Categories
Ilmu Bumi

4 Alat Pendeteksi Gempa Bumi Sederhana

Dalam tiga bulan terakhir ini Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika (BMKG ) mencatat bahwa telah terjadi  bumi sebanyak 60 kali di berbagai wilayah di Indonesia (baca juga : Macam- Macam Gempa Bumi). Seringnya intensitas gempa yang terjadi di Indonesia merupakan akibat dari letak negara kita yang berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo- Australia (baca juga : Akibat Letak Geologis Indonesia). Bagian timur Indonesia juga merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Philipina, lempengPasifik dan lempeng Indo Australia (baca : Pengertian Tektonik Lempeng).

BMKG sebagai badan yang bertugas memprediksi cuaca, bencana tsunami (baca : Penyebab Terjadinya Tsunami) dan juga gempa bumi harus bisa memperikarakan kemungkinan- kemungkinan yang bisa diterjadi kapan saja dan dimana saja. Kemungkinan tersebut bisa berupa tsunami yang terjadi akibat gempa bumi atau getaran dahsyat dari gempa bumi yang menimbulkan kerusakan parah (baca juga : Akibat Gempa Bumi Bagi Kehidupan).

Untuk mendeteksi gempa dan mengukur besarnya gempa bumi, BMKG memiliki sejumlah alat pendeteksi gempa  yang telah di pasang di berbagai titik di Indonesia sehingga menjadi sebuah jaringan. Berikut adalah beberapa alat pendeteksi gempa bumi yang sering digunakan untuk mengukur besaran gempa yang terjadi dan mengetahui lokasi hiposentrum (baca : Pengertian Hiposentrum dan Pengertian Episentrum).

Baca juga : Alat Pencatat Getaran Gempa Bumi

Seismograf Wiechert

Alat pendeteksi gempa ini merupakan sudah ada sejak berdirinya stasiun pengamat gempa di Indonesia. Stasiun gempa pertama di Indonesia adalah stasiun geofisika jakarta. Seismograf wiechert buatan Jerman ini sudah terpasang sejak tahun 1908. Terdapat dua komponen seismograf wiechert yakni komponen vertikal yang bertugas mendeteksi dan merekam gempa atau gelombang vertikal. Satu lagi adalah komponen horizontal yang berfungsi sebagai pendeteksi dan pencatat gelombang horizontal.

Seismograf wiechert memiliki pemberat yang terbuat dari gips sehingga beratnya mencapai 1.5 ton. Pada awalnya alat ini di pasang di Jakarta Pusat kemudian di pindahkan menuju Kemayoran. Alat ini menggunakan kertas jelaga sebagai media perekam gelombang gempa. Kertas tersebut dipasang pada sebuah drum perekam. Ketika sebuah getaran di deteksi, maka pena pada seismograf akan bergerak dan menggambarkan seismogram pada kertas. Akan tetapi seismograf ini sudah tidak berfungsi lagi karena sambungan pada pena telah rusak.

Broadband Seismograf

Jangkauan frekuensi yang dimiliki broadband seismograf lebih luas dari pada seismograf biasa. Frekuensinya berkisar antara 0,01 hingga 50 Hertz. Broadband juga  sensitif dengan perubahan berbagai suhu dan atmosfer. Karena hal itu seismograf ini memerlukan tempat khusus dalam pemasangannya. Tempat tersebut biasanya berupa bunker di bawah lapisan tanah dengan ukuran seluas satu meter persegi. Di sekitar seismograf broadband juga ditaburkan pecahan- pecahan gabus untuk menutupi badan seismograf (baca : Pengertian Seismograf).

Cara kerja dari seismograf digital ini yaitu mendeteksi dan merekam getaran kemudian mengirim data getaran menuju amplifier. Dari amplifier diteruskan menuju alat yang disebut analog to digital converter (ADC) lalu dikirim ke komputer. Software di dalam komputer selanjutnya mengolah data yang dihasilkan oleh broaddband seiemograf. Software yang diinstall pada komputer biasanya bernama NetRec atau MnoST.

Seismometer SS One Ranger

Seismometer analog ini memiliki model horizontal dan juga vertikal, tetapi dalam penggunaannya harus memilih salah satu model. Penempatan seismometer SS one ranger tidak harus di dalam bunker karena tidak terlalu sensitif seperti broadband seismograf. Seismometer ini bisa diletakkan di tempat yang permukaannya stabil. (baca : Pengertian Seismometer)

Seismometer SS one ranger bekerja dengan cara menerima gelombang yang menyebabkan tegangan pada kumparan kalibrasi sehingga mengakibatkan gaya magnet. Gaya magnet tersebut menggerakkan pegas dan menghasilkan keluaran berupa garis- garis signal. Seismometer ini diintergrasikan dengan SPs yang merupakan kependaekan dari Short Period Seismograph. Data yang dihasilkan seismometer SS one ranger akan mendukung data utama yang dihasilkan broadband seismograf.

Smartphone sebagai Alat Pendeteksi Gempa

Seiring dengan berkembangnya teknologi, smartphone kini memiliki begitu banyak fungsi termasuk sebagai alat pendeteksi gempa. Bagaimana cara mengubah smartphone menjadi alat pendeteksi gempa? Ponsel pintar kita bisa menjadi alat pendeteksi gempa setelah diinstal sebuah aplikasi bernama Myshake. Peneliti yang berhasil mengembangkan aplikasi tersebut adalah tim ilmuwan dari California. Kita dapat mendownload aplikasi Myshake secara Cuma- cuma di Google Play Store. Canggihnya aplikasi ini bisa membedakan getaran akibat gempa bumi atau getaran lainnya.

Smartphone keluaran terbaru biasanya sudah dilengkapi dengan GPS dan accelerometer. Aplikasi Myshake bekerja dengan memanfaatkan dua sensor tersebut. Adanya sensor accelerometer memudahkan ponsel dalam mengukur gelombang gempa. Gelombang gempa yang dicatat aplikasi ini bisa mencapai 5 magnitudo yang biasanya mengakibatkan kerusakan di radius sepuluh kilometer dari pusat gempa. Kekurangan aplikasi ini belum bisa mendeteksi gelombang primer. Jadi gelombang gempa yang dideteksi merupakan gelombang sekunder yang di rasakan di permukaan bumi (baca : Pengertian bumi). Namun kekurangan tersebut bisa ditutupi dengan jaringan dari beberapa ponsel saling berintegrasi sehingga lebih cepat dalam mendeteksi gempa.

Selain menggunakan aplikasi, smartphone juga bisa mendeteksi gempa lewat browser. Dengan mengunjungi sebuah halaman website yang menyediakan grafik aktivitas seismik (baca : Pengertian Seisme), smartphone bisa digunakan layaknya seismograf. Meski tak sensitifitasnya tak sebagus seismograf sungguhan, tapi setidaknya sudah bisa mensimulasikan getaran seismik yang terjadi.

Data Hasil dari Alat Pendeteksi Gempa

Alat pendeteksi gempa tidak hanya mendeteksi getaran tapi juga merekam dan mencatat getaran sehingga menghasilkan data besaran gempa. Data tersebut nantinya menjadi acuan untuk memprediksi kemungkinan yang terjadi berdasarkan skala intensitas gempa bumi (SIG). BMKG memiliki 5 tingkatan skala intensitas gempa bumi dengan rincian seperti berikut :

  • Skala I

Skala pertama memiliki kode warna putih dengan keterangan bahwa gempa tidak dirasakan. Lebih spesifiknya, gempa yang terjadi memang terdeteksi oleh alat tetapi hanya dirasakan oleh beberapa orang saja.

  • Skala II

Skala kedua mempunyai kode warna hijau dengan keterangan bahwa gempa dirasakan. Maksudnya adalah gempa bumi dirasakan oleh masyarakat tetapi tanpa disertai kerusakan. Getaran gempa hanya menggetarkan kaca jendela dan menggerak- gerakkan benda yang tergantung.

  • Skala III

Kode warna untuk skala III adalah kuning, dengan keterangan bahwa gempa menyebabkan kerusakan ringan. Kerusakan ringan yang dimaksud adalah terjadinya retakan tipis pada dinding bangunan, serta jatuhnya beberapa genteng rumah.

  • Skala IV

Skala IV memiliki kode warna jingga (orange). Keterangannya adalah terjadi kerusakan sedang seperti banyaknya dinding yang retak hingga roboh, pecahnya kaca- kaca jendela, serta jatuhnya sebagian besar dari genteng- genteng rumah.

  • Skala V

Kode warna untuk skala V adalah merah, dengan keterangan bahwa gempa mengakibatkan kerusakan berat. Yang dimaksud kerusakan berat disini yaitu robohnya dinding- dinding bangunan, bahkan bisa melengkungkan rel kereta.

Baca juga : Cara Melakukan Mitigasi Gempa Bumi