilang. Titik pusat gempa bumi dalam skala besar yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (baca : Penyebab Terjadinya Tsunami dan Manfaat Tsunami Early Warning System).
Kita dapat membayangkan kejadian gempa, hiposentrum dan episentrum seperti air tenang yang mendapat tetesan air dari atas (baca : Sifat Sifat Air). Tetesan air tersebut akan mengubah air yang tenang menjadi bergelombang. Gelombang tersebut melingkari tempat pertama kali jatuhnya tetesan air. Gelombang akan terus melebar dan lama kelamaan memudar dan menghilang.
Episentrum ini mempunyai tugas menyebarkan sisa getaran. Selain itu, episentrum juga bisa meneruskan gelombang gempa yang dihasilkan hiposentrum dari bawah tanah menuju ke permukaan bumi. Episentrum dapat dijadikan dasar penglompokkan gempa bumi. Hasil pengelompokkan tersebut yakni gelombang primer dan sekunder (baca : Macam- Macam Gempa Bumi). Berikut uraian dari kedua gelombang tersebut.
- Gelombang primer, merupakan gelombang yang asalnya dari titik pusat gempa. Gelombang ini lah yang dirambatkan menuju permukaan bumi. Pergerakan gelombang sangat cepat dan dapat menimbulkan kerusakan pada benda yang dilewatinya.
- Gelombang sekunder, yaitu getaran yang merambat dengan kecapatan yang lebih rendah dari gelombang primer. Gelombang ini merupakan perpanjangan dari gelombang primer sehingga kekuatannya cukup lemah untuk merusak segala sesuatu yang dilaluinya.
Baca juga : Akibat Gempa Bumi Bagi Kehidupan
Cara Menentukan Lokasi Episentrum
Seseorang harus mengetahui cara menentukan lokasi episentrum agar dapat memetakan letak terjadinya gempa bumi di Indonesia (baca : Pengaruh Letak Geologis Indonesia). Kekuatan episentrum dapat diketahui menggunakan seismograf. Seperti yang kita tahu bahwa seismograf adalah alat untuk mengukur besarnya getaran gempa bumi dalam ukuran skala rickter.
Seismograf menghasilkan diagram yang disebut seismogram. Selain itu, seismograf dapat menentukan intentsitas gempa dalam skala mercali dan menentukan lokasi hiposentrum. Meski seismograf mempunyai banyak fungsi tetapi belum bisa menghasilkan lokasi episentrum secara langsung. Dibutuhkan beberapa tahap untuk mengetahuinya. Terdapat 3 cara untuk menentukan lokasi episentrum, yaitu :
- Cara pertama yakni menggunakan tiga lokasi yang letaknya berada di satu homoseista. Homoseista adalah sebuah garis yang menjadi penghubung beberapa tempat yang mencatat getaran gempa dalam waktu bersamaan.
- Cara kedua yaitu memanfaatkan pencatatan dari 3 buah seismograf. Ketiga seismograf yang digunakan untuk mencatat terdiri dari sebuah seismograf vertikal dan dua buah seismograf horizontal yang dipasang dari barat ke timur dan dari utara ke selatan.
- Cara yang ketiga untuk menentukan lokasi episentrum adalah dengan menggunakan 3 lokasi yang telah mencatat episentrum.
Untuk menghitung jarak episentrum digunakan sebuah metode yang dinamakan metode atau rumus laska. Rumus ini menghitung selisih antara waktu terjadinya gelombang primer dan gelombang sekunder. Rumus laska dapat dituliskan seperti berikut : A = (S – P) – 1 menit x 1000 km
Keterangan dari rumus tersebut adalah :
- A merupakan jarak antara episentrum dengan tempat yang mencatat gempa.
- S adalah waktu pencatatan gelombang sekunder. Waktu tersebut sesuai dengan waktu yang dicatat oleh stasiun atau tempat mengamati gempa.
- P yakni waktu pencatatan gelombang primer.
- 1 menit adalah ketetapan dalam rumus (konstanta).
- 1000 km juga merupakan konstanta.
Contoh Menentukan Lokasi Episentrum dengan Rumus Laska
Misalnya, terdapat 3 stasiun atau tempat mengamati gempa yakni P, Q dan R. Ketiga stasiun tersebut mencatat waktu terjadinya gelombang primer dan sekunder dengan rincian berikut :
- Stasiun P mencatat gelombang primer terjadi pada pukul 3 lebih 48 menit 35 detik dan gelombang sekunder terjadi pada pukul 3 lebih 50 menit 50 detik
- Stasiun Q mencatat gelombang primer terjadi pada pukul 3 lebih 50 menit 25 detik dan gelombang sekunder terjadi pada pukul 3 lebih 53 menit 55 detik
- Stasiun R mencatat gelombang primer terjadi pada pukul 3 lebih 52 menit 25 detik dan gelombang sekunder terjadi pada pukul 3 lebih 56 menit 25 detik
Setelah mengetahui waktu pencatatan gempa, maka perlu dilakukan langkah- langkah berikut :
- Menentukan jarak episentral dari masing- masing stasiun
Cara menentukan jarak yakni dengan menghitung selisih waktu antara gelombang primer dan gelombang sekunder. Kemudian mengalikannya dengan ketetapan jarak yang sudah dijabarkan dalam rumus laska. Berikut adalah uraian menghitung jarak episentral :
- Pada stasiun P, selisih waktunya yaitu 2 menit 15 Maka jarak episentralnya yaitu 1.250 kilometer. Jika ditulis menggunakan rumus laska yaitu (3.50’50” – 3.48’35”) – 1 menit X 1.000 km = 1.250 km.
- Pada stasiun Q, selisih waktunya yaitu 2 menit 30 detik. Maka jarak episentralnya yaitu 2.500 Jika ditulis menggunakan rumus laska yaitu (3.53’55” – 3.50’25”) – 1 menit X 1.000 km = 2.500 km.
- Pada stasiun R, selisih waktunya yaitu 3 menit. Maka jarak episentralnya yaitu 3000 kilometer. Jika ditulis menggunakan rumus laska yaitu (3.56’25” – 3.52’25”) – 1 menit X 1.000 km = 3000 km.
- Membuat lingkaran- lingkaran
Setelah mengetahui jarak episentral, selanjutnya adalah membuat 3 buah lingkaran sesuai dengan hasil perhitungan rumus laska. Pembuatan gambar lingkaran tentu saja menggunakan skala, misalnya 1 : 100.00 km. Sehingga jarak 1.250 km pada stasiun P hanya digambar 1,25 cm. Begitu pula untuk stasiun yang lain, menyesuaikan perbandingan peta yang telah dibuat.
- Menentukan pertemuan dari tiga lingkaran
Setelah membuat lingkaran, maka selanjutnya menggabungkan ketiga lingkaran tersebut sehingga membentuk irisan dari 3 buah lingkaran. Irisan yang terbentuk tersebut merupakan lokasi episentrum.