Di dalam sistem tata surya kita ada beragam jenis benda – benda langit yang sudah diketahui keberadaanya, seperti planet – planet yang berada di sistem tata surya, komet halley, sabuk asteroid, lubang hitam, exoplanet, planet yang mirip dengan bumi dan masih banyak lainnya. Penemuan benda – benda langit tersebut tentu saja membutuhkan peralatan, perhitungan serta penelitian yang dilakukan lebih mendalam agar mendapatkan hasil dan akurasi yang tepat. Seperti yang sudah dijelaskan oleh teori asal usul tata surya yaitu teori big bang bahwa sistem tata surya tercipta akibat adanya ledakan dasyat yang terjadi 13,5 milyar tahun lalu. Hasil ledakan tersebut berhasil melontarkan berbagai macam material di seluruh alam semesta. Dan seiring berjalannya waktu material yang tersusun atas proton, elektron dan neutron mulai berkumpul hingga akhirnya menjadi benda – benda langit yang kita kenal saat ini seperti debu kosmik, planet, meteor, asteroid, satelit dan partikel – partikel lain yang tersebar di alam semesta.
Sebagai salah satu planet yang dekat dengan planet Bumi, Mars tidak mengalami benturan dengan Bumi, mengapa bisa demikian? lalu bagaimana dengan planet terbesar di sistem tata surya yakni Jupiter, seharusnya planet ini dapat menarik masuk planet – planet berukuran kecil seperti Mars atau Saturnus yang berada di dekatnya. Tentunya hal ini sangat menarik untuk dibahas dan diketahui lebih mendalam secara ilmu pengetahuan. Dan untuk menjawab pertanyaan tersebut, di bawah ini adalah penjelasannya.
Ada beragam penjelasan mengapa planet – planet di sistem tata surya tidak mengalami benturan, diantaranya:
Pertama jika kita melihat dari jarak antar planet satu dengan planet lainnya cukup jauh sehingga gaya gravitasi yang dimiliki oleh setiap planet masih kurang kuat untuk menarik planet yang berada di dekatnya. Sebelum menjadi tata surya yang kita ketahui saat ini, alam semesta masih berupa debu dan nebula atau awan. Seiring berjalannya waktu massa tersebut berkumpul lalu membentuk gumpalan – gumpalan gas hingga akhirnya berukuran besar. Saat ini kita sudah tidak melihat lagi debu dan awan tersebut, yang tersisa adalah hasil dari kumpulan massa yang kita ketahui seperti planet, komet dan benda – benda langit lainnya.
Penjelasan kedua yaitu setiap planet bergerak berdasarkan orbitnya sehingga mencegah planet untuk saling bertabrakan. Seperti yang kita ketahui jika bentuk orbit untuk setiap planet berbentuk elips di mana setiap planet bergerak mengelilingi Matahari sebagai pusat di dalam tata surya. Berdasarkan sistem kekekalan energi serta momentum sudut planet, maka planet akan selalu mengorbit pada Matahari dalam jarak yang tetap, dan hal ini terjadi jika hanya ada satu Matahari dengan satu buah planet saja. Namun apabila kita masukan faktor lain yaitu planet – planet, maka akan menimbulkan gangguan pada orbit setiap planet akibat adanya pengaruh gaya gravitasi. Pada kenyataannya hal tersebut tidak terjadi serta belum cukup mampu mengubah orbit dari setiap planet secara signifikan atau secara sederhana tidak terjadi benturan antar planet.
Penjelasan kecepatan ini bisa dijelaskan berdasarkan hukum Newton tentang tembakan peluru. Dalam hal ini dibuat sebuah percobaan ilustrasi di mana terdapat sebuah periam yang diletakan di sebuah puncak gunung tertinggi. Saat peluru dilontarkan sudah tentu peluru tersebut mengalami gaya gravitasi atau gaya tarik bumi. Jika peluru tersebut tidak diberi kecepatan di awal maka peluru tersebut akan jatuh bebas dengan membuat lintasan tegak lurus terhadap permukaan bumi. Namun apabila peluru diberi kecepatan rendah, titik jatuh peluru tentu lebih jauh dari pada sebelumnya dan bentuk lintasannya akan melengkung. Begitu seterusnya jika kecepatan peluru di awal terus mengalami peningkatan, maka titik jatuh peluru akan semakin jauh.
Semakin tinggi kecepatan awal peluru yang dilontarkan, ada kemungkinan lintasan yang terbentuk adalah lingkaran dan peluru tidak jatuh lagi ke permukaan bumi. Jika kecepatan semakin ditingkatkan maka jalur lintasan peluru menjadi berbentuk elips. Apabila kecepatan awal peluru telah melebihi kecepatan lepas, peluru tidak akan mengorbit lagi pada lintasan elips, justru peluru akan terlepas keluar dari orbit. Begitupun yang terjadi jika planet – planet yang berputar pada poros dan berevolusi mengalami perputaran yang lebih cepat, tidak menutup kemungkinan planet – planet ini akan terlepas dari orbitnya dan bisa jadi terjadi tabrakan antar planet.
Itulah mengapa planet Bumi selalu berputar pada porosnya selama 24 jam sehari dengan kecepatan konstan yaitu sekitar 1.600 kilometer per jam. Secara bersamaan Bumi juga mengelilingi Matahari atau evolusi pada orbitnya setiap 365 hari sekali dengan kecepatan 30 kilometer per detik. Matahari juga mengalami rotasi pada porosnya setiap 25 hari sekali dan juga melakukan evolusi mengelilingi titik statis pada Galaksi Bima Sakti setiap 250 juta tahun sekali dengan kecepatan 250 km per jam. Tidak hanya Bumi saja yang mengalami perputaran pada porosnya, planet – planet lain juga mengalami hal yang serupa namun dengan kecepatan yang berbeda – beda.
Itulah beberapa penjelasan mengapa planet – planet tidak saling bertabrakan di sistem tata surya. Semoga penjelasan di atas dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai alam semesta.
Siapa sangka ternyata negara Indonesia memiliki sejarah tentang letusan gunung berapi cukup banyak. Diketahui jika…
Hampir sebagian besar gunung berapi yang ada di dunia pernah mengalami erupsi atau letusan. Setiap…
Negara Indonesia merupakan negara iklim tropis dan hanya memiliki dua musim saja, yakni musim kemarau…
Gunung merupakan sebuah daerah yang sangat menonjol dibandingkan dengan sekitarnya dan dapat mencapai tinggi lebih…
Gunung memiliki keindahan dan pesonanya tersendiri terutama bagi para pecinta alam. Namun siapa sangka dibalik…
Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah provinsi di negara Indonesia yang memiliki keindahan alam yang sangat…