Angin merupakan bagian dari udara yang bergerak. Angin yang kita ketahui selama ini ternyata terbagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan asal terbentuk dan lokasinya.
Salah satu angin yang perlu kita ketahui bernama angin anabatik. Bisa dikatakan jika angin anabatik merupakan kebalikan dari angin katabatik dan hanya dapat ditemukan di sekitar kawasan gunung atau pegunungan saja.
Dan untuk mengetahui lebih lanjut apa itu angin anabatik, mari disimak penjelasannya di bawah ini!
Istilah anabatik berasal dari bahasa Yunani yakni “anabatos” atau secara lisan dibaca dengan “anabainein” mempunyai arti bergerak ke atas. Dapat diartikan bahwa angin anabatik merupakan angin hangat yang bertiup ke arah lereng atau sisi gunung yang curam akibat dorongan oleh pemanasan lereng melalui insolasi.
Jika angin katabatik merupakan angin yang bergerak dari puncak gunung ke arah lembah, maka angin anabatik adalah angin yang bergerak dari arah lembah gunung ke puncak gunung. Angin anabatik bisa juga disebut sebagai angin lembah dan anabatik biasanya terjadi pada siang hari dalam kondisi cuaca cerah dan tenang.
Angin anabatik juga dapat diartikan sebagai angin lokal yang berhembus ke atas bukit atau lereng gunung, berhadapan dengan matahari. Sebab ketika matahari memanasi sisi lereng tersebut, udara lebih cepat naik dibandingkan dengan udara yang berada di dataran yang masih berada pada ketinggian sama.
Akibat pemanasan ini, kepadatan udara menjadi turun dan membuat udara menjadi naik. Lebih banyak udara naik dari bawah, maka angin yang dihasilkan juga semakin banyak. Angin anabatik sering mencapai kecepatan antara 3 -5 meter per detik.
Angin anabatik selalu bergerak di sekitar lembah saja. Angin anabatik dapat diartikan sebagai salah satu angin lokal yang berhembus dari lembah menuju ke atas gunung.
Penyebab terjadinya angin anabatik yakni adanya perbedaan tekanan udara antara yang berada di puncak gunung dan wilayah lembah. Pada siang hari, suhu udara di gunung atau pegunungan menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang berada di lembah.
Hal ini membuat tekanan udara di sekitar gunung menjadi lebih rendah, sedangkan tekanan udara yang berada di sekitar lembah menjadi lebih tinggi. Sehingga terciptalah aliran udara yang bergerak dari lembah mengalir naik ke arah puncak gunung.
Angin anabatik sebenarnya dihasilkan oleh adanya radiasi ultraviolet atau penyinaran matahari yang memanaskan bagian bawah wilayah atau daerah orografik atau lembah gunung. Akibat kapasitas panas yang terbatas, permukaan wilayah orografik ini langsung memanaskan udara di atasnya secara konduksi.
Ketika udara mulai menghangat, volumenya menjadi meningkat, sehingga kepadatan udara dan tekanan udaranya mengalami penurunan. Akhirnya udara menjadi terangkat dan naik ke lereng orografik untuk menghasilkan aliran angin anabatik.
Proses terjadinya angin anabatik berbeda dengan angin katabatik. Angin anabatik terjadi pada siang hari atau tepatnya pada pagi hari hingga menjelang sore hari. Hal ini menyebabkan wilayah lereng gunung memperoleh panas lebih cepat dan lebih besar akibat radiasi matahari.
Pada bagian dataran rendah udara menjadi lebih dingin dibandingkan dengan udara yang berada di atas lereng gunung. Oleh karena itu udara di lereng gunung menjadi lebih labil dan cendrung bergerak menaiki lereng.
Saat udara yang relatif dingin ini dipindahkan, sebagian udara tersebut bergerak ke bawah untuk “mengisi kembali” daerah lembah dan proses pemanasan secara konduksi dimulai lagi.
Intensitas dan proses terjadinya angin anabatik cukup bervariasi. Namun secara umum angin anabatik akan lebih terasa saat sedang musim panas atau dalam kondisi matahari bersinar dengan lebih intens, sehingga menghasilkan angin dengan kecepatan 10 – 30 knot.
Bahkan angin anabatik dapat mengalir lebih jauh dari puncak orografik ketika siang hari, kemudian mendingin saat naik secara vertikal (konveksi).
Pergerakan udara dari lereng ke arah puncak gunung ini menciptakan angin bernama angin anabatik.
Adanya angin anabatik ternyata mempunyai dampak yang bisa mempengaruhi sekitarnya. Dampaknya yakni:
Tercipta Awan Konvektif
Apabila udara yang dialirkan cukup untuk didinginkan hingga mencapai suhu titik embun udara. Udara tersebut dapat mengembunkan kandungan uap airnya hingga akhirnya dapat menghasilkan awan konvektif.
Bahkan apabila udara yang terkumpul tidak cukup stabil dan mengalami pendinginan secara adiabatis hingga ke bawah titik embunnya, ada kemungkinan awan konvektif dapat berubah bentuk menjadi awan cumulonimbus (kumulonimbus) penyebab timbulnya hujan dan badai disertai petir orografis.
Dapat Dimanfaatkan Oleh Pilot Pesawat Kecil
Adanya angin anabatik ternyata dapat dimanfaatkan oleh beberapa pilot pesawat bermesin piston untuk dapat naik hingga ke puncak gunung. Bahkan para pilot disarankan untuk terbang ke sisi lembah yang memperoleh sinar matahari pada ketinggian tertentu untuk menghindari angin katabatik.
Siapa sangka ternyata negara Indonesia memiliki sejarah tentang letusan gunung berapi cukup banyak. Diketahui jika…
Hampir sebagian besar gunung berapi yang ada di dunia pernah mengalami erupsi atau letusan. Setiap…
Negara Indonesia merupakan negara iklim tropis dan hanya memiliki dua musim saja, yakni musim kemarau…
Gunung merupakan sebuah daerah yang sangat menonjol dibandingkan dengan sekitarnya dan dapat mencapai tinggi lebih…
Gunung memiliki keindahan dan pesonanya tersendiri terutama bagi para pecinta alam. Namun siapa sangka dibalik…
Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah provinsi di negara Indonesia yang memiliki keindahan alam yang sangat…