Batuan beku ekstrusif merupakan batuan beku yang terbentuk dari pembekuan magma yang terjadi di permukaan bumi. Salah satu contoh batuan ekstrusif yang bersifat basa adalah batu basal. Apa itu batu basal? Bagaimana proses pembentukannya dan apa saja jenisnya? Berikut ini adalah uraian lengkap tentang batu basal (baca : Jenis Janis Batuan Penyusun Lapisan Bumi).
Pengertian batu basal
Batu basal merupakan salah satu jenis batuan beku yang terbentuk dari pembekuan magma di permukaan bumi yang bersifat basa. Pengertian lain dari batu basal adalah batuan beku ekstrusif yang memiliki butiran kristal halus, warna gelap dan mempunyai komposisi utama berupa mineral olivin. Sedangkan pengertian batu basal menurut ahli adalah batuan beku aphanitic yang mempunyai kandungan kuarsa tidak lebih dari 20 persen, kadar feldspathoid kurang dari 10 persen dan prosentase mineral felspar dalam bentuk plagioklas sebesar 65 persen.
Batu basal berwarna abu- abu hingga hitam, bersifat keras dan padat (masif). Selain itu juga mempunyai tekstur afanatik yang tersusun dari mineral piroksin, amfibol, plagioklas dan gelas vulkanik (baca : Pengertian Vulkanisme). Keberadaan mineral gelas vulkanik hanya terdapat pada pada batu basal dengan nama gabbro.
Proses pembentukan suatu batuan berbeda dengan proses terbentuknya batuan lain. Misalnya, proses terbentuknya batuan metamorf berbeda dengan proses terbentunya batuan sedimen (baca : Proses Terbentuknya Batuan Sedimen). Akan tetapi proses terbentuknya batu basal adalah bagian dari tahapan proses pembentukan batuan beku ektrusif. Disebut ekstrusif karena pembekuan batuan terjadi di atas permukaan bumi (baca : Perbedaan Intrusi dan Ekstrusi Magma). Tahapan pembentukan batu basal yaitu :
Selain proses pembentukan yang telah dijabarkan di atas, terbentuknya batu basal juga dapat dikategorikan berdasarkan lingkungan pembentuknya, yaitu :
Lingkungan pembentuk batu basal yang pertama yaitu batas divergen oceanic. Pada lingkungan inilah sebagian besar batuan basal dibentuk. Batu basal dihasilkan di batas lempeng pada pematang tengah samudera (mid ocean ridges). Lempeng tersebut saling tarik menarik dan bergesekan kemudian menyebabkan terjadinya letusan di dasar laut (submarine fissure). Submarine fissure yang terjadi berulang-ulang akan membentuk host atau tubuh pegunungan berapi di tengah laut (baca : Bahaya Gunung Api Bawah Laut).
Pegunungan api tersebut terbentuk di batas-batas konvergen pada kedalaman laut yang paling maksimal. Begitu dalamnya sehingga setiap uap, gas atau pun abu vulkanik hasil dari letusan akan diserap oleh air sehingga tidak mencapai permukaan laut. Lava yang keluar dari letusan bawah laut tersebut menghasilkan jenis batu basal bantal atau pillow basalt.
Lingkungan pembentuk batu basal yang kedua adalah hotspot oceanic. Hotspot aceanic termasuk tempat ditemukannya sejumlah besar batu basal. Persebaran hotspot tidak teratur tetapi juga tidak secara acak. Hotspot banyak ditemukan di batas lempeng divergen dan tidak ditemukan pada batas lempeng konvergen (subduction zones).
Hotspot yang tersustensi akan menyebabkan letusan bawah laut yang terjadi berulang- ulang . Material hasil letusan kemudian membentuk kerucut vulkanik yang besar dan terus membesar hingga membentuk suatu pulau. Pulau tersebut tersusun dari lapisan batu basal. Contohnya adalah Kepulauan Hawai.
Lingkungan pembentuk batu basal yang terakhir adalah kerak benua. Sebagian besar lava pembentuk batu basal (lava basaltik) hasil letusan yang terjadi pada celah batuan disalurkan oleh hotspot menuju permukaan bumi melalui kerak benua. Aktivitas tersebut menghasilkan aliran lava terbesar yang terjadi di kerak benua.
Aliran lava yang terjadi berkali kali jutaan tahun yang lalu menghasilkan lapisan batu basal yang menumpuk secara vertikal. Contoh dari tumpukan batu basal secara vertikal adalah Karroo Basalt di Afrika Selatan, Etendeka Basalt di Namibia, Siberian Traps di Rusia, Emeishan Traps di Cina dan Colombia River flood Basalt di Amerika Serikat.
Jenis jenis batuan ini dapat dikelompokkan menjadi 2 berdsarkan komposisi kimianya, yaitu batu basal alkali dan batu basal tholeitik. Berikut ini adalah uraiannya.
Batu basal jenis alkali memiliki kandungan Na2O dan K2O yang lebih besar dari batu basal tholeitik. Basal alkali juga mengandung titanium augit, fenokris olivin, oksida besi, nephelin dan plagioklas-Ca. Batu basal akali bersifat underaturated. Batuan ini banyak ditemukan di rifted continental crust atau daerah kerak benua yang mengalami rifting. Selain itu, batu basal juga dapat dijumpai di updomed continental crust atau kerak benua berbentuk kubah yang terangkat, dan juga pulau- pulau oceanic.
Kadar Na2O dan K2O pada batu basal tholeitik jauh lebih sedikit dari pada batu basal alkali. Basal tholeitik bersifat oversaturated dan memiliki kandungan pigeonit, augit subklasik, dan interstitial glass. Batu basal tholeitik dapat ditemukan sebagai lava atau magma esktrusi yang sangat besar. Begitu besarnya volume magma tersebut sehingga membentuk plato di kerak benua. Hal tersebut dapat dilihat di Deccan Trap, India. Selain itu, batu basal tholeitik juga dapat ditemukan di lantai samudera.
Manfaat Batu Basal
Batu basal yang bersifat padat banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang terutama bidang konstruksi bangunan. Berikut adalah manfaat dari batu basal.
Siapa sangka ternyata negara Indonesia memiliki sejarah tentang letusan gunung berapi cukup banyak. Diketahui jika…
Hampir sebagian besar gunung berapi yang ada di dunia pernah mengalami erupsi atau letusan. Setiap…
Negara Indonesia merupakan negara iklim tropis dan hanya memiliki dua musim saja, yakni musim kemarau…
Gunung merupakan sebuah daerah yang sangat menonjol dibandingkan dengan sekitarnya dan dapat mencapai tinggi lebih…
Gunung memiliki keindahan dan pesonanya tersendiri terutama bagi para pecinta alam. Namun siapa sangka dibalik…
Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah provinsi di negara Indonesia yang memiliki keindahan alam yang sangat…