Kota – kota besar yang ada di seluruh dunia termasuk yang ada di Indonesia, dalam pembangunan dan perkembangannya ternyata tidak serta merta dibangun begitu saja. Ada beberapa kota yang dibangun sesuai dengan rancangan dan terpola dengan mempertimbangkan pusat pemerintahan, pusat industri, pusat bisnis dan lain sebagainya secara terstruktur. Hingga muncullah berbagai macam teori mengenai tata ruang kota seperti teori konsentris, teori sektoral, teori inti ganda, teori konsektoral (tipe Eropa), teori konsektoral (tipe Amerika Latin), teori poros, teori historis, dan teori ketinggian bangunan.
Setiap teori tersebut tentunya memiliki ciri khas dan perbedaan dalam melakukan penataan ruang kota. Jadi tidak heran jika ada beragam jenis tata ruang kota, apakah bentuknya terpusat membentuk lingkaran atau justru dibuat berdasarkan tata guna lahan kota. Dan salah satu yang akan dibahas kali ini yaitu tata ruang kota berdasarkan pada teori inti ganda. Pada teori inti ganda bisa dikatakan bahwa tata ruang kota itu lebih kompleks dan tidak hanya berdasarkan pada pola konsentris adan sektoral saja.
Pengertian Teori Inti Ganda
Teori inti ganda diprakasai oleh dua orang geograf bernama Harris dan Ullman di tahun 1945. Keduanya mengatakan jika karakteristik persebaran penggunaan lahan ditentukan oleh banyak faktor yang tergolong unik seperti sejarah hingga situs – situs kota, sehingga dapat dikatakan bahwa pembangunan zona – zona tertentu di sebuah kota tidak memiliki urutan yang teratur seperti halnya pada teori konsentris dan sektoral. Seperti yang sudah disinggung di atas jika pada teori inti ganda, tata ruang kota mempunyai bentuk yang kompleks, di mana pada awalnya berpusat pada suatu titik atau terpusat.
Teori inti ganda diibaratkan seperti muncul nukelus (inti) baru berfungsi sebagai kutub pertumbuhan. Nukleus tersebut akan terus berkembang sesuai dengan penggunaan lahan fungsional serta membentuk struktur kota yang mempunyai sel – sel pertumbuhan. Nukleus di sini dapat berupa perguruan tinggi, pelabuhan laut, terminal, kawasan industri, dan bandara. Terbentuknya nukleus ini juga didasari oleh keuntungan ekonomi sehingga menjadi bahan pertimbangan dalam penggunaan lahan. Seperti pembangunan kawasan industri biasanya tidak akan jauh dari sarana transportasi seperti bandara, terminal atau pelabuhan.
Zona Dalam Teori Inti Ganda
Zona 1: Central Business District
Pada zona ini terdapat pusat kota yang berisi berbagai macam kegiatan kota. Zona 1 merupakan pusat fasilitas transportasi dan juga spesialisasi pelayanan seperti perbankan, theater dan lain sebagainya.
Zona 2: Wholesale Light Manufacturing
Keberadaan jasa angkutan dalam skala besar itu sangat dibutuhkan biasanya zona 2 ini banyak berkelompok dan berada di sepanjang jalan kereta api atau dekat dengan Central Business District. Zona 2 tidak berada di sekeliling zona 1 atau CBD, hanya lokasinya cukup berdekatan. Seperti wholesale pada umumnya fungsi ini membutuhkan transportasi yang baik, banyak cukup ruang yang memadai serta dekat dengan pasar dan tenaga kerja.
Zona 3: Daerah Pemukiman Kelas Rendah
Dalam membangun sebuah pemukiman harus memenuhi beberapa persyaratan khusus. Sudah pasti timbul persaingan antara golongan yang berpenghasilan tinggi dengan golongan yang berpenghasilan rendah dalam mendapatkan lokasi pemukiman yang nyaman. Dari persaingan tersebut sudah tentu golongan berpenghasilan tinggi akan memperoleh lokasi yang nyaman sedangkan golongan lain akan berada di pemukiman kurang nyaman dengan kondisi lingkungan buruk. Zona 3 biasanya banyak berada di dekat kawasan industri seperti pabrik, jalur kerata api dan drainase buruk.
Zona 4: Daerah Pemukiman Kelas Menengah
Zona 4 tentu akan berbeda dengan zona 3 dan terlihat lebih baik jika dilihat dari segi fisik serta ketersedian fasilitas yang cukup lengkap. Dan sudah tentu masyarakat yang tinggal di zona 4 mempunyai pendapatan yang tinggi dibandingkan dengan yang berada di zona 4.
Zona 5: Daerah Pemukiman Kelas Tinggi
Pada zona ini lingkungan dan kondisi untuk dijadikan pemukiman merupakan tempat yang paling baik termasuk dalam layanan fasilitas umumnya. Lingkungan alam juga mendukung masyarakatnya untuk memperoleh kehidupan yang aman, tentram, sehat dan menyenangkan. Yang dapat berada di zona 5 ini hanya golongan dengan penghasilan tinggi dan mampu mempunyai rumah dan lahan. Zona 5 berada di cukup jauh dari zona 1 (Central Business District), kawasan industri baik berat maupun ringan, tetapi dalam memenuhi seluruh kebutuhan sehari – hari, tidak jauh dari zona 5 terdapat Business District baru dan fungsinya tidak jauh berbeda dengan Central Business District.
Zona 6: Heavy Manufacturing
Zona 6 adalah tempatnya industri atau pabrik dalam skala besar. Berada di zona ini akan banyak mengalami permasalahan pencemaran lingkungan seperti polusi udara, polusi suara, macet dan pencemaran tanah, pencemaran air yang lain sebagainya. Bisa dikatakan jika tinggal di sekitar zona 6 bukan pilihan yang tepat, namun sini tersedia banyak lapangan pekerjaan. Meskipun begitu bagi kelompok yang berpenghasilan rendah banyak memilih tinggal di zona ini.
Zona 7: Business District Lainnya
Zona 7 hadir untuk memenuhi segala macam kenutuhan di zona 4 dan 5, tidak jarang zona ini juga akan menarik fungsi – fungsi lain untuk masuk ke dalamnya. Tidak heran jika zona 7 akan menjadi nukleus baru yang nantinya akan berkembang dan membentuk pola tata ruang berbeda dan tidak akan membentuk pola tata ruang kota konsentris, dan hanya membentuk sebaran sesuai dengan karakteristik.
Zona 8: Zona Tempat Tinggal Di Daerah Pinggiran
Untuk zona ini biasanya akan membentuk komunitas tersendiri pada lokasinya. Dalam hal ini sebagian besar penduduk bekerja di pusat – pusat kota dan zona 8 hanya dijadikan tempat tinggal saja. meskipun begitu, seiring berjalannya waktu tempat ini semakin berkembang hingga akhirnya menarik fungsi lain seperti munculnya pusat perbelanjaan, perkantoran dan lain sebagainya.
Zona 9: Zona Industri Di Daerah Pinggiran
Seperti yang terjadi pada daerah industri lainnya, transportasi menjadi persyaratan penting bagi zona 9 ini. Meskipun berada di pinggiran, zona ini mempunyai fasilitas berupa jalur transportasi yang memadai. Zona industri di pinggiran ini juga bukan tidak mungkin akan berkembang menjadi pusat nukleus baru hingga akhirnya berkembang menciptakan pola – pola persebaran keruangan tersendiri.
Dalam teori inti ganda, Harris dan Ullman juga berpendapat jika karakteristik persebaran penggunaan lahan ditentukan dari beberapa faktor unik seperti situs kota serta sejarahnya, sehingga nantinya tidak akan ada urut – urutan kota yang teratur seperti yang terdapat pada teori konsentris dan sektoral.