Dalam tiga bulan terakhir ini Badan Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika (BMKG ) mencatat bahwa telah terjadi bumi sebanyak 60 kali di berbagai wilayah di Indonesia (baca juga : Macam- Macam Gempa Bumi). Seringnya intensitas gempa yang terjadi di Indonesia merupakan akibat dari letak negara kita yang berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo- Australia (baca juga : Akibat Letak Geologis Indonesia). Bagian timur Indonesia juga merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Philipina, lempengPasifik dan lempeng Indo Australia (baca : Pengertian Tektonik Lempeng).
BMKG sebagai badan yang bertugas memprediksi cuaca, bencana tsunami (baca : Penyebab Terjadinya Tsunami) dan juga gempa bumi harus bisa memperikarakan kemungkinan- kemungkinan yang bisa diterjadi kapan saja dan dimana saja. Kemungkinan tersebut bisa berupa tsunami yang terjadi akibat gempa bumi atau getaran dahsyat dari gempa bumi yang menimbulkan kerusakan parah (baca juga : Akibat Gempa Bumi Bagi Kehidupan).
Untuk mendeteksi gempa dan mengukur besarnya gempa bumi, BMKG memiliki sejumlah alat pendeteksi gempa yang telah di pasang di berbagai titik di Indonesia sehingga menjadi sebuah jaringan. Berikut adalah beberapa alat pendeteksi gempa bumi yang sering digunakan untuk mengukur besaran gempa yang terjadi dan mengetahui lokasi hiposentrum (baca : Pengertian Hiposentrum dan Pengertian Episentrum).
Baca juga : Alat Pencatat Getaran Gempa Bumi
Seismograf wiechert memiliki pemberat yang terbuat dari gips sehingga beratnya mencapai 1.5 ton. Pada awalnya alat ini di pasang di Jakarta Pusat kemudian di pindahkan menuju Kemayoran. Alat ini menggunakan kertas jelaga sebagai media perekam gelombang gempa. Kertas tersebut dipasang pada sebuah drum perekam. Ketika sebuah getaran di deteksi, maka pena pada seismograf akan bergerak dan menggambarkan seismogram pada kertas. Akan tetapi seismograf ini sudah tidak berfungsi lagi karena sambungan pada pena telah rusak.
Cara kerja dari seismograf digital ini yaitu mendeteksi dan merekam getaran kemudian mengirim data getaran menuju amplifier. Dari amplifier diteruskan menuju alat yang disebut analog to digital converter (ADC) lalu dikirim ke komputer. Software di dalam komputer selanjutnya mengolah data yang dihasilkan oleh broaddband seiemograf. Software yang diinstall pada komputer biasanya bernama NetRec atau MnoST.
Seismometer SS one ranger bekerja dengan cara menerima gelombang yang menyebabkan tegangan pada kumparan kalibrasi sehingga mengakibatkan gaya magnet. Gaya magnet tersebut menggerakkan pegas dan menghasilkan keluaran berupa garis- garis signal. Seismometer ini diintergrasikan dengan SPs yang merupakan kependaekan dari Short Period Seismograph. Data yang dihasilkan seismometer SS one ranger akan mendukung data utama yang dihasilkan broadband seismograf.
Smartphone keluaran terbaru biasanya sudah dilengkapi dengan GPS dan accelerometer. Aplikasi Myshake bekerja dengan memanfaatkan dua sensor tersebut. Adanya sensor accelerometer memudahkan ponsel dalam mengukur gelombang gempa. Gelombang gempa yang dicatat aplikasi ini bisa mencapai 5 magnitudo yang biasanya mengakibatkan kerusakan di radius sepuluh kilometer dari pusat gempa. Kekurangan aplikasi ini belum bisa mendeteksi gelombang primer. Jadi gelombang gempa yang dideteksi merupakan gelombang sekunder yang di rasakan di permukaan bumi (baca : Pengertian bumi). Namun kekurangan tersebut bisa ditutupi dengan jaringan dari beberapa ponsel saling berintegrasi sehingga lebih cepat dalam mendeteksi gempa.
Selain menggunakan aplikasi, smartphone juga bisa mendeteksi gempa lewat browser. Dengan mengunjungi sebuah halaman website yang menyediakan grafik aktivitas seismik (baca : Pengertian Seisme), smartphone bisa digunakan layaknya seismograf. Meski tak sensitifitasnya tak sebagus seismograf sungguhan, tapi setidaknya sudah bisa mensimulasikan getaran seismik yang terjadi.
Alat pendeteksi gempa tidak hanya mendeteksi getaran tapi juga merekam dan mencatat getaran sehingga menghasilkan data besaran gempa. Data tersebut nantinya menjadi acuan untuk memprediksi kemungkinan yang terjadi berdasarkan skala intensitas gempa bumi (SIG). BMKG memiliki 5 tingkatan skala intensitas gempa bumi dengan rincian seperti berikut :
Skala pertama memiliki kode warna putih dengan keterangan bahwa gempa tidak dirasakan. Lebih spesifiknya, gempa yang terjadi memang terdeteksi oleh alat tetapi hanya dirasakan oleh beberapa orang saja.
Skala kedua mempunyai kode warna hijau dengan keterangan bahwa gempa dirasakan. Maksudnya adalah gempa bumi dirasakan oleh masyarakat tetapi tanpa disertai kerusakan. Getaran gempa hanya menggetarkan kaca jendela dan menggerak- gerakkan benda yang tergantung.
Kode warna untuk skala III adalah kuning, dengan keterangan bahwa gempa menyebabkan kerusakan ringan. Kerusakan ringan yang dimaksud adalah terjadinya retakan tipis pada dinding bangunan, serta jatuhnya beberapa genteng rumah.
Skala IV memiliki kode warna jingga (orange). Keterangannya adalah terjadi kerusakan sedang seperti banyaknya dinding yang retak hingga roboh, pecahnya kaca- kaca jendela, serta jatuhnya sebagian besar dari genteng- genteng rumah.
Kode warna untuk skala V adalah merah, dengan keterangan bahwa gempa mengakibatkan kerusakan berat. Yang dimaksud kerusakan berat disini yaitu robohnya dinding- dinding bangunan, bahkan bisa melengkungkan rel kereta.
Baca juga : Cara Melakukan Mitigasi Gempa Bumi
Siapa sangka ternyata negara Indonesia memiliki sejarah tentang letusan gunung berapi cukup banyak. Diketahui jika…
Hampir sebagian besar gunung berapi yang ada di dunia pernah mengalami erupsi atau letusan. Setiap…
Negara Indonesia merupakan negara iklim tropis dan hanya memiliki dua musim saja, yakni musim kemarau…
Gunung merupakan sebuah daerah yang sangat menonjol dibandingkan dengan sekitarnya dan dapat mencapai tinggi lebih…
Gunung memiliki keindahan dan pesonanya tersendiri terutama bagi para pecinta alam. Namun siapa sangka dibalik…
Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah provinsi di negara Indonesia yang memiliki keindahan alam yang sangat…