Indonesia terletak di sebuah lingkaran atau cincin api yang ada di dunia, hal ini menimbulkan alasan yang masuk akal mengapa Indonesia mengalami bencana alam seperti bencana tsunami, gempa, kebakaran dan gunung merapi. Cincin api ini merupakan lingkaran aktif bumi yang bisa bergerak sesuai dengan keadaan pada inti bumi. Selain Indonesia yang mengalami gempa dan juga bencana alam seperti ini adalah negara Jepang dan juga Hawai.
Berbicara soal gempa dan juga tsunami, sebenarnya jika ditinjau dari Geografisnya anda bisa melihat banyak sebab dan jenis dari gempa dan tsunami. Masing-masing kejadian bisa karena alasan yang berbeda-beda. Contohnya saja gempa, bisa disebabkan oleh gunung berapi yang meletus, lempengan yang bergeser dan lainnya. Selain itu kejadian juga bisa terjadi di dua tempat yaitu di daratan dan juga di dalam laut atau di dasar bumi.
Salah satunya yang terjadi di Palu dan Donggala kemarin. Selain tsunami yang merusak berbagai rumah warga, anda tentu tahu bahwa kota ini dilanda Gempat dengan kekuatan cukup besar yaitu 7.5 SR, dimana kekuatan ini mampu menghancurkan satu gedung dengan bangunan yang terbuat dari beton.
Setelah diperiksa, penyebab utamanya disebut sebagai Likuifaksi. Apa itu ? Likuifaksi atau pencairan tanah merupakan fenomena dimana tanah menjadi jenuh sehingga kehilangan kekakuan serta kekuatan karena adanya tegangan, misalnya gempa bumi ataupun perubahan lain secara mendadak dan menyebabkan sifat tanah yang padat berubah menjadi cairan atau air berat.
Karena tanah berubah menjadi cairan maka paling beresiko adalah tempat yang memiliki tipe tanah berpasir, karena pasir cenderung memiliki pori atau rongga dan mudah untuk terkena tarikan. Hilangnya struktur tanah akibat kehilangan kekuatan atau kemampuan untuk memindahkan tegangan geser inilah yang disebut sebagai pencairan.
Setelah mengetahui pengertiannya, masuk kedalam dampak yang akan terjadi jika sebuah area terkena pencairan tanah atau likuifaksi, ada beberapa dampak yang akan dirasakan diantaranya adalah :
Jika mengamati proses terjadinya Likuifaksi sebenarnya mudah, namun permasalahan utamanya adalah likuifaksi ini tidak dapat dideteksi dulu berbeda dengan tsunami yang bisa dideteksi menggunakan alat. Likuifaksi sangat bergantung pada getaran dan juga gempa, sehingga anda tidak bisa menilai bahwa gempa tersebut bisa menyebabkan pencairan tanah atau tidak.
Namun hal jelasnya bahwa fenomena gempa bumi yang terjadi di zona dengan tanah yang mengandung air tinggi sangat beresiko untuk terjadi likuifaksi. Biasanya fenomena ini terjadi untuk tanah yang dekat dengan laut atau pantai. Bisa juga terjadi gempa di area yang kaya akan air dan juga tanahnya berpasir. Maka likuifaksi bisa terjadi begitu saja.
Menurut Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa Likuifaksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu semburan air yang ada dari dalam tanah keluar memancar layaknya air mancur dan merusak struktur tanah sekaligus. Bisa juga kejadian lapisan pasir yang terbawa gempa sangat kuat sehingga air yang ada terperas dan mengalir membawa lapisan tanah. Kejadian ini juga sama halnya dengan likuifaksi pertama, sama-sama akan menghanyutkan tanah.
Berbicara soal bahaya semua bencana alam dan fenomena alam tentu membahayakan, apalagi yang bersifat merusak dan terjadi secara besar-besaran layaknya likuifaksi yang terjadi di Palu. Tentu bukan hal yang aneh jika semua bangunan dan benda yang terkena likuifaksi hanyut dan tidak bersisa, bahkan menelan korban jiwa.
Untuk itu Likuifaksi memang sangat bahaya, karena sifatnya seperti banjir ditambah dengan kandungan tanah. Jika ada yang terhanyut maka akan sulit menyelamatkan diri karena bukan di air jernih atau air biasa. Namun bersamaan dengan struktur tanah dan bangunan lainnya yang ikut hanyut.
Bagaimana mengangani likuifaksi ? sebenarnya fenomena ini tidak bsia ditangani, BMKG sendiri hanya bisa memberi peringatan akan bahaya tsunami atau tidak setelah gempa atau likuifaksi. Anda bisa membenahi dan kembali menata area yang terkena pencairan tanah jika gempa sudah benar-benar selesai dan juga pergerakan tanah sudah tidak ada kembali.
Selain itu, anda harus menunggu tanah kembali untuk solid jika ingin membangun bangunan di area bekas terkena likuifaksi. Namun hal ini akan memakan waktu tahunan, agar tanah bisa kembali kuat dan solid lagi.
Siapa sangka ternyata negara Indonesia memiliki sejarah tentang letusan gunung berapi cukup banyak. Diketahui jika…
Hampir sebagian besar gunung berapi yang ada di dunia pernah mengalami erupsi atau letusan. Setiap…
Negara Indonesia merupakan negara iklim tropis dan hanya memiliki dua musim saja, yakni musim kemarau…
Gunung merupakan sebuah daerah yang sangat menonjol dibandingkan dengan sekitarnya dan dapat mencapai tinggi lebih…
Gunung memiliki keindahan dan pesonanya tersendiri terutama bagi para pecinta alam. Namun siapa sangka dibalik…
Nusa Tenggara Timur merupakan sebuah provinsi di negara Indonesia yang memiliki keindahan alam yang sangat…