Suatu peraturan, kebijakan, atau undang-undang dapat berlaku efektif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara jika sebelumnya telah ada proses sosialisasi secara berkala atau terus menerus melalui serangkaian program atau kegiatan. Secara detail, dalam Geografi Sosial diketahui mengenai adanya sosialisasi, yaitu suatu proses yang dilakukan secara terus menerus bagaimana seorang individu dalam masyarakat memelajari dan menerima cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma sosial yang mengatur tingkah laku dalam bermasyarakat sehingga dapat diterima oleh suatu masyarakat tertentu.
Secara umum, pengertian sosialisasi sangat beragam dalam bidang ilmu Sosiologi. Misalnya, Sosialisasi menurut Charlotte Buhler adalah proses yang membantu individu untuk belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir dalam kelompoknya supaya seorang individu tersebut dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Menurut Peter Beger, sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati dan memahami norma-norma dalam masyarakat dimana seorang individu tersebut tinggal didalamnya sehingga dapat membentuk kepribadiannya. Secara singkat, sosialisasi merupakan proses penanaman atau pengiriman kebiasan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat atau kelompok (Sari, 2009).
Dalam melaksanakan suatu sosialisasi dalam beberapa hal tertentu, ada beberapa media sosialisasi yang dapat digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Media sosialisasi yang sering digunakan dalam suatu masyarakat adalah sebagai berikut:
- Bagian ini merupakan unit terkecil dalam kehidupan bernegara. Pada unit ini ayah dan ibu merupakan agen sosialisasi yang sangat efektif dalam menanamkan suatu nilai, ajaran, atau norma kepada anak-anaknya.
- Pada unit ini, pendidikan merupakan suatu media sekunder dalam sosialisasi dan bersifat formal dimana seorang anak didik di sekolah tidak hanya mampu membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga dapat belajar tentang kemandirian, prestasi, universalisme, dan kekhasan.
- Tempat bermain. Unit ini sangat berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian anak karena dalam tempat atau kelompok bermain anak-anak akan melakukan sosialisai dengan anak-anak yang lain.
- Media massa. Peran dari media cetak dan elektronik dalam mensosialisasikan sesuatu hal tergantung pada frekwensi dan kualitas pesan yang ingin disosialisasikan.
- Tempat kerja. Lingkungan ini sangat efektif sebagai media sosialisasi karena adanya keterkaitan antar satu individu dengan lainnya berdasarkan kesamaan kondisi.
Jenis Sosialisasi
Berdasarkan penjelasan di atas, jenis-jenis sosialisasi yang dapat dikaji dari media sosialisasi tersebut di atas terbagi menjadi empat jenis sosialisasi:
- Formal. Sosialisasi ini melalui lembaga atau institusi yang dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat dan memiliki tugas khusus dalam mensosialisasikan peraturan, kebijakan, nilai dan norma sosial, dan sejumlah peranan yang harus dipelajari oleh masyarakat. Jenis sosialisasi ini dapat terlihat di sekolah, kantor kelurahan/kabupaten, dewan adat, dan lainnya.
- Informal. Sosialisasi ini dapat dijumpai dalam pergaulan sehari-hari dan lebih bersifat kekeluargaan, misalnya arisan keluarga, rapat keluarga, dan lain sebagainya.
- Sosialisasi primer. Sosialisasi ini merupakan sosialisasi pertama yang dijalani oleh individu pada waktu kecil untuk belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Individu yang melakukan sosialisasi primer ini berumur antara 1 hingga 5 tahun atau pada saat mereka belum mulai masuk sekolah. Pada sosialisasi primer ini, peran orang tua dan saudara sangat berpengaruh besar dan penting dalam pembentukan kepribadian seorang anak.
- Sosialisasi sekunder. Sosialisasi yang merupakan lanjutan dari sosialisasi primer dimana proses ini mulai memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu di suatu masyarakat. Proses ini meliputi dua bentuk yaitu resosialisasi dan desosialisasi. Pada resosialisasi, seorang individu diberikan identitas diri yang baru, dan pada desosialisasi, seorang individu akan mengalami peniadaan identitas diri yang lama.
Lebih lengkapnya bisa merujuk pada faktor yang mempengaruhi interaksi sosial.
Contoh Sosialisasi
Secara rinci, dari penjelasan tipe sosialisasi di atas maka beberapa contoh yang dapat ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
- Contoh sosialisasi fomal meliputi antara lain: sosialisasi tentang bahaya Narkoba dan Terorisme dalam rapat RT, organisasi karang taruna, dan sekolah; Sosialisasi tentang Budaya Keselamatan di Jalan dalam seminar di sekolah, rapat Muspida dan Muspika; Sosialisasi SEA Games ke-18 yang dikampanyekan di beberapa lembaga dan instansi pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat melalui seminar, rapat, dan workshop; Sosialisasi Gerakan Masyarakat Sehat dan Imunisasi Nasional; Sosialisasi Bahaya Letusan Gunung Berapi dan Tsunami; dan Sosialisasi Nyamuk Demam Berdarah
- Contoh sosialisasi informal mencakup: sosialisasi budaya membuang sampah pada tempatnya, sosialisasi tidak merokok di sembarang tempat, sosialisasi kerja bakti, dan lainnya
- Contoh sosialisasi primer misalnya memperkenalkan anggota keluarga pada seorang bayi; mengajari bayi cara makan, buang air besar, dan berjalan; membiasakan seorang bayi untuk melakukan sesuatu dengan berdoa terlebih dahulu; mengajarkan bayi untuk berterima kasih dan memohon; mengajarkan seorang anak baik dan buruk atau benar dan salah; memberikan teladan yang baik.
- Contoh sosialisasi sekunder misalnya memperkenalkan seorang anak ke keluarga lain atau lingkungan sekitar; mengajarkan anak untuk berkenalan dengan anak yang lain; melatih kemandirian dan keberanian anak dengan melepaskannya di lingkungan sekitar; memberikan kesempatan kepada seorang anak untuk mengaktualisasikan dirinya di lingkungan baru; menasehati anak jika melakukan kesalahan.
Dari penjelasan mengenai tipe sosialisasi beserta contohnya tersebut di atas, ada sejumlah proses sosialisasi yang perlu diperhatikan supaya tujuan dari suatu sosialisasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Proses tersebut meliputi tahap persiapan, tahap peniruan, tahap bermain peran, tahap penerimaan norma kolektif. Menurut proses tersebut, sosialisasi memiliki tujuan antara lain sebagai berikut:
- memberikan keterampilan kepada seorang individu untuk dapat hidup dalam masyarakat;
- mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif;
- membantu mengendalikan fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan pengembangan diri yang tepat; dan
- membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan yang ada dalam masyarakat.
Dengan memahami jenis sosialisasi beserta media dan tujuan daripadanya, maka suatu kebijakan, peraturan, atau program dapat berjalan efektif jika kegiatan sosialisasi dilakukan sejak awal atau sedini mungkin kepada individu yang ada dalam masyarakat.