Categories
Iklim

6 Penyebab Terjadinya Perubahan Musim di Bumi dan Dampaknya

Menurut beberapa ahli, musim seringkali diidentikkan dengan iklim. Hal ini sangat beralasan karena iklim di suatu tempat mengakibatkan terjadinya musim yang terjadi di sepanjang tahun. Akan tetapi, ada suatu perbedaan yang mencolok antara iklim dan musim. Jika iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam kurun waktu yang lama dan pada kawasan yang luas, lain halnya dengan musim, yang merupakan interval waktu dengan cuaca yang memiliki gejala ekstrim atau mencolok. Atau dengan kata lain, musim merupakan variasi yang terjadi pada kondisi cuaca tertentu.

Misalnya pada iklim tropis, musim yang terjadi akibat posisi garis lintang yang berada di sepanjang garis ekuator, menyebabkan kawasan yang beriklim tersebut memiliki dua musim saja, yaitu musim kemarau yang mana interval waktu yang banyak terjadi kemarau dan menyebabkan kekeringan, dan musim hujan yaitu interval waktu yang banyak curah hujan yang deras.

Sama halnya, kawasan yang beriklim sub-tropis memiliki empat musim dalam setahun, yaitu musim dingin, panas, semi, dan salju yang masing-masing musim memiliki interval waktu dengan gejala tersendiri. Contohnya, pada musim panas, siang hari akan terjadi sangat lama dan malam harinya begitu singkat yang bersuhu hangat. Sebaliknya, pada musim dingin, malam hari akan terasa lama dan siang hari sangat pendek yang suhunya sangat dingin. Serta, kawasan yang beriklim kutub hanya memiliki musim dingin yaitu interval waktu yang terjadi suhu dingin yang ekstrim sepanjang tahunnya, meskipun ada musim panas tetapi frekuensinya tidak begitu lama.

Lebih lanjut, ada dua bagian dalam menjelaskan musim itu sendiri, yaitu:

  • Awal musim, yaitu curah hujan selama sepuluh hari sebagai mulainya musim. Pada musim hujan, ditandai dengan curah hujan di sepuluh hari pertama  sebesar 50 milimeter atau lebih dan diikuti sepuluh hari berikutnya. Sedangkan pada musim kemarau, hal ini ditandai dengan jumlah curah hujan yang kurang dari 50 milimeter pada sepuluh hari awal dan diikuti sepuluh hari berikutnya berturut-turut.
  • Panjang musim, yaitu banyaknya curah hujan sepanjang sepuluh hari di awal hingga akhir musim.

Awal dan panjang musim ini berbeda-beda setiap tahunnya tergantung pada kondisi dan pola cuaca lainnya secara menyeluruh serta letak geografis suatu kawasan.

Dengan meninjau pengertian musim di atas, maka penjelasan berikut ini akan menyoroti penentuan atau penyebab terjadinya perubahan musim. Perubahan ini menurut beberapa sumber terjadi karena beberapa hal, akan tetapi dapat dikelompokkan menjadi dua penyebab, yaitu:

1. Faktor Internal

  • Intensitas curah hujan. Pengamatan perubahan musim dengan berdasarkan pada curah hujan dan pergerakan arah angin sepanjang tahun.
  • Letak geografis kawasan dari garis ekuator. Hal ini disebabkan jumlah radiasi sinar matahari yang diterima berubah-ubah sepanjang tahunnya sebagai akibat rotasi sumbu planet bumi.
  • Efek rumah kaca. Gejala ini dikarenakan beberapa gas, misalnya uap air, karbondioksida, metan, Nitrogen, CFC yang berada di lapisan atmosfer menghalangi radiasi panas yang akan keluar dari bumi ke luar angkasa. Sehingga, radiasi panas tersebut dipantulkan lagi ke permukaan bumi. Gejala ini disebabkan oleh aktifitas manusia yang dilakukan setip harinya, seperti pembakaran sampah dan lahan untuk areal bercocok tanam dan perkebunan, penggunaan pendingin ruangan dan lemari pendingin yang menggunakan CFC, dan penggunaan bahan bakar fosil untuk kendaraan bermotor. Penyebab terakhir ini seringkali diidentikkan dengan perubahan iklim yang terjadi, karena musim sangat dipengaruhi oleh iklim.

2. Faktor Eksternal

  • Revolusi bumi. Pada saat bumi berevolusi, letak bumi akan mengalami posisi yang dekat dengan matahari yang mengakibatkan terjadinya musim dingin di belahan bumi bagian utara, dan pada saat posisi jauh dari matahari, di belahan bumi bagian utara mengalami musim panas.
  • Pancaran langsung sinar matahari (perpendikularitas). Pancaran sinar matahari yang langsung mengenai suatu kawasan di Bumi akan menyebabkan besarnya potensi suhu panasnya.
  • Inklinasi dan pararelisme. Adanya suatu pergerakan pada rotasi sumbu bumi dan karakteristik orbit bumi terhadap matahari (pararelisme). Selama revolusi, bagian belahan utara bumi disinari matahari selama enam bulan setiap tahunnya, dan sebaliknya, selama 6 bulan selanjutnya belahan bumi bagian selatan tersinari matahari yang disebabkan oleh inklinasi dan pararelisme tersebut.

Sebagai contoh kasus, pada pembagian musim di Indonesia, BMKG mengklasifikasikan musim di Indonesia berdasarkan pada kategori curah hujan yang terjadi selama sepuluh harinya. Dikarenakan letak geografis Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa, maka musim yang terjadi di Indonesia sebagian besar dipengaruhi oleh iklim tropis. Dengan adanya iklim tropis ini, Indonesia memiliki variasi musiman yaitu musim yang dibedakan atas banyak atau sedikitnya curah hujan yang terjadi sepanjang tahunnya.

Pada umumnya, musim yang terjadi di Indonesia dapat ditentukan setiap tahunnya. Pada bulan Oktober sampai Maret saat posisi matahari berada di belahan bumi selatan, curah hujan sangat banyak sehingga Indonesia pada bulan-bulan tersebut mengalami musim hujan. Serta, pada bulan April sampai September, saat posisi matahari berada di atas belahan bumi bagian utara, curah hujannya sangat sedikit yang mana hal ini menandai bahwa Indonesia telah berada pada musim kemarau.

Karena musim sangat terpengaruh oleh siklus iklim yang terjadi di bumi, maka dampak yang dirasakan di bumi dapat terlihat sebagai berikut:

  • Secara global efek rumah kaca ini yang disinyalir menyebabkan perubahan iklim di bumi secara drastis dan menyebabkan suhu dan musim di bumi menjadi tidak stabil dan seringnya tidak dapat diprediksi.
  • Terjadinya proses evaporasi yang cepat.
  • Melelehnya lapisan es di kutub dengan cepat sehingga menyebabkan kenaikan tingkat permukaan air laut.
  • Berubahnya siklus sistem tanam sepanjang tahunnya.

Demikian penjelasan mengenai penyebab terjadinya perubahan musim yang dapat kami jabarkan. Semoga bermanfaat.