Jika massa dari sabuk asteroid, lebih dari separuhnya berasal dari 4 asteroid besar yaitu, Ceres, 4 Vesta, 2 Pallas, dan 10 Hygiea. Masing – masing dari asteroid tersebut memiliki diameter lebih dari 400 km. Sedangkan untuk Ceres sendiri yang juga disebut sebagai planet kerdil, memiliki diameter kurang lebih 950 km. Sedangkan sisanya berukuran kecil bahkan hampir menyerupai partikel debu.
Awal mula keberadaan sabuk asteroid tidak diketahui. Dahulu, asteroid ini pada awalnya dianggap sebagai bongkahan batuan atau planet. Sebab zaman dahulu, teknologi untuk melakukan pengamatan benda – benda langit sangatlah sederhana. Namun hal tersebut tidak membatasi para astronom untuk terus melakukan pengamatan dalam menguak benda – benda luar angkasa.
Penelitian ini dimulai oleh Johanner Kepler saat sedang mengajar matematika pada tahun 1595. Kepler meyakini jika dimensi dari setiap orbit planet mempunyai keteraturan yang sesuai dengan 5 bangun ruang platonik. Hingga pada tahun 1619, Kepler menemukan hukum gerak planet dengan melakukan analisis dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Tycho Brahe. Kepler menemukan suatu keanehan, yaitu terdapat jarak atau gep yang besar antara Mars dengan Jupiter.
Selain Kepler, pada tahun 1772, Johann Bode mengumumkan aturan matematika tentang prediksi jarak planet dari matahari. Sebelumnya pola keteraturan jarak tersebut pertama kali dilakukan oleh David Gregory yang telah diterbitkan di dalam The Elements of Astronomy pada tahun 1715. Pola tersebut diadaptasi oleh Christian Wolf, Johann Elert Bode dan Johan Daniel Titius.
Mereka menciptakan aturan yang dikenal dengan nama Hukum Bode atau Hukum Titius Bode. Hukum tersebut berupa deret matematika sederhana untuk memprediksi jarak planet – planet dari matahari. Jarak ini hanya sampai di planet Uranus itupun saat planet tersebut ditemukan olehWilliam Herschel.
Berdasarkan aturan hukum Titius Bode, jarak planet Uranus yaitu 19,6 AU. Johann Bode menemukan kejanggalan di antara Mars dan Jupiter. Hingga akhirnya Bode mengajak para astronom untuk mencari planet yang hilang antara Mars dan Jupiter pada jarak 2,8 AU. Singkat cerita, ada seorang astronom dari Italia yang bernama Giuseppe Piazzi yang melakukan pengamatan menggunakan teleskop Palermo Circle dengan apperture 7,5 cm.
Hingga pada tanggal 1 Januari 1801, Piazzi menemukan bintang dengan magnitudo 8 di rasi Taurus. Bintang tersebut bergerak dengan jarak 0,1 derajat setiap malam. Sehingga ia mengumumkan bahwa benda tersebut bukanlah bintang melainkan komet. Akan tetapi ada keanehan dari komet ini. komet tersebut tidak memiliki ciri – ciri layaknya komet dan juga komet tersebut bergerak dengan sangat lambat. Sehingga pada akhirnya benda tersebut diberi nama Ceres yang artinya Dewi Kesuburan bangsa Roma.
Hingga akhirnya para astronom mengatakan bahwa area diantara Mars dan Jupiter merupakan area ramai. Setidaknya sudah ditemukan 400 planet kecil (bukan planet) sejak terakhir Vesta ditemukan (84 tahun). Pada tahun 1850, objek langit yang berada di antara planet Mars dan Jupiter tersebut disebut dengan asteroid. Menurut para ahli, jika asteriod adalah materi awal pembentuk tata surya namun gagal dalam membuat planet. Dan celah antara Mars dan Jupiter dikenal dengan sebutan sabuk asteroid.
Ciri – Ciri Sabuk Asteroid
Lalu, ciri – ciri dari sabuk asteroid yaitu:
Bagaimana Sabuk Asteroid Terbentuk?
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, sabuk asteroid berada di antara Mars dan Jupiter. Jika kita meneliti kebelakang, dimulai dari zaman pembentukan sistem tata surya di mana pada awalnya tata surya berupa bintang dengan piringan batu dan gas yang berada di sekeliling bintang. Beberapa juta tahun kemudian planet – planet mulai terbentuk. Saat proses pembentukan planet, sabuk asteroid memiliki jumlah asteroid 100 kali lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah sekarang ini. Mengapa bisa demikian?
Hal ini disebabkan oleh gaya tarik gravitasi yang dimiliki oleh planet Jupiter sangat besar. Setelah terbentuk, jarak Jupiter cukup dekat dengan sabuk asteroid, akibatnya sebagian besar asteroid keluar dari sistem tata surya. Karena jumlah asteroid di dalam sabuk asteroid berkurang jumlahnya, akhirnya memberikan jarak antara satu asteroid dengan asteroid yang lainnya. Jarak tersebutlah yang akan mengurangi efek tabrakan antar asteroid untuk menghasilkan planet sangat kecil terjadi.
Fakta – Fakta Unik Sabuk Asteroid
Ternyata ada beberapa fakta unik mengenai sabuk asteroid. Apa saja faktanya? Berikut daftarnya:
Demikian penjelasan mengenai sabut asteroid. Semoga bisa menambah pengetahuan dan bermanfaat untuk Anda.
Siapa sangka ternyata negara Indonesia memiliki sejarah tentang letusan gunung berapi cukup banyak. Diketahui jika…
Hampir sebagian besar gunung berapi yang ada di dunia pernah mengalami erupsi atau letusan. Setiap…
Negara Indonesia merupakan negara iklim tropis dan hanya memiliki dua musim saja, yakni musim kemarau…
Gunung merupakan sebuah daerah yang sangat menonjol dibandingkan dengan sekitarnya dan dapat mencapai tinggi lebih…
Gunung memiliki keindahan dan pesonanya tersendiri terutama bagi para pecinta alam. Namun siapa sangka dibalik…
Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah provinsi di negara Indonesia yang memiliki keindahan alam yang sangat…