Berarti, lahan kritis bersifat sebaliknya. Lahan ini merupakan lahan yang tidak produktif. Lahan kritis telah mengalami kerusakan baik fisik, kimia, dan biologis. Sehingga lahan ini tidak mempunyai nilai ekonomi lagi. Beberapa ciri-ciri yang dapat terlihat dari sebuah lahan hingga dikatakan kritis, antara lain:
Lahan kritis apabila dijadikan lahan pertanian maka hasil panennya akan jauh dari yang diharapkan. Lahan menjadi tidak subur disebabkan karena tanah sedikit mengandung mineral yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Biasanya daerah dengan resiko ancaman besar seperti erosi dan banjir sering mengalami hal ini.
Tanah humus merupakan tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti daun dan ranting yang membusuk. Tanah humus mengandung zat-zat yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Tanah yang miskin humus sudah barang tentu tidak akan efektif jika dijadikan tanah pertanian.
Lalu, tahukah kamu berapa banyak lahan kritis di Indonesia? Menurut Dirjen Pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Hutan Lindung Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) menyebutkan bahwa dari data tahun 2017 ini lahan kritis di Indonesia mencapai 12% atau sekitar 24,3 juta hektar yang tersebar di seluruh Indonesia. Tiap tahunnya, luas lahan kritis mengalami peningkatan.
Faktor Penyebab Lahan Kritis
Lahan kritis dapat disebabkan oleh faktor alam seperti iklim dan macam-macam bencana alam di Indonesia serta faktor non-alam seperti perilaku manusia. Ya, benar. Perilaku manusia yang ingin memanfaatkan lahan secara maksimal atau bahkan yang sama sekali tidak berhubungan dengan lahan, terkadang menyebabkan kerusakan alam termasuk menjadikan lahan kritis. Baik dengan disadari maupun tanpa disadari. Beberapa faktor penyebab lahan kritis di Indonesia:
1. Faktor Alam
Kekeringan biasanya terjadi pada daerah-daerah yang sangat minim intensitas hujan. Indonesia memang beriklim tropis, tapi perlu diingat bahwa ada daerah-daerah dalam waktu yang cukup panjang tidak mendapatkan siklus hujan. Lahan di daerah ini cenderung kritis karena tanah kering dan kurang adanya air yang bermanfaat untuk kehidupan tumbuh-tumbuhan jika lahan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.
Humus tanah serta mineral-mineral tanah yang terdapat di lapisan bagian atas lahan dapat tergerus jika tanah terus-menerus tergenang air. Tanah akan menjadi jenuh terhadap air sehingga mineral dan humus tanah akan larut dalam air dan menghilangkan lapisan tanah subur tersebut. Tanah seperti ini merupakan ciri-ciri lahan basah.
Erosi tanah (masswasting) oleh air biasanya sering terjadi di daerah daratan tinggi, pegunungan, serta daerah-daerah dengan lahan miring. Jika tidak diolah secara tepat, maka akan terjadi erosi tanah, di mana tanah akan terus bergerak menuruni ketinggian gunung dapat mengikis lapisan tanah subur di bagian atas lahan.
Faktor ini memang jarang bahkan sulit terjadi di daerah-daerah di Indonesia, biasanya hal ini terjadi di daerah kutub dan pegunungan tinggi yang memang cuacanya lebih dingin.
2. Faktor Non-alam
Salah satu faktor yang banyak terjadi sehingga menjadi penyebab kerusakan lahan dan lahan menjadi kritis yaitu adanya alih fungsi lahan, terutama terkait dengan Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS seharusnya memiliki fungsi untuk menampung, menyimpan, dan mengalirkan air hujan secara alami. Jika DAS dialihfungsikan untuk keperluan industri, pemukiman, dan perkebunan besar, maka dapat mempercepat kelangkaan air dan menyebabkan lahan pada DAS rentan kritis, timbulnya pencemaran air sungai, dan sebagainya.
Tentu, mengelola lahan ada aturan yang harus ditaati. Sehingga lahan tetap mempertahankan produktivitasnya dengan baik. Salah satu metode yang sering dipraktikan yaitu dengan menyelang-nyeling periode penanaman. Misalnya pada 6 bulan awal lahan ditanami dengan padi. Setelah masa panen, tanah perlu digemburkan kembali dengan dibajak. Kemudian ditanami dengan tanaman lain yang tidak terlalu membutuhkan air dan pestisida. Selain pemilihan jenis tanaman, pemilihan pupuk, pestisida, metode pembajakan sawah, metode panen, dan sebagainya juga mempengaruhi.
Bahan kimia seperti penggunaan pestisida serta limbah pabrik dapat menyerap ke dalam tanah dan mencemari lahan pertanian. Beberapa pestisida dapat bertahan dalam tanah hingga bertahun-tahun. Tentu hal ini dapat mengganggu kesuburan tanah. Sedangkan pencemaran limbah pabrik dapat mencemari lahan melalui aliran sungai yang membawa bahan kimia tersebut, maupun melalui air tanah sehingga lama kelamaan menyebabkan lahan menjadi kritis.
Limbah seperti plastik, steroform, atau material lain yang tidak dapat terurai dalam tanah hingga puluhan tahun. Jika limbah-limbah semacam ini masuk ke dalam lahan potensial dengan jumlah yang terus meningkat, lama kelamaan lahan potensial akan menjadi kritis karena pencemaran material jenis ini. Pengolahan sampah plastik dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar jika diolah dengan benar.
Demikian penjelasan mengenai faktor penyebab lahan kritis. Semoga bermanfaat.
Siapa sangka ternyata negara Indonesia memiliki sejarah tentang letusan gunung berapi cukup banyak. Diketahui jika…
Hampir sebagian besar gunung berapi yang ada di dunia pernah mengalami erupsi atau letusan. Setiap…
Negara Indonesia merupakan negara iklim tropis dan hanya memiliki dua musim saja, yakni musim kemarau…
Gunung merupakan sebuah daerah yang sangat menonjol dibandingkan dengan sekitarnya dan dapat mencapai tinggi lebih…
Gunung memiliki keindahan dan pesonanya tersendiri terutama bagi para pecinta alam. Namun siapa sangka dibalik…
Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah provinsi di negara Indonesia yang memiliki keindahan alam yang sangat…